Menerimamu

Beberapa hari setelah peristiwa Julian mengajaknya ke tepi pantai, Keanu sering meminta menginap di apartemen Nara. Dia senang anak itu bisa membuatnya tersenyum, meskipun terkadang terlintas di benaknya mendiang sang putra. Julian pun semakin gencar mendekati Nara. Terlihat perubahan baik dari janda muda itu, dia tidak lagi sedingin dulu.

Seperti biasa, Nara bangun pagi menyiapkan sarapan dan bekal untuk Keanu yang menginap di apartemennya. Dia tersenyum bahagia bisa melakukan tugas seorang ibu meskipun bocah itu bukan putra kandungnya. Julian akan datang tiga puluh menit sebelum Keanu berangkat sekolah, mereka mengantarkan Keanu bersama-sama layaknya keluarga utuh dan bahagia.

Nara sudah tidak memperdulikan lagi ocehan para karyawan Julian yang tidak menyukai dirinya dekat dengan Julian, termasuk Kaniya. Bahkan, Julian dengan sengaja memberikan perhatian lebih kepada Nara di depan para karyawan. Meskipun berlebihan dan membuat dirinya tidak nyaman, dia tetap harus menerima karena tidak ada penolakan bagi Julian.

Pagi ini menu makanan Keanu harus mengandung semua unsur kesehatan. Semenjak mengenal Nara, bocah itu mau tidak mau harus mengkonsumsi segala jenis sayuran. Perlahan Nara mengajari Keanu memakan sayuran. Dan kini dia mulai terbiasa dan ketagihan. Usia memasak dan menyiapkan bekal, Nara masuk kedalam kamar Keanu dan membangunkan bocah tampan itu.

"Hei boy, bangun yuk. Kamu harus sekolah nak," usapan lembut di pucuk kepala Keanu, membuat bocah kecil itu menggeliat.

"Bunda, ini sudah pagi?" Nara tersenyum mendengar pertanyaan Keanu yang selalu sama setiap pagi.

"Iya dong sayang. Bunda tidak akan membangunkan Keanu kalau masih malam sayang," perlahan mata mungil itu mulai terbuka.

"Pagi bunda." Pelukan hangat dari Keanu membuat hati Nara selalu bahagia. Dia merasa sang putra hadir dalam jiwa Keanu.

"Pagi ganteng, ayo bangun. Bunda sudah siapkan air hangat. Kamu mandi, terus pakai seragam, terus kita sarapan bersama," Keanu mengangguk mendengar perintah Nara. Dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, dia berjalan menuju kamar mandi. Nara menyiapkan pakaian seragam yang harus dia kenakan hari ini. Tidak lupa, dia memeriksa kembali isi tas Keanu. Menyamakan semua buku dengan jadwal pagi ini. Tak lupa membuka satu persatu buku tugas bocah itu untuk memastikan semua sudah dikerjakan dengan baik.

Meskipun usia Keanu masih tujuh tahun, Nara mengajarkan dia untuk mandiri. Meskipun terkadang dalam mengenakan pakaian Keanu belum terlalu rapi, dia tidak mempermasalahkan dan selalu memuji hasil usaha Keanu. Nara keluar kamar Keanu dan bersiap di dalam kamarnya sendiri. Pagi ini dia harus pergi keluar kota untuk rapat bersama dengan klien dan tanpa adanya Julian, karena digantikan oleh asistennya.

Sebelum Keanu selesai mengenakan pakaian, Julian sudah tiba. Terdengar suara bel pintu apartemen Nara berbunyi. Dia sudah tau siapa yang datang dan segera membukakan pintu.

"Selamat pagi bunda," Sapaan yang sama setiap pagi. Membuat Nara selalu tersipu malu dibuatnya.

"Selamat pagi Pak, silahkan masuk." Julian berdecak kesal dan diam di depan pintu apartemen Nara.

"Aku bukan bapak kamu." Nara tertawa melihat reaksi Julian yang kesal.

"Sudahlah, ayo masuk. Kean baru mandi," Julian berjalan mengikuti Nara masuk kedalam apartemen.

"Kamu hari ini ikut meeting bersama Aldo kan Bun?" Julian selalu memanggil bunda kepada Nara setelah malam itu.

"Iya, aku dan Jessi yang hari ini ikut Mas," Nara menyiapkan sarapan diatas meja makan sambil menjawab pertanyaan Nara.

"Jaga hati, jaga mata ya Bun. Aku cemburuan loh," Nara hanya tersenyum menanggapi ucapan Julian. Perhatian mereka tertuju pada bocah tampan yang datang dengan rambut acak-acakan.

"Ayah, bunda. Rambut Kean nakal, tidak mau di sisir," Julian dan Nara tertawa bersama melihat penampilan Keanu.

"Sini ayah rapikan boy." Bocah itu berjalan mendekati Julian dengan sisir di tangan.

"Anak ayah sudah semakin pandai ya. Rambut Kean tidak nakal, kamu hanya perlu lebih bersabar sedikit boy. Pelan-pelan saja menyisirnya," Julian memberi pengertian kepada putranya sambil merapikan rambut itu.

"Baik ayah. Besok Kean akan belajar lagi. Terima kasih ayah sudah merapikan rambut Kean," bocah itu mengecup pipi Julian sebagai ucapan terima kasih.

"Sama-sama sayang, sekarang kita sarapan," dia menggandeng tangan mungil itu dan duduk bersama di meja makan. Nara melayani mereka dengan baik. Julian bahagia mendapatkan perlakuan itu. Hal yang sudah lama tidak dia rasakan setelah ibu kandung Keanu meninggal dunia.

Mereka makan dengan tenang, Nara juga memberi tahu Keanu dimana dia meletakkan bekal untuk hari ini. Mengingatkan bocah itu untuk menghabiskan bekalnya dan banyak mengkonsumsi air mineral. Keanu termasuk anak yang susah mengkonsumsi air mineral. Membuatnya sering terkena dehidrasi.

Usai sarapan, mereka bergegas mengantarkan Keanu ke sekolah. Bocah itu sangat riang semenjak Nara lebih dekat dengan ayahnya. Dia merasakan keluarga yang utuh. Bahkan rasa iri terhadap teman-temannya kini sudah hilang.

"Sekolah yang baik ya nak. Dengarkan kata ibu guru. Ingat, nanti jangan keluar dulu sebelum ayah datang menjemput." Nara memberikan nasehat kepada Keanu.

"Bunda ikut jemput tidak?" Nara hanya akan ikut menjemput Kean sekolah jika ada waktu luang.

"Maaf, bunda hari ini harus keluar kota sayang. Dan sepertinya malam ini Kean juga harus pulang ke rumah," wajah bocah tampan itu berubah menjadi sendu.

"Hei kenapa sedih?" Julian mencoba mencairkan suasana.

"Bunda pergi berapa lama?" tanyanya dengan suara pelan.

"Besok bunda sudah pulang nak. Jadi jangan sedih," Keanu tersenyum tipis. Dia memeluk tubuh Nara dan mencium pipinya sebelum masuk kedalam sekolah.

"Keanu masuk ya bunda, ayah," Mereka mengangguk dan melambaikan tangan kearah Keanu yang sudah dijemput oleh guru kelasnya.

Mobil itu segera bergerak menuju perusahaan milik Julian. Nara mendapatkan pesan dari grup satu ruangan kerjanya. Yang hanya beranggotakan Yudha, Jessi dan Mela. Dia fokus berbalas pesan, hingga membuat pria tampan di sampingnya cemburu.

"Ternyata ketampanan ku masih kalah dengan ponsel itu," Nara masih belum mendengar ocehan Julian.

"Bunda chat sama siapa sih? Bahagia sekali wajahnya. Ayah sampai dicueki gitu," Nara tertawa mendengar keluhan Julian.

"Sama anak-anak keuangan mas," jawabnya singkat. Dan kembali kepada ponselnya.

"Oh, lebih penting mereka sepertinya daripada aku. Siapa lah aku ini?" Karena sudah selesai, Nara menyimpan ponselnya dan menatap Julian.

"Ada si mas, cemberut gitu?" Julian teringat jika pagi tadi sebelum menjemput Nara, dia ingin menanyakan status mereka saat ini seperti apa.

"Gapapa, hmmm boleh aku bertanya?" Nara mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Ini sudah Minggu ketiga sejak malam itu, apakah kamu masih belum memiliki jawaban untukku?" Nara terdiam. Dia sempat berfikir jika Julian sudah melupakan malam itu.

"Maafkan aku jika terkesan memojokkan kamu. Aku sudah membuktikan keseriusan ku kepadamu. Dan kamu juga tau pasti, usia kita bukan anak muda lagi. Aku tidak mau menjalin hubungan hanya sekedar bersenang-senang saja. Aku ingin kita lebih serius lagi," Julian melanjutkan perkataannya.

"Maafkan aku jika menggantungkan status kita. Kamu pasti paham mas seperti apa perasaanku, dan apa yang membuatku belum memberikan kepastian," Julian diam mendengarkan. Hatinya seperti nyeri mendengar kejujuran Nara yang masih menyimpan luka lama. Dia merasa gagal menyadarkan Nara.

"Jika memang kamu masih belum siap, aku tidak apa. Aku masih sanggup menunggumu hingga kamu merasa sudah yakin. Sampai kapanpun itu aku akan ada disisimu, menunggu dirimu mengatakan...." Belum selesai Julian berkata, Nara sudah menyahut

"Iya aku mau mas, kita jalani ini dan bantu aku untuk berdamai dengan hatiku dan masa laluku." Seperti diguyur air ditengah gurun pasir, Julian meneteskan air mata bahagia mendengar jawaban itu.

"Terima kasih sayang, aku akan membantumu dan menjagamu selalu. Kita mulai kisah kita dengan kebahagiaan," Mereka saling berpelukan. Meluapkan rasa bahagia.

"Semoga ini yang terbaik."

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

buka hatimu Nara buat julian

2024-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!