Noda Lipstik

Amadea Kasea merasa terpojok. Gaun pengantin putihnya ia genggam karena tangannya mulai berkeringat.

Mandala dengan jas rapinya makin melangkah mendekat.

"P--Pak, kita sudah sama-sama sepakat kan kalau tidak ada kontak fisik apapun kecuali untuk kebutuhan publikasi atau agar orang-orang tidak curiga. Bapak sudah tanda tangan." Amadea berusaha menghindar dengan memalingkan wajah.

Ia rasakan nafas Mandala menyapu pipinya.

"P--Pak. Tolong, Pak. Jangan Pak..." lirih Dea.

"Sudah saya bilang biar kamu nggak keceplosan ke depannya, mau ada orang atau nggak pun kamu tetap panggil saya 'Mas.' Ulangi!" Mandala berkata pelan tapi bibirnya benar-benar tepat berada di depan telinga Dea.

"Mas..." Dea menjawab dengan nafas ngos-ngosan.

"Bagus. Sekarang cium saya, Dea! Untuk keperluan publikasi dan membuat orang percaya pada hubungan serius kita ada di dalam surat itu, kan? Kamu tentu ingat betul pasal itu.

Saya ingin bekas lipstik kamu menempel di saya. Agar ketika Renda Bachtiar dan pegawainya melepas kemeja dan jas ini nanti mereka bisa lihat dan menyangka kita berlama-lama di kamar ini karena habis bermesraan.

Kamu tahu kenapa, kan? Ya, karena Renda itu diam-diam pasti akan lapor ke Meirika. Sudah saya sumpah untuk bungkam pun ia pasti bermulut racun. Apalagi Meirika juga penuh tipu daya."

Mandala menjelaskan panjang lebar dengan pelan. Suaranya benar-benar membuat Amadea merasa panas dingin. Apalagi dalam jarak yang sedekat ini tangan Mandala mulai menyentuh pundaknya.

"Cium saya. Di sebelah sini." Mandala berbisik lalu menunjuk lehernya.

Ketika ia memiringkan kepala begini, hidung mancungnya terlihat sempurna.

Amadea menelan ludahnya. Ya ampun leher mulus itu, dengan garis otot sempurna.

Sumpah ia harus melakukan ini? Oh astaga!

"Dea, cepat. Pastikan bekas lipstik kamu menempel di leher saya," ucap Mandala lagi.

Mata Dea membulat. Mandala tersenyum begitu manis, seolah menikmati kegugupan Dea.

"T--tapi, Pak..."

"Dea, saya akan terus berdiri dan memojokkan kamu begini sampai berjam-jam. Sampai kamu melakukan apa yang saya suruh tadi. Cepat ci..."

Cup!

Dan Amadea memdaratkan bibirnya tepat di leher Mandala.

Mandala yang tadinya seolah menggodanya jadi mematung mendadak.

Amadea lalu memundurkan kepalanya dan menyandarkannya ke tembok dengan pasrah. Jangan ditanya bagaimana warna pipinya sekarang. Merah!

Dag dug dag dug!

Jantungnya memompa cepat seperti habis lari keliling lapangan 100x, ia padahal ia hanya habis mengecup Mandala dua detik saja.

"Oke. Good." Mandala berusaha stay cool lalu melangkah mundur dan mengecek lehernya ke arah cermin.

Amadea masih menempel di tembok macam cicak.

"Cukup sih ini. Anggap aja pemanasan. Saya nggak undang banyak wartawan tapi ada beberapa media partner yang saya izinkan meliput pernikahan kita nanti.

Ya rencananya begitu. Kamu tahu kan kita harus berciuman di depan publik? Tidak harus sih. Tapi lebih meyakinkan kalau kita melakukannya. Jangan lupa akting yang bagus biar kamu nggak kaku mesra-mesraan sama saya." Mandala lalu menatap puas pada bayangan dirinya sendiri di kaca.

"I--iya, Pak," jawab Dea terbata.

Mandala tampak menaikkan alisnya dan kembali menatap tajam. Marah sih tidak. Ia hanya suka saja melihat Dea gugup begitu. Seolah ini adalah hiburan baginya.

"Dea, saya tadi bilang apa. Belum ada lima menit. Kamu lupa harus manggil saya apa?" Mandala berkata pelan tapi tajam.

"Ma--maaf, P-- eh, Mas." Dea menjawab lirih lalu menyeka keringatnya di dahi.

"Kamu keringatan begitu. Ruangan ini AC-nya dingin. Kenapa?" Mandala menahan tawa.

Amadea hanya menggeleng. "Ng--nggak papa kok, Pak. Eh, Mas maksunya."

"Okelah. Saya keluar mau lepas jas ini. Gaunnya perfect, nggak ada yang perlu diubah. Pastikan kamu cantik ketika difoto nanti. Biar Meirika panas dan kesal karena kamu yang makai gaun pernikahan impiannya. Dan ya harus saya akui kamu kelihatan lebih cantik dari dia.

Oh, ya. Satu lagi. Setelah kita menikah kamu pakai kamar ini aja. Kamar saya di samping. Sesuai janji. Kita pisah kamar, kan? Kecuali kamu berubah pikiran dan mau se..."

"Nggak, Pak. Kita pisah kamar. Eh, Mas. Maaf saya masih suka salah nyebut panggilan," potong Amadea dengan panas dingin.

Mandala tertawa lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan menuju pintu.

Jegrek!

Begitu pintu dibuka, terlihat Renda Bachtiar dan 4 pegawainya tergagap saling dorong karena panik ketahuan menguping.

"Kalian ngapain di depan pintu?" Mandala kembali ke mode galak.

"Ng--nggak papa kok, Pak. Kita cuma bingung nunggu Bapak lama banget dan nggak ada yang berani mengetuk pintu." Renda Bachtiar selaku sang boss berusaha tetap profesional walau panik juga takut dimarahi Mandala.

Mandala tentu tahu apa tujuan mereka. Ya, jelas untuk menguping. Penata busana, make up artist, dan pekerjaan serupa di industri hiburan adalah sarang gosip.

Mandala tahu itu. Dan seperti di rumah sakit kemarin, ia sengaja membuat sandiwara kecil untuk menyebarkan rumor tentang dirinya sendiri.

Mandala tahu sudah banyak yang membicarakan soal kecelakaan dan kecacatan tangan kirinya. Tapi berita itu tak terlalu menggemparkan dibandingkan gosip pernikahannya.

Padahal sudah ada beberapa foto dirinya yang tersebar dengan kondisi tangan kirinya dibalut perban. Tapi publik rupanya lebih tertarik membahas kisah asmaranya yang sering simpang siur mewarnai kanal akun-akun gosip.

Banyak yang bilang ia tetap terlihat keren walau tak punya dua tangan sekaligus. Publik makin menjadi-jadi membicarakannya. Beberapa akun berita malah sempat mengungkit-ungkit hubungannya lagi dengan Rafael Malik yang orangnya saja bahkan sudah meninggal. Itulah salah satu yang membuat Mandala benci wartawan gosip.

Kesimpulannya Mandala Barata tetap akan membuat patah hati para wanita di hari pernikahannya. Entahlah tanggapan publik nanti begitu tahu siapa mempelai wanita Mandala itu.

Sejujurnya Mandala lupa efek dari pernikahan ini untuk Amadea. Amadea pasti akan ikut dibahas-bahas, dikorek kehidupan pribadinya, dicela, dibenci. Ya itulah resiko menjadi dikenal publik secara luas.

Mandala seharusnya bilang agar Dea tak terlalu syok nanti. Tapi ya namanya saja pernikahan dadakan. Mandala yang sibuk memulihkan diri dan mengurus banyak dokumen pernikahan dan juga bisnis lupa memperingatkan Dea soal masalah ini.

"Pak, tadi gimana gaun pengantinnya? Puas dengan hasilnya? Ada yang perlu diubah?" tanya Renda dengan hati-hati dan pelan karena dari tadi Mandala masih berdiri dengan muka seram di depannya juga pegawianya.

"Ya, saya suka. Suka sekali. Maaf tadi lama. Saya nggak tahan lihat dia cantik banget. Tapi tenang. Gaunnya aman. Cuma agak kusut sedikit." Mandala tertawa pelan lalu memberi kode pada Renda agar mengikutinya ke kamarnya.

Renda saling lirik dengan pegawainya. Mereka semua orang dewasa yang tentu tahu kemana arah pembicaraan lelaki itu barusan.

Oh, apa yang mereka lakukan di kamar sampai gaun pengantinnya sedikit kusut?

Dea yang mendengar semua ucapan Mandala barusan dibuat memerah wajahnya.

"Oh! Dasar mengarang cerita! Apa bekas lipstik saja tidak cukup? Kenapa harus bilang hal menjurus ke arah nakal begitu sih. Sialan!" Dea menjerit dalam hati.

Dua staff Renda yang tadi membantunya mengepas gaun langsung masuk ke dalam kamar yang pintunya memang terbuka lebar-lebar itu.

Amadea menelan ludahnya begitu dua staff itu melirik ke arah kasur yang rapi lalu spontan menatap gaun kusutnya. Gaun itu kan kusut karena ia remas sendiri dengan tangannya waktu gugup tadi. Astaga...

Amadea merasa kesal.

Ah! Pasti pikiran mereka sudah mengarah kemana-mana. Dea yang menyeka keringat sisa-sisa gugupnya makin kesal saat menyadari mungkin para staff itu mengiranya berkeringat karena hal lain.

"Bu Dea, perlu dibantu lepas gaunnya?" tanya mereka dengan salah tingkah karena mengira Dea habis berbuat yang tidak-tidak bersama Mandala barusan.

Amadea ingin menangis karena jengkel.

"Mmm, saya aja yang lepas sendiri. Kalian bisa keluar dari kamar dan menutup pintu?" Dea mencoba mengatur nafasnya agar kekesalannya tidak meledak.

Dua staff itu mengangguk.

Jegrek!

Pintu kamar ditutup. Amadea langsung menjatuhkan diri di kasur lalu berteriak dalam hati!

"Arghhh! Aku akan menikahi lelaki itu beberapa hari lagi? Dan dia ternyata normal! Dan dia ternyata membuat aku gugup!

Tunggu! Kenapa aku selalu gugup saat berada di dekatnya. Jangan-jangan aku jatuh cin...

NGGAK!"

BERSAMBUNG ...

_____

Tinggalkan jejak ya teman-teman. Thanks 🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!