Bertemu Dengan Orangtua

Sesuai janjinya, Nara datang ke rumah Julian untuk menemui Kean. Sudah dua Minggu mereka tidak bertemu. Selalu ada saja alasan Nara menolak permintaan Kean untuk bertemu. sebenarnya Nara juga merindukan Kean. Bocah itu sudah sangat melekat di benak Nara, menjadi pelipur lara dan membuatnya mudah melupakan Kendra. Hari ini kedua orangtua Julian datang mengunjungi cucunya.

Nara datang bersama Julian, setelah perdebatan yang kembali terulang. Yang akhirnya Julian bisa membawa Nara bersama dengannya. Sebelum sampai di rumah, mereka mampir ke toko kue membeli pesanan Kean. Nara ikut masuk dan memilih kue untuk dia bawa.

"Kean tidak menyukai coklat," Julian memberitahu Nara apa yang tidak disukai Kean. Nara pun menjawab dengan anggukan.

"Apakah dia suka strawberry atau blueberry?" Nara menunjuk kue di dalam etalase.

"Mix fruits aja. Dia suka kue yang segar, dan tidak terlalu banyak krim." Nara kembali mengangguk dan mengambil kue dengan buah-buahan segar. Sambil menunggu kue disiapkan, Nara melihat-lihat kue lainnya. Julian memperhatikan setiap gerak-gerik Nara. Ketika dia terdiam dan menatap pada satu kue, Julian tersenyum dan meminta pelayan membungkus kue itu juga setelah Nara pergi menjauh dari etalase.

Julian sudah membayar dan menghampiri Nara dengan membawa dua kotak kue yang cukup besar. Mereka segera meninggalkan toko kue, karena Kean sudah menunggu. Julian tidak mengijinkan Nara membantunya membawakan kue tadi. Jarak dari tiko kue ke rumah Julian, tidak terlalu jauh. Dan mereka sudah sampai dipekarangan rumah Julian.

Berjalan beriringan berdua masuk kedalam rumah. Julian tersenyum tipis saat melihat mobil kedua orangtuanya sudah terparkir rapi di depan rumah. Mereka berjalan masuk kedalam rumah, Nara sudah sangat ingin bertemu dengan Keanu.

"Kean, ayah pulang." Suara Julian lantang memanggil putranya.

"Ayahhh," Kean berlari menghampiri Julian. Dia masih belum menyadari Nara dibelakang tubuh Julian.

"Lihat ayah bawa siapa?" Julian sedikit bergeser dan melepaskan pelukannya.

"Bundaa, Kean kangen." Kean beralih memeluk Nara.

"Apa kabar sayang?" Nara mengusap dan mengecup pucuk kepala Kean.

"Kean baik bunda. Kenapa bunda berbohong kepada Kean?" Nara berjongkok dan menatap wajah Kean.

"Bohong, kapan bunda berbohong?" Nara masih belum paham dengan perkataan Kean.

"Bunda bohong, kemarin bunda bilang mau tinggal dirumah bersama Kean. Tapi bunda pergi dan gak pernah datang lagi." Wajah Kean berubah menjadi sendu, air matanya hampir menetes.

"Maafkan bunda sayang. Bunda tidak bermaksud berbohong sayang, kemarin pekerjaan bunda sangat banyak. Dan jarak kantor dari rumah Kean cukup jauh. Nanti bunda bisa dimarahi kalau datang ke kantor terlambat." Nara menjelaskan dengan lembut kepada Kean.

"Ayah, bukankah bunda bekerja di kantor ayah?" Kean bertanya kepada Julian.

"Iya sayang, ada apa nak?" Julian juga berjongkok dihadapan Kean menyamakan tinggi badan mereka.

"Kenapa ayah memarahi bunda kalau datang terlambat? Ayah tidak boleh marah sama bunda," Julian tersenyum mendengar putranya mengomel.

"Ayah tidak akan memarahi bunda lagi boy." Julian mengusap pucuk kepala Kean.

"Ayah janji?" Kean menjulurkan kelingkingnya dan disambut hal yang sama oleh Julian

"Ayah janji." Mereka saling menautkan kelingking dan berjanji.

"Wah cucu Oma terlihat bahagia sekali. Ada siapa itu?" Kedua orangtua Julian sedari tadi memperhatikan mereka. Nara segera berdiri karena terkejut dengan kehadiran kedua orangtua Julian.

"Mah, pah. Apa kabar?" Julian menghambur kedalam pelukan kedua orangtuanya.

"Kami baik, tampaknya anak kami ini sudah lebih bahagia sekarang?" Mama Julian menggoda putranya.

"Ah mama bisa saja." Nara masih berdiri dibelakang Julian bersama Kean yang meminta untuk di gendong. Atensi mereka teralih kepada Nara.

"Kean, kamu sudah besar. Kenapa masih minta di gendong sama Tante?" Nara hanya tersenyum tipis, sedangkan Kean sudah cemberut.

"Oma, ini bunda bukan Tante." Nara ingin membantah ucapan Kean karena tidak enak kepada orangtua Julian, namun Julian memberikan kode untuk tidak membantah.

"Bunda, jadi ini bunda Kean? Wah ternyata bunda Kean cantik ya?" Nara malu mendengar pujian mama Julian.

"Siapa namamu nak?" Papa Kean berjalan mendekati Nara.

"Inara tuan." Jawab Nara singkat dan lembut.

"Jangan panggil tuan, panggil saya papa saja seperti Julian memanggil kami." Nara cukup terkejut dengan permintaan papa dari atasannya.

"Tapi saya tidak enak tuan." Nara tidak merasa nyaman dengan panggilan itu.

"Tidak apa, panggil kami seperti Julian memanggil kami." Julian mengangguk memberikan kode kepada Nara.

"Baiklah pah, mah." Julian tersenyum bahagia mendengar suara Nara.

"Pah, Nara ini yang dititipkan paman Soni." Nara baru tahu jika Julian mengenal papa angkatnya sekaligus mantan mertuanya.

"Jadi ini putri Soni dan Indi?" Julian mengangguk. Mama Julian mendekat dan memeluk tubuh Nara.

"Akhirnya kami bisa bertemu dengan kamu nak. Jangan bersedih, kami akan selalu bersama denganmu." Ucap Mama Julian penuh kasih sayang.

"Apakah kalian sudah mengetahui tentang saya?" Mereka kini sudah duduk dan Nara ingin lebih mengetahui tentang kedua orangtua Julian.

"Soni sudah mengatakan semuanya nak. Jangan takut, kami ada disamping mu," Nara mengangguk kecil. Ada sedikit rasa malu terbesit di hati Nara. Keanu masih asyik duduk di pangkuan Nara.

"Tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri nak, semua sudah ditakdirkan seperti itu. Sekarang saatnya kamu untuk bahagia nak. Carilah pasangan hidup baru, trauma boleh tapi jangan terlalu lama hingga membuat hatimu mati." Nasehat dari papa Julian cukup membuat hati Nara terganggu.

"Terima kasih pah atas nasehatnya. Nara masih belum terfikir untuk mencari pasangan lagi. Sementara ini Nara masih ingin sendiri." Julian menatap Nara dengan tatapan dingin. Dia tidak suka dengan jawaban Nara.

"Itu hak kamu nak, asal jangan terlalu larut untuk hidup sendiri. Kamu juga butuh pendamping nak." Mama Julian ikut memberikan nasehat.

"Apa perlu kami carikan jodoh untukmu?" Suara gelak tawa mencairkan ketegangan di ruangan itu.

"Jika sudah waktunya, Nara akan mencari jodoh sendiri pah, mah." Mereka mengangguk menanggapi jawaban Nara.

"Kamu juga Jul, jangan keasyikan hidup sendiri. Kean sudah sekolah, dia butuh sosok ibu." Nara sudah tau mengenai ibu kandung Kean yang meninggal setelah melahirkan Kean.

"Iya pah, Julian akan menikah jika Kean mengijinkan dan calon ibunya harus pilihan Kean." Dengan sengaja tatapan Julian terfokus kepada Nara saat mengatakan hal itu.

"Papa dengar Kaniya anak Paman Sam kerja menjadi asisten kamu? Apa ada harapan untuk kalian bersama?" Nara hanya menjadi pendengar saja.

"Kaniya sudah bukan asisten Julian lagi pah. Dan Julian tidak tertarik kepada Kaniya, setelah apa yang Kaniya lakukan kepada Kean." Kean asyik bermain dengan Nara sambil mendengarkan percakapan itu.

"Apa yang dilakukan kepada Kean?" Tampak wajah papa Julian memerah karena amarah.

"Dia melukai Kean secara fisik. Dan Kean sendiri tidak menyukai Kaniya sejak awal bertemu." Orangtua Julian mengangguk memahami ucapan putranya.

"Ayah, bunda akan tinggal bersama kita kan?" Pertanyaan Kean membuat suasana menjadi canggung.

"Kean, maaf bunda masih belum bisa tinggal di sini nak." Nara dengan halus menolak permintaan Kean.

"Tapi kenapa bunda? Semua bunda teman Kean saja tinggal satu rumah dengan ayah dan teman Kean." Kean hendak menangis.

"Sayang, bunda dan ayah Kean orang yang berbeda dengan bunda dan ayah teman Kean. Bunda belum menjadi bunda Kean yang sebenarnya nak, jadi bunda tidak bisa tinggal bersama. Nanti dimarahi sama tetangga-tetangga Kean dan kakek, nenek juga." Nara menjelaskan kepada Kean agar bisa dimengerti.

"Terus bagaimana caranya agar bunga menjadi bunda Kean yang sungguhan?" Nara cukup tegang dalam situasi canggung ini.

"Bunda harus menikah dulu dengan ayah Kean. Biar bisa tinggal disini." Bukan Nara yang menjelaskan melainkan mama Julian.

"Apakah Kean ingin bunda Nara tinggal disini dan menjadi bunda Kean?" Mama Julian kembali bertanya.

"Mau nek, Kean mau bunda Nara menjadi bunda Kean." Pertanyaan itu sengaja menjadi pancingan untuk Julian.

"Mintalah pada ayahmu nak," Dengan sengaja papa Julian mengatakan itu.

"Ayah, bolehkah bunda Nara menjadi bunda Kean yang sungguhan?" Julian dan Nara saling tatap. Julian bimbang ingin menjawab.

"Hmmmm, ayah sih boleh saja nak, tapi apa bunda Nara setuju?" Saling melemparkan pertanyaan itu yang saat ini terjadi dan suasana semakin canggung.

"Bunda Nara, maukah bunda menjadi bunda Kean?" Mata bulat lucu menatap tulus kearah Nara, berharap apa yang dia inginkan terwujud.

"Hmmm, bolehkah bunda berfikir lagi nak? Bunda belum bisa menjawab." Julian sedikit kecewa dengan jawaban Nara. Tapi itu hak bagi Nara.

"Baiklah Bunda, Kean akan menunggu. Dan Kean berharap dihari ulang tahun Kean nanti, bunda sudah menjadi bunda Kean." Nara mengangguk pelan. Setidaknya masih ada waktu buat Nara menghindar dan berfikir.

Kedua orangtua Julian mengajak Nara untuk makan malam bersama. Setelah makan malam, Nara berpamitan untuk pulang, dan Julian sendiri yang mengantarkan Nara pulang. Sedangkan Kean sudah terlelap setelah kenyang.

Terpopuler

Comments

blecky

blecky

semngt buka lmbran baru nara

2024-03-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!