Perusuh

Sang satpam yang tadinya menatap ketus pada Amadea kini menatap dengan penuh kekaguman pada Meirika Jayatri.

Ya siapa yang tak tahu dia. Namanya memang cukup besar untuk masuk list selebriti populer. Mukanya muncul di beberapa iklan komersil televisi.

Walau sekarang job-nya sedang sepi, tapi wajahnya tetap cukup bisa dipakai untuk sekedar masuk ke suatu tempat dengan mudah. Semacam tanda pengenal.

Satpam tadi bahkan hanya disenyumi saja dan membeku di tempat. Meirika bahkan tidak ditanya apa kepentingannya masuk ke gedung itu. Ia melenggang masuk bagai masuk rumah sendiri.

Maya yang mengikuti Meirika tampak sedikit tegang wajahnya. Ia sudah angkat tangan dengan kelakuan artisnya yang satu ini ketika keras kepalanya kumat.

Meirika akan mengejar apapun yang ia inginkan. Tak peduli apapun caranya.

"Mei, udalah. Apa nggak malu kamu? Kemarin kamu udah ditolak mentah-mentah loh waktu nekat datang ke kantornya. Mandala juga udah blokir nomor kamu. Bahkan nomorku ikut dia blokir. Mei, ayo kita pu..."

"Stop, Maya! Diam kamu! Aku nggak biasa ditolak begini!" Meirika terus melenggang masuk dan mengarahkan matanya menatap segala sudut.

Dimana Mandala? Meirika mencari-cari.

"Sekarang bingung ditolak. Kemarin nggak mikir waktu mutusin! Kamu itu..."

"Maya! Diam kamu! Jangan berisik! Aku nggak butuh nasehat siapapun sekarang. Tunggu aja sana di mobil kalau kamu nggak suka sama tindakanku! Pokoknya aku mau ketemu langsung sama Mandala.

Susah-susah ya kita nyogok karyawannya buat tahu kalau dia di sini. Masak kita pulang! Rugi! Aku mau cari dia sama perempuan itu!" Meirika tak peduli Maya berusaha mencegahnya.

Meirika terus berjalan masuk hingga melihat halaman belakang dengan semua crew dan alat-alat terpasang untuk keperluan foto.

"Mei, itu dia! S--sama..."

"Ya! Itu dia! Dea Dea itu, kan? Dia calon pengantin yang Mandala pilih buat gantiin aku. Aku mau samperin!" Meirika melepas kacamata hitamnya lalu menyeriangi dengan geram.

Maya makin takut. Sebagai seorang manager, tugasnya adalah menjaga agar nama artisnya tetap bersih dari skandal.

Kalau sampai Meirika nekat begini dan banyak saksi mata, gosip akan mudah tersebar. Ia sendiri nanti yang repot.

"Mei! Jangan Mei! Mereka kayaknya lagi foto pra wedding." Maya menarik tangan Meirika.

Meirika mengibaskan tangan manager yang sudah mengurusnya bertahun-tahun itu.

Kalau Meirika sudah punya keinginan, maka siapapun tak boleh menghalangi, sekalipun itu Maya.

"Mei, menurut aku Mandala udah terlalu sakit hati kamu putuskan tiba-tiba dan nggak mau lagi ketemu kamu. Kita nggak tahu di bawah sana ada siapa aja. Gimana kalau ada kamera dan mereka ngerekam kenekatan kamu terus disebarkan di akun gosip?

Aku nggak mau ya kamu kena gosip jelek. Nama kamu sudah susah dijual. Jangan bikin aku tambah pusing. Ayo kita pul..."

"NGGAK! Minggir May!" Meirika agak berteriak kesal dan mendorong Maya lalu mulai menuruni tangga satu demi satu menuju taman luas berumput hijau itu.

***

Sementara di atas rumput segar taman ini Amadea menunduk. Sepatu yang ia pakai terasa empuk menghantam rumput cantik ini.

"Dea, lihat saya, dong! Kamu ngapain lihat rumput!" Mandala berbisik di samping telinga Dea.

Posisi mereka saling berhadapan. Dea merengkuh pundak kiri Mandala agar ketidaksempurnaan tangan Mandala tertutup tubuhnya.

Seharusnya wajah mereka berdekatan satu sama lain dan saling memandang dengan mesra. Tapi Dea terlalu gugup hingga lebih memilih melihat rumput.

Perempuan berambut sebahu tadi saling lirik dengan fotografer kondang yang dihubungi mendadak dengan bayaran tinggi itu.

"Mmm, mungkin Bu Dea merasa nggak nyaman karena banyak crew. Kita bisa tinggalin kalian bertiga atau balik badan ke arah lain aja. Gimana Bu Dea?" Perempuan berambut sebahu menatap Mandala ketika mengatakan ide ini.

Mandala menatap Dea yang pipinya memerah lalu mengangguk sambil menahan tawa.

"Oke. Boleh. Biar fokus, biar saya saja yang mengarahkan. Nanti kalau ada riasan yang perlu diperbaiki atau apa baru saya panggil kalian, ya." Sang fotografer yang dari tadi frustasi karena tak mendapat pose yang pas itu ikut setuju.

Mandala mengangguk lalu kali ini benar-benar tertawa tapi kemudian tawanya berhenti ketika melihat sosok lain tiba-tiba berdiri di tengah-tengah para crew yang hendak menyingkir dari lokasi pemotretan.

Amadea terlalu sibuk dengan kegugupannya sendiri hingga tak tahu kalau beberapa meter dari tempatnya berdiri ada Meirika yang menatapnya dengan sinis.

Para crew tampak terkejut karena kehadiran Meirika yang tiba-tiba.

Mandala cepat tanggap. Ia segera memberi kode pada semua orang untuk menyingkir, termasuk sang fotografer yang sekarang ikut bingung dengan apa yang terjadi.

"Dea, Meirika datang. Sejak kemarin-kemarin dia mencoba menghubungi saya meminta balikan dan melanjutkan rencana pernikahan ini tapi saya nggak mau.

Kamu tahu kan harus apa? Ikuti saja skenario saya. Dan buat badan kamu berkompromi. Jangan kaku begitu! Ingat! Kita harus mesra.

Anggap aja kamu cinta beneran sama saya dan kita akan menikah betulan. Ngerti? Sekarang peluk saya!"

Mandala berbisik mengarahkan Dea yang kaget dan bingung tapi gesture-nya seolah ia seperti sedang berbisik mesra pada Dea.

Dea memeluk Mandala dengan agak kaku tapi balasan pelukan Mandala yang kasual seolah mereka mesra betulan membuat adegan ini seperti sangat natural.

Semua orang yang tadinya melirik ingin tahu menyingkir masuk ke dalam gedung setelah Mandala memelototi mereka.

Tinggallah hanya ada mereka bertiga saja di taman yang indah ini. Pohon besar yang teduh menaungi Mandala dan Dea uang berpelukan mesra.

Meirika tampak menatap dengan sengit. Ia berjalan mendekat dengan rambut keritingnya yang belum sempat diluruskan kembali demi peran film yang gagal ia dapatkan itu.

Mandala tampak cuek, menganggap Meirika seolah tak ada. Ia justru menikmati rengkuhan dari tangan lembut Dea yang rapat menyentuh punggungnya.

Mandala pun makin menjadi-jadi. Ia mengelus rambut Dea yang ditata rapi itu dengan mesra.

"Fotografernya sudah pergi, Sayang. Aku suruh pergi karena ada tamu tak diundang datang ke sini. Pelukannya nanti lagi, ya." Mandala berkata dengan suara agak keras.

Dea yang sampai detik ini masih sedikit syok tiap kali dipanggil 'sayang' oleh Mandala itu langsung melepaskan pelukannya.

Amadea Kasea berusaha tidak gugup atau salah tingkah melihat Meirika menatap sinis penuh kode permusuhan ke arahnya.

"Oh! Hai, sekretaris ingusan! Kamu memang lebih muda dan lumayan cantik. Tapi saya nggak nyangka ya bisa-bisanya kamu lancang mendekati boss kamu sen..."

"Mas Mandala yang mendekati saya." Amadea yang entah punya keberanian dari mana tiba-tiba memotong ucapan sinis Meirika.

Mandala menatap agak terkejut sekaligus bangga. Oh! Bagus! Ia suka gadis pemberani!

Mandala tadinya berpikir kalau Dea akan menciut nyalinya di depan Meirika yang memang dominan dan bermulut tajam.

"Oh, sekarang sudah manggil 'Mas.' Benar-benar perempuan ular nggak tahu malu..."

"Meirika Jayatri! Kamu ya yang nggak tahu malu. Dia bahkan manggil saya 'sayang' kalau sedang berduaan saja. Memangnya kenapa? Bukan urusan kamu. Kita akan sah menjadi suami istri beberapa hari lagi. Jadi lebih baik kamu menyingkir dari sini!" Mandala berkata dengan angkuh dan merendahkan ke arah Meirika.

Mandala mungkin terkesan jahat. Padahal ia hanya melakukan hal yang sama seperti ketika Meirika mencampakannya.

Meirika tertawa sengau. Ia tak percaya Mandala yang dulu mencintainya bisa secepat ini berubah dan mengabaikan dirinya.

Sang selebriti dan pengusaha kaya itu saling tatap dengan tajam sekarang. Dea merasa seperti sedang berada di tengah-tengah medan perang.

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!