Lembaran Baru

Disinilah Inara saat ini, kota baru, negara baru dan kehidupan baru. Papa Soni mengirim Inara keluar negeri. Lebih tepatnya, meminta Inara untuk bekerja di salah satu perusahaan milik rekan bisnisnya. Papa Soni juga menyembunyikan keberadaan Inara dari Kendra. 

Setelah tiba di bandara, Inara menuju apartemen yang sudah Papa Soni siapkan. Dia menatap kota asing ini dengan senyum baru dan harapan baru. Satu jam perjalanan Inara dari bandara menuju tempat tinggalnya. Dia segera masuk kedalam unitnya setelah sampai di gedung apartemen dan mendapatkan ijin masuk dari penjaga. 

Apartemen dengan satu kamar tidur dan sudah terisi lengkap dengan furniture yang di butuhkan Inara, membuatnya merasa nyaman. Memang tidak begitu luas, namun cukup untuk dirinya yang tinggal seorang diri. 

"Semangat Inara. Kamu pasti bisa. Selamat datang di kehidupan barumu Inara." Dia menyemangati dirinya sendiri. Dengan penuh semangat, Inara segera merapikan pakaiannya. Dan membersihkan apartemen itu kembali, meskipun sudah tampak sangat bersih. 

Inara berjalan menuju dapur dan melihat isi dalam lemari pendingin. Dia sedang menulis apa saja yang harus dia beli untuk kebutuhannya selama satu bulan. Inara akan mulai bekerja Minggu depan. Dia harus pandai mengatur keuangan agar cukup hingga dia menerima gaji pertamanya.

"Semua sudah aku tulis, aku akan pergi ke mini market di dekat sini saja." Dengan antusias Nara segera mengambil sweeteer dan mantel hangatnya sebelum keluar apartemen. Karena saat ini sedang musim dingin di negara tersebut. 

Setelah mengunci pintu apartemen, Nara berjalan keluar dan mencoba mencari letak mini market terdekat. Beruntung dia tiba di negara ini saat sore hari dan matahari masih bersinar. Nara menikmati udara dan pemandangan di sekitar bangunan apartemen tempat tinggalnya. 

"Wah di sini indah sekali. Banyak anak-anak bermain juga," Nara mampir ke sebuah taman yang terdapat danau buatan di tengahnya. Dia duduk di salah satu bangku taman dan melihat anak-anak yang sedang bermain disana. Tanpa sadar, air matanya menetes dan mengusap perut ratanya. 

"Mama rindu nak. Kamu meninggalkan mama sendiri di sini." Terpaan angin menyadarkan lamunan Nara.

"Mama harus kuat nak, mama harus bisa." Dengan cepat dia hapus air matanya. Dia berusaha menyemangati dirinya dan melanjutkan perjalanannya tadi. 

Beruntung Nara bisa berbahasa asing, itu memudahkan dirinya berkomunikasi. Beberapa kali dia harus bertanya kepada orang untuk menunjukkan arah dimana mini market terdekat. Kini, Nara sudah berada di dalam mimpi market itu dan mulai berbelanja. 

Dia memilih bahan-bahan sesuai dengan catatannya. Bayangan Kendra masih saja menghantuinya, kala dia melihat makanan yang menjadi kesukaan Kendra. Dengan cepat Nara menyadarkan dirinya, agar tidak lagi mengingat pria yang sudah menjadi masa lalunya itu. 

Semua brang yang di butuhkan Nara sudah lengkap. Dia segera menuju kasir dan membayarnya. Dengan membawa kantong belanjanya, Nara kembali menyusuri jalan tadi untuk pulang ke apartemen. Ini awal baru untuknya. Dia harus bahagia. Itulah yang ada di benaknya saat ini. Nara menikmati kesendirian ini sekarang. Dan berbeda jauh dengan Kendra dan Yuna. 

Kendra masih saja berusaha mencari tahu keberadaan Nara saat ini. Dengan meminta bantuan beberapa orang bayaran, dia masih berharap Nara mau kembali kepada dirinya. Yuna bahkan sering terabaikan karena Kendra masih saja mencari Nara. 

Beberapa waktu yang lalu, akta cerai Kendra dan Nara sudah di kirim ke rumah Kendra dan satu salinan ada di tangan Papa Soni. Akta itu hanya selembar kertas tak berguna bagi Kendra. Dia masih menganggap Nara istrinya. Bahkan hingga detik ini, Yuna masih berstatus kekasih Kendra. Meskipun kandungan Yuna sudah sangat besar, tetap saja Kendra seperti tidak menganggap itu anak kandungnya. 

Yuna masih bersabar menunggu Kendra bisa menyadari kesalahannya. Kendra masih bersikap lembut seperti dulu, hanya saja Yuna bisa merasakan jika pikiran Kendra masih tertuju kepada Nara. Hari ini orangtua Kendra mengundang Yuna dan dirinya untuk makan malam bersama. Dengan penuh antusias, Yuna menyiapkan semuanya dengan sebaik mungkin.

"Mas, jangan lupa malam ini mama dan papa mengundang kita makan malam. Mas jangan pulang terlalu larut," mereka sedang sarapan pagi bersama. 

"Iya sayang. Mas ingat itu dan mas akan pulang lebih awal nanti. Jadi bersiaplah, berdandanlah yang cantik." Yuna tersipu malu mendengar jawaban Kendra. 

"Oya mas, Minggu depan jadwal aku check up. Apa mas bisa mengantarkan?" Yuna sangat berharap Kendra mau mengantarkan dirinya untuk memeriksakan kandungannya. 

"Nanti mas coba atur jadwal ya sayang. Mas usahakan," Kendra tersenyum dan kembali menikmati makanannya. Berbeda dengan yuna yang menjadi murung. Karena beberapa kali Kendra pernah mengatakan hal yang sama seperti tadi, dan berakhir dengan Yuna pergi seorang diri. 

"Aku harap kali ini mas mau menemaniku." Lirih suara Yuna. Dan Kendra tidak mendengar itu.

Usai sarapan pagi, Kendra bergegas menuju kantor. Dan berpesan kepada Yuna untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat. Kendra sudah memperkerjakan seorang pelayan dirumah itu, hanya saja tidak menginap. 

Yuna menyempatkan diri untuk berolahraga ringan yang cocok untuk ibu hamil dan membaca mengenai persalinan dan merawat bayi. Yuna kembali melamun setiap kali teringat akan Nara.

"Dimana kamu sekarang Ra? Aku hanya berdoa semoga kamu selalu sehat dan bahagia. Maafkan aku sudah sangat membuatmu hancur Ra. Semoga suatu saat nanti kita dipertemukan dengan situasi yang baik." Kembali sadar dari lamunannya, Yuna memilih kembali ke kamar dan beristirahat. 

Diperusahaan, Kendra saat ini sedang berbicara dengan orang bayarannya. Dia orang yang diutus mencari keberadaan Nara. 

"Bagaimana, apakah kalian sudah menemukannya?" Kendra berharap jawaban yang sesua dengan harapannya. 

"Maaf bos, kami belum menemukan nyonya," Kendra tampak kecewa dan kesal. 

"Bagaimana kerja kalian, mencari satu wanita saja tidak pernah berhasil." Kendra meremehkan orang-orang itu. 

"Kami merasa nyonya tidak ada di negara tersebut tuan. Apa perlu kami mencari di negara terdekat?" Orang bayaran itu mencoba memberikan ide. 

"Baiklah, saya akan memperpanjang waktu kalian. Temukan istri saya secepatnya!" Orang-orang itu segera meninggalkan Kendra seorang diri, setelah mendapatkan perintah. 

Kendra kembali termenung. Dia merasa sangat kesulitan mencari keberadaan Nara saat ini. Bahkan kedua orangtuanya benar-benar tutup mulut. 

"Dimana kamu sekarang sayang? Apa kamu tidak merindukanku lagi,? Ayo pulang sayang, aku sangat merindukanmu," lagi-lagi Kendra menangis mengingat Inara. 

Sore menjelang, Yuna sudah menelepon Kendra untuk segera pulang. Dia juga mengingatkan mengenai makan malam bersama orangtuanya. Terlalu terlena memikirkan keberadaan Nara, Kendra lupa akan janji makan malam bersama orangtuanya. 

Kendra segera pulang kerumah menjemput Yuna serta mengganti pakaian saja. Mama Indi juga sudah menghubungi putranya untuk segera datang. Saat ini, Mama Indi sedang mencoba menerima kehadiran Yuna dan calon cucunya.  Seperti pesan Nara sebelum pergi meninggalkan negara ini, yang meminta Mama Indi untuk bisa menerima Yuna dan Kembali memaafkan Kendra. 

"Sayang, maafkan mas. Tadi ada meeting mendadak. Rekan bisnis mas akan pulang ke negaranya hari ini, jadi meetingnya diajukan," Kendra sedang berbohong mencari alasan agar Yuna percaya. 

"Iya, tidak apa-apa mas. Sekarang mas mandi dan ganti baju. Bajunya sudah aku siapkan. Aku tunggu di sini saja ya mas," Kendra mengangguk. Setelah mengecup kening Yuna, Kendra segera membersihkan diri dan bersiap memenuhi undangan makan malam kedua orangtuanya. 

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

semangat terus thor

2024-01-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!