Davina ....

Aku berjalan pelan bersama Bono. Oky menghampiri saat kami melewati kelasnya. Setiap bubar pelajaran seperti saat ini, gerbang sekolah dan parkiran pasti ramai bahkan terkadang agak padat untuk keluar. Kami memilih tidak ikut tergesa.  

Bono masih membahas mengenai persiapan kegiatan LDKS, tiba-tiba Marsa sudah ada di antara kami.

“Kalau aku ingin ikut terlibat jadi panitia, bisa?” tanya Marsa.

“Bisa, pasti bisa,” jawab Bono. “Nanti aku akan tanyakan. Kehadiran kamu pasti bisa bantu mengkondisikan peserta kalau tiba-tiba ada yang kerasukan,” tutur Bono. “Arka jarang ikut campur kalau ada yang seperti itu,” ujar Bono lagi.

“Karena Arka tidak percaya kerasukan yang pernah dialami teman-teman kita,” sahut Oky.

“Tidak percaya bagaimana? Kalau memang kamu memiliki kelebihan seharusnya kamu gunakan untuk bantu orang lain,” nasihat Marsa sambil menoleh ke arahku.

Aku dan Marsa berjalan bersisian, Bono dan Oky yang berjalan di depan ikut menoleh, apalagi Bono yang mengiyakan ucapan Marsa.

“Aku tidak punya kelebihan,” sahutku.

“Kak Arka,” teriak seorang siswi sambil melambaikan tangan ke arahku lalu tertawa bersama temannya.

“Hah, mulai lagi. Mereka akan jadi penggemar lo deh,” cetus Bono.

“Banyak siswi di sini menyukai kamu ya?” tanya Marsa lagi.

Aku hanya diam, pandanganku terfokus pada salah satu siswa yang sedang menuruni anak tangga. Sepertinya dia dari kelas baru yang sering terjadi kesurupan, yang aneh adalah siswa tersebut menggendong seorang kakek dan kakek itu bukan … manusia.

Marsa ikut melihat ke arah pandanganku, tentu saja dia juga bisa melihat apa yang terjadi. Bahkan dia sudah melangkah untuk mengejar siswa itu.

“Tunggu, jangan asal usir apalagi ikut campur,” ujarku pada Marsa.

Kami berdua masih memandang sang kakek yang menoleh ke arah kami. Wajah pucat dan keriput dengan janggut dan rambut hampir seluruhnya putih. Tubuh sang kakek yang kurus dalam posisi di gendong belakang.

“Kita harus tolong siswa itu, dia akan bawa makhluk itu ke rumah dan tubuhnya bisa saja tidak kuat.”

“Betul, tapi kita tidak tahu apa yang membuat si kakek mengikutinya. Kecuali memang sosok itu mengganggu dan jahil, barulah kamu boleh ikut campur,” tuturku pada Marsa agar tidak bertindak seenaknya.

Sepertinya Marsa tidak setuju dengan pernyataanku, tapi aku tidak peduli. Terserah dia mau bagaimana dengan kemampuannya. Aku menyegerakan melangkah ketika sudah dekat dengan parkiran.

“Aku duluan ya,” pamitku pada yang lain.

...***...

Hari ini jadwal aku kontrol setelah rawat inap. Mama menghubungi wali kelas untuk meminta izin tidak masuk sekolah. Padahal aku merasa baik-baik saja tapi mama tetap dengan kekhawatirannya.

Aku menunggu antrian sambil memainkan ponsel, game online seperti remaja pada umumnya. Lagi pula aku malas kalau harus menatap sekitar, selain karena ada sosok yang bisa tertangkap oleh mataku kadang ada saja perempuan yang diam-diam memperhatikan atau bahkan dengan sengaja menggodaku.

Satu putaran game sudah aku menangkan, tetap saja aku belum dipanggil. Bosan dengan gadget, aku pun beranjak. Mama sempat bertanya tapi aku tunjuk taman tidak jauh dari poli di mana kami berada.

Aku bergumam doa saat melihat brankar yang didorong oleh perawat, di mana seorang pasien berbaring. Hal biasa di sebuah rumah sakit tapi sosok yang ikut berbaring bersama pasien itu adalah arwah, mungkin mereka pasangan saat sosok itu masih hidup.

“Pasangan sehidup semati,” gumamku.

Pandanganku kembali terfokus pada sosok yang aku kenal.  Sosok itu sedang duduk menundukkan wajah sambil menautkan jemarinya.

“Davina.”

Aku akan menghampiri tapi terdengar mama memanggilku, sepertinya sudah waktunya pemeriksaan. Aku pun berbalik dan kembali menuju poli.

Cukup lama sesi konsultasi setelah pemeriksaan, karena Mama banyak bertanya. Kalau dari aku sendiri ya biasa saja, selama tidak ada lagi keluhan. Bahkan suster terlihat curi pandang ke arahku sambil tersenyum simpul, padahal aku sedang menunggu Mama selesai bicara.

“Mah,” ujarku sudah tidak nyaman berada di ruangan itu.

“Lekas sehat kembali, Arka,” ujar perawat sambil mengarahkan kami untuk segera ke kasir.

Pandanganku mengarah ke arah taman mencari sosok Davina.

“Mah, aku tunggu di sini ya,” ujarku.

“Iya, mama urus bayar dulu.”

Aku hanya mengangguk pelan dan menatap sekitar taman dan … ah itu dia. Aku menghampiri dan duduk di samping Davina. Dia menoleh dan menyadari kalau itu aku lalu ….

“Arka, kamu kembali ke rumah sakit?”

Aku menoleh wajahnya lebih ceria dibandingkan tadi. Apa selama ini memang dia berada di sini, tapi kenapa dan mengapa dia belum pergi? AKu jadi penasaran dengan hal yang membuatnya masih tertahan di dunia.

“Kamu ke mana, tiba-tiba menghilang?” tanyaku yang penasaran juga dengan sosok Davina yang tiba-tiba pergi.

Bukan menjawab, Davina malah beranjak dan berdiri di depanku sambil tertawa dengan tangan menutup mulutnya.

“Pasti kamu kesepian waktu aku pergi?”

“Hahh, menyebalkan,” ujarku lalu beranjak meninggalkannya.

“Arka tunggu, aku ikut kamu ya,” ujar Davina sudah berjalan di sampingku.

Aku sengaja mengabaikannya, bahkan saat aku dan Mama sudah berada di mobil aku hanya menanggapi apa yang ditanyakan oleh Mama. Davina yang ikut duduk di kabin belakang memasang wajah cemberutnya karena berkali-kali bertanya tapi aku abaikan.

“Mah, ada masalah apa dengan Om Kaivan dan Papa? Sepertinya serius?” tanyaku pada Mama.

“Masalah perusahaan, sudahlah kamu tidak usah pikirkan. Cukup fokus dengan sekolahmu,” titah Mama.

Namun, aku masih penasaran karena kalau urusan biasa Om Kaivan dan Papa biasa bahas di meja makan.

“Arka, Arka, Arka, Arka … Arkaaaaaa!” panggil Davina terus menerus yang sengaja mencari perhatianku.

Aku tidak gubris, bahkan saat mobil yang dikendarai oleh Mama sudah berbelok ke rumah dan terparkir rapi di carport aku turun tanpa pedulikan Davina yang masih memanggilku.

Hm, rasakan. Suruh siapa tiba-tiba menghilang dan muncul seenak jidatnya saja.

Baru saja aku menaiki anak tangga, aku teringat kata Kakek kalau makhluk gaib tidak bisa masuk ke dalam rumah kami kecuali makhluk tertentu dengan energi yang begitu besar dan berbahaya.

“Davina,” ujarku langsung berbalik dan berlari. Sampai di pintu depan aku terpaku dan terkejut dengan apa yang aku lihat.

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

,next

2024-03-26

1

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

apa yg Arka liat 🤔🤔🤔

2023-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!