Meirika dan Tabiat Buruknya

Mandala tertawa pelan. Ia tahu Renda Bachtiar pasti akan melaporkan jawabannya ini pada Meirika. Baiklah, jawab saja dengan kata-kata yang meremehkan biar Meirika makin panas.

Renda menanti jawaban dengan takut-takut. Mandala tersenyum makin lebar lalu menjawab, "Ya nggak, lah. Ngapain saya ngundang Meirika. Saya cuma undang orang-orang penting di hidup saya. Acaranya juga terbatas tamunya. Meirika nggak penting lagi di mata saya. Siapa dia memangnya?"

Renda tampak syok namun akhirnya ia mengangguk lalu pamit pergi. Mandala yang masih tersenyum puas mengikutinya keluar karena ia ingin menemui Dea.

Apa gadis itu sudah selesai berganti pakaian lagi?

Lalu tepat saat Mandala muncul membuka pintu, Dea juga barusan keluar dari kamar sebelah. Amadea sudah berpakaian rapi lagi seperti semula.

"Sayang, aku harus balik ke kantor karena ada meeting. Jadi nggak bisa antar kamu. Kamu pulang diantar Pak Wawan aja, ya. Jangan lupa nelpon kalau udah sampai." Mandala langsung saja sayang-sayang.

Dea yang baru keluar dari kamar langsung salah tingkah tapi kemudian ia sadar ia harus mengambil perannya.

"Iya, Mas. Nggak papa. Jangan lembur dan jangan capek-capek, ya. Mas masih dalam masa pemulihan." Dea langsung tidak lupa dengan panggilan 'Mas' dan tatapan mesra yang setengah mati ia lakukan.

Mandala mengangguk dan tersenyum.

Oh syukurlah! Di depan Renda dan keempat staff butiknya itu akting Dea lumayan meyakinkan.

Tapi rupanya Mandala merasa kurang puas hanya dengan berdialog mesra begini. Ia pun melangkah maju dan mencium kening Dea kemudian merangkulnya lalu mengantar ke depan.

Renda dan empat dayang-dayangnya dibuat melongo dengan adegan barusan.

***

"Dah, Sayang!" Mandala melambaikan tangan kanannya ke arah mobilnya yang disopiri oleh Pak Wawan itu.

Dea yang duduk di kursi penumpang membalas lambaian tangannya dan tersenyum.

Setelah mobil melaju cepat meninggalkan gerbang rumah megah itu, Dea baru menutup kaca dan menyandarkan punggungnya dengan lemas.

"Astaga! Adegan apa barusan! Kok seperti betulan? Pak Mandala semesra dan semanis itu sampai terasa sungguhan aku pacarnya." Dea menjerit dalam hati.

Gejolak rasa apa ini?

Kenapa ada rasa geli-geli menyenangkan di perutnya? Seperti sekumpulan kupu-kupu yang menaburkan benih-benih rasa di hatinya...

Dea tanpa sadar tersenyum sendiri macam orang kasmaran...

***

Beberapa jam kemudian...

Renda Bachtiar kembali ke butik mewahnya di kawasan elite ibu kota. Ada tulisan 'CLOSED' di depan pintu kaca.

Apakah butik terkenal itu benar-benar tutup? Tentu saja tidak. Renda Bachtiar ada di dalam ruangannya. Ia ada tamu penting.

"Serius Mandala bilang kayak gitu? Mana foto perempuannya tadi? Bisa-bisanya dia tetap melanjutkan rencana pernikahan tapi ganti mempelai!" Meirika kelabakan.

Rambut keriting Meirika yang tampak aneh itu mencuat karena kepalanya bergerak kesana-kemari ingin merebut handphone staff Renda. Ia memang tak sabaran.

Tak menunggu lama, sumpah serapah keluar dari mulut cantik Meirika yang kalau di depan kamera selalu bertutur manis.

"Ini kan sekretaris baru Mandala! Gila ya! Bisa-bisanya Mandala mau nikahin dia! Pasti gadis ini dibayar buat pura-pura menikah!" Meirika tampak panas. Handphone pegawai Renda itu hampir ia banting saking kesalnya.

Renda hanya nyengir. Entahlah ia harus mengambil posisi dimana dan membela siapa. Yang ia pedulikan sebenarnya hanya kepentingannya sendiri. Yang penting ia dibayar.

"Mei, tapi kayaknya mereka beneran ada hubungan, deh. Soalnya manggil mesra sayang-sayangan gitu. Pak Mandala bahkan kelihatan cinta banget sama dia. Tatapan matanya itu, loh. Tanya aja sama yang lain. Mereka saksinya tadi." Renda mencoba membantu Meirika tahu fakta yang sebenarnya.

Padahal yang terasa seperti fakta ternyata dibuat sandiwara kan oleh Mandala dan Dea. Kemesraan tadi itu palsu. Pura-pura saja.

Meirika langsung melotot ke arah 4 karyawan Renda yang sudah ia kenal akrab itu.

Tanpa menunggu ditanya, mereka berempat kompak mengangguk seolah mendukung argumen Renda.

"Hah? Pura-pura aja kali mereka. Mana mungkin Mandala suka sama sekretarisnya sendiri. Sampai mau dinikahin lagi. Jelas-jelas sebelum kecelakaan itu kita masih baik-baik saja. Masak dalam waktu berapa minggu aja Mandala nikahin anak itu karena perasaannya?

Aku yakin lah kalau Mandala tetap melanjutkan pernikahan ini hanya karena tak mau menanggung malu saja. Makannya dia cari mempelai pengganti yang mau dinikahi.

Pasti gadis itu dibayar. Aku yakin itu. Gadis itu juga pasti mau karena uangnya besar. Lagian siapa sih yang nggak mau jadi istri Mandala. J

Siapa yang nggak mau jadi Nyonya kaya dadakan. Iya, kan?" Meirika yang hatinya panas bersikeras.

Renda Bachtiar menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi empuk ruangannya itu.

"Mei, kamu barusan bilang siapa sih yang nggak mau jadi istri Mandala? Ya kamu ngaca, lah. Kamu nggak mau kan karena dia cacat? Siapa tahu mereka memang sungguhan saling mencintai setelah kamu mutusin Pak Mandala.

Tadi waktu ngepas gaun, Pak Mandala masuk ke kamar dan mereka berduaan. Cukup lama, sih. Sampai kita penasaran dan berusaha ngintip sampai ketahuan.

Terus waktu Pak Mandala keluar dan saya bantu dia lepas jas, saya lihat bekas lipstik gadis itu di lehernya. Bahkan nempel ke kerah kemeja sedikit. Tuh suruh ambilin Selly bajunya kalau kamu nggak percaya.

Ya kamu nggak perlu penjelasan lagi lah mereka habis ngapain. Pak Mandala malah sempat bilang dengan entengnya, 'Maaf ya saya nggak tahu tempat. Habisnya Dea cantik banget pakai gaun itu. Tapi tenang gaunnya nggak rusak. Cuma kusut sedikit.'

Coba, Mei. Masak kalau nggak cinta mereka melaku..."

"STOP! STOP!" Meirika mendadak kesal.

Renda dan empat pegawianya yang berdiri dengan takut-takut itu tampak terkejut dengan teriakan Meirika. Tak disangka responnya akan sebegini kesal. Padahal kan yang minta putus Meirika sendiri. Kok sekarang mendadak ia seperti tak rela mantannya menikah dengan orang lain.

"Kalian pasti ngarang cerita, kan?" Meirika mulai memelototi semua orang.

Semua menggeleng. Mereka jujur dan hanya mengungkapkan apa yang ia lihat. Dua pegawai yang tadi membantu Dea mengepas gaun bahkan menambahkan cerita yang membuat Meirika semakin meradang.

"Habis Pak Mandala keluar dari kamar itu, kita bahkan lihat calon istrinya itu keringatan. Padahal suhu kamar dingin dan sejuk. Aneh, kan? Dan gaunnya beneran jadi agak kusut." Staff yang bernama Selly itu tampak menujuk ke arah gaun yang tadi dicoba Dea.

Meirika menatap nanar ke arah gaun itu.

Arghhh! Itu kan gaun pengantin pilihannya. Ia minta dirancang khusus untuknya tapi endingnya malah dipakai orang lain.

"Udahlah, Mei. Lagian ngapain sih kamu masih nyari tahu soal dia. Kalau masih cinta kenapa diputusin karena dia cacat? Padahal dia cuma kehilangan satu tangan, loh.

Dia nggak buta, nggak kehilangan fungsi kaki. Dia masih kayak normal aja. Bisa beraktifitas dengan tangan satunya juga. Kenapa kamu langsung minta putus? Kecuali Pak Mandala itu cacat parah yang mengharuskan kamu harus dorong kursi roda dia, atau apalah itu.

Saya tadi udah nanya juga apa dia mau undang kamu di pestanya. Dia jawab nggak karena tamunya terbatas dan hanya orang-orang penting saja di hidupnya. Katanya kamu sudah tidak penting lagi di matanya.

Udahlah, Mei. Berhenti juga merecoki aku dan nyuruh aku jadi muka dua begini. Pak Mandala loh yang bayar aku. Sama satu lagi, Mei. Gaun buat teman-teman bridesmaid kamu kan sudah diambil. Sedangkan pernikahan kamu batal. Pak Mandala minta tagihan semua itu ke kamu."

Renda Bachtiar rupanya makin lelah dengan teror Meirika dan drama cemburunya padahal dia sendiri yang minta putus. Ia lelah dengan semua ini. Tugasnya hanya membuat dan menjual baju, kan?

Meirika melotot kesal. Matanya terpancar penuh amarah.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!