"Aduh! Ibu kan selalu bilang ke aku soal nikah muda. Katanya jangan nikah muda kalau nggak mau nyesel kayak dia."
"Ibu juga selaku larang aku pacaran. Fokus karir dulu. Terakhir dekat sana Reza aja aku masih ingat dia segalak apa."
"Gimana ngomongnya ya. Apalagi ini nikah. Benar-benar nikah. Bukan pacaran."
"Tapi ini kan demi utang dia juga. Tapi kata Pak Mandala tadi sekalipun sama Ibu, aku nggak boleh bilang kalau pernikahan kita nanti palsu, kontrak, alias bohongan."
Dialog-dialog kecemasan itu berputar-putar di kepalanya hingga membuat penjaga toko itu tahu-tahu berdiri di depannya dengan wajah kesal.
"Astaga, Mas!" Amadea tersentak hingga ia hampir jatuh dari kursi tinggi tempat ia duduk di depan etalase.
"Mbak melamun, ya. Dari tadi saya panggilin, loh. Ini tintanya. Ini kembaliannya." Penjaga toko berwajah kurang ramah itu tampak memasang wajah sebal.
"Eh, oh. I--iya, Mas. Maaf." Amadea tersipu lalu mengambil barang belanjaannya beserta uang kembaliannya dan bergegas pergi menyeberang jalan menuju rumah sakit lagi.
Dalam setiap langkahnya ia semi melamun. Pikirannya berkecamuk.
Setelah bilang menyanggupi pernikahan pura-pura ini kini ia mendadak ragu lagi.
"Kenapa Pak Mandala nggak batalkan aja ya. Masak gara-gara rumor soal dia mau nikah udah kesebar terus dia sembarangan cari mempelai pengganti begini. Apa dia takut malu..."
"Ah, tapi tadi dia bilang... . Katanya biar dia punya rekam jejak sudah menikah aja di mata publik. Emang kenapa?"
Amadea lalu menghentikan langkahnya tepat di depan lift.
Deg!
Apa ia melewatkan sesuatu soal boss-nya? Rumor? Gosip yang menyebar ke publik mungkin...
Amadea lalu memencet nomor lantai tempat Mandala dirawat. Sambil menunggu ia buru-buru mengeluarkan handphone dari tasnya.
Dengan gerakan buru-buru juga jari lincahnya segera berseluncur menuju mesin pencari internet dan mengetikkan nama boss-nya.
"Mandala Barata Gosip Terbaru."
Lalu muncullah segenap link berita dari aneka sumber yang kebanyakan adalah portal berita online seputar selebriti.
Ya, mau tak mau Mandala Barata yang merupakan pengusaha masuk ke jajaran selebriti karena publik mengenalnya ketika ia aktif di acara amal.
Dari potongan foto yang memang cukup tampan untuk kalangan biasa, komentar publik di internet yang penasaran soal siapa sosok itu membuat para pewarta berlomba-lomba mengekspos Mandala dan kehidupan pribadinya.
Jadilah ia seterkenal ini. Mungkin namanya akan menjadi perbincangan hangat lagi kalau ia jadi mengumumkan hubungan dan pertunangannya dengan Meirika Jayatri. Sayang, Meirika memutuskannya secara sepihak dan batallah semua itu.
Amadea masih memelototi layar handphone-nya ketika pintu lift sudah terbuka. Ia terlalu fokus hingga ketika orang yang sama-sama menunggu lift di sampingnya masuk, ia masih tertegun di tempat seperti patung.
"Astaga!" Amadea menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.
Berita kecelakaan Mandala di hutan sih hanya diliput beberapa portal berita. Itu pun tidak detail karena Mandala juga mungkin masih menyembunyikan kecacatannya dari publik. Tapi berita yang muncul ketika Dea mengetikkan nama itu di Internet adalah soal isu miring yang mengejutkan.
"Pengusaha tampan Mandala Barata tertangkap kamera sedang liburan bersama Rafael Maliq di Bali."
"Mandala Barata Berkencan dengan model pria?"
"Tak pernah nampak gandeng kekasih, Mandala Barata diisukan punya hubungan terlarang dengan Rafael Maliq."
Dan sederet artikel serupa lagi muncul dengan judul berita sensasional yang jelas menjadi sarang click bait untuk menaikkan jumlah pembaca.
"Ya ampun! Jangan-jangan memang benar. Tapi Meirika Jayatri? Oh, dia kan artis juga. Mungkin biar sama-sama menguntungkan maka kemarin mereka mau menikah. Bisa jadi kan? Tapi masak sih Pak Mandala..."
Amadea mendadak bergidik. Ia lalu menaruh kembali handphone di tas karena semakin banyak membaca gosip itu, bulu kuduknya makin merinding.
"Oke. Nggak papa Dea. Jangan menghakimi jalan hidup dan kondisi khusus seseorang. Ini kan demi hutang kamu. Nggak papa. Pak Mandala terang-terangan bilang juga kan kalau nanti akan cerai. Kamu bisa negosiasi mau nikah kontrak berapa lama. Ayo, Amadea. Abaikan semua gosip itu. Yang penting utang lunas!"
Bahkan setelah masuk ke dalam lift pikiran dan monolog itu masih memenuhi isi kepalanya.
Tak tuk tak tuk!
Suara sepatu hak tinggi Dea bergemeletuk saat ia berjalan menuju ruang rawat Mandala lagi. Ia mengetuk pintu dan masuk.
Mandala terbaring dan ternyata sedang diperiksa suster dan dokter yang mengecek kondisinya.
Agak canggung, Amadea menunggu di ujung ruangan dengan berdiri kaku.
"Sini Dea!" Tanpa diduga Mandala memanggilnya.
Dokter yang selesai memeriksa pun ikut menoleh.
Mandala jelas bukan pasien biasa. Ia VVIP. Kelas terbaik di rumah sakit ini. Jadi perlakuan para tenaga medis apalagi dokternya juga berbeda. Ia pasien spesial.
Dengar-dengar desas-desus dari anak-anak kantor sih Mandala punya saham dan menjadi donatur tetap di rumah sakit ini, makannya kabar menghebohkan soal tangannya yang terpotong pun rapat-rapat belum tercium wartawan walau sudah beberapa pekan.
"Nah, ini Amadea, Dok. Calon istri saya." Mandala berkata dengan entengnya.
Amadea yang dengan gugup berjalan mendekat pun makin gugup, bahkan ia hampir menabrak tiang infus.
Duh, calon istri...
Sang dokter tampak manggut-manggut. Walau menuduk karena malu mendadak disebut sebagai calon istri, tapi Dea bisa merasakan gerak-gerik deretan 5 perawat di belakang dokter yang tampak syok tapi ditutup-tutupi.
Oh, astaga! Dea jelas mengeluh dalam hati. Sebagai sesama perempuan ia pasti tahu para suster cantik itu sedang menilai dirinya.
Amadea dengan spontan meraba poninya. Apakah lepek karena habis panas-panasan tadi menyeberang jalan membeli tinta?
Apa make-up nya berantakan? Apa bajunya kusut?
Mendadak ada rasa tertekan tanpa ia sadari. Amadea ingin berteriak dalam hati. Ia main sanggup saja tadi hingga lupa kalau Mandala yang hendak menikahinya itu bukan orang biasa.
Mandala pengusaha kaya terkenal. Mandala itu pewaris tunggal dari Barata Group. Mandala bisa dibilang dikenal publik dan sejajar dengan selebriti. Mandala tampak dan jutaan perempuan di luar sana ingin jadi istrinya. Dan Amadea Kasea yang dipilih...
Jantung Amadea terasa makin ingin merosot saja saat dirasakannya Mandala menatapnya dari pembaringannya.
"Oh, ini calon istri Mandala Barata? Jelek!" Itulah kata-kata yang terbayang akan dilontarkan pata suster cantik itu padanya. Amadea makin menunduk.
"Tanggal dan segala macam sih sudah dari jauh-jauh hari kita siapin, Dok. Memungkinkan tidak kalau saya mengadakan acara pernikahan dengan kondisi seperti ini. Sekitar bulan depan.
Bukan acara resepsi panjang dengan banyak tamu, sih. Acara singkat aja dan intimate. Keluarga dekat juga beberapa saja karena kebanyakan di luar negeri. Paling rekan bisnis sana jajaran penting di kantor.
Saya sudah merasa agak pulih, sih. Gimana, Dok?"
Sambil menunduk Amadea bisa mendengar dengan jelas akting Mandala yang meyakinkan.
Dokter pun menjelaskan kondisi medis Mandala dan segala macamnya beberapa saat hingga berkesimpulan Mandala bisa tetap menikah tanpa mengubah tanggal.
"Sayang, tolong benerin bantal aku sebelah sini." Mandala dengan mengejutkan berbicara pada Dea dengan sebutan 'sayang.'
Dea jelas terkejut tapi ia menyembunyikannya dengan senyuman kaku. Ia pun mengikuti perintah Mandala dengan hati dag-dig-dug.
Ketika membetulkan posisi bantal, jarak wajah mereka begitu dekat. Mau tak mau Dea menatap wajah boss galaknya itu.
"Jangan kaku. Akting yang bagus." Mandala mengucapkan kalimat singkat itu tanpa suara, tapi dengan gerakan bibir saja.
Amadea tersentak lalu mundur dengan tegang. Dilihatnya dokter dan para suster tersenyum ke arahnya.
"Ah, Pak Mandala. Saya rasa Bapak akan pulih segera dan bisa dirawat di rumah karena ada perawat cantik yang merupakan calon istri sendiri.
Sampai kaget saya tahu-tahu Bapak mau menikah. Ini dirahasiakan ya, Pak?" Dokter yang berusia paruh baya itu membuat Dea makin tersipu.
Amadea berusaha mengangkat kepalanya dan matanya bertemu dengan mata penasaran para suster cantik yang Dea tebak bermulut gosip.
Ah, apa Pak Mandala sengaja mengekspos ini agar digosipkan? Tujuannya kan itu...
Pikiran cerdas Amadea mulai nyambung kenapa Mandala tadi menyuruhnya untuk berakting dan jangan kaku.
Kini Dea bisa mendengar dengan jelas tawa renyah Mandala.
"Nggak rahasia, Dok. Awalnya mau tunangan dulu tapi kan saya keburu kecelakaan. Jadi langsung ke nikahan aja. Nggak tertutup, kok. Cuma tamu saja yang terbatas.
Nggak ada yang saya tutup-tutupi. Hubungan saya sama Dea memang agak privasi. Saya nggak mai kenyamanan dia terganggu. Tapi nggak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi lah sekarang. Tanggal pernikahan kan juga sudah dekat. Nanti datang ya, Dok."
Amadea merasa pipinya memerah padahal ini cuma akting.
Jujur saja, kata-kata Mandala begitu manis seolah ingin serius melindungi dan menjaga privasinya. Tatapannya juga seolah ia sangat mencintai Dea.
Perut Dea sampai mulas juga dibuat salah tingkah.
Sang dokter manggut-manggut diikuti cengar-cengir para suster yang puas karena amunisi gosip mereka siap diluncurkan dari mulut ke mulut.
"Eh, tahu nggak. Mandala Barata mau nikah, loh!"
Amadea bisa merasakan hawa itu bahkan ketika mereka sudah berlalu pergi keluar dari ruang rawat hingga pintunya tertutup rapat dan tinggallah mereka berdua saja.
"Sayang, tolong ambilin minum." Mandala berusaha lagi.
Hah?
Amadea tertegun.
Sayang?
Apa ia tak salah dengar?
S--sayang?
Kenapa ia tetap dipanggil sayang, padahal tinggal berdua saja.
"Sayang? Kamu nggak dengar ya aku ngomong apa?" Mandala kembali memanggil Amadea.
"Hah?"
Amadea mendadak menjadi macam robot error yang hanya bilang "hah" saja.
BERSAMBUNG...
____
Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komentar, ya. Terima kasih sudah mampir.🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments