Menginap

"Pak, sepertinya Keanu demam." Nara merasakan tubuh Keanu yang panas saat berada di pangkuannya.

"Kita ke klinik sekarang," Julian memacu kencang kendaraannya. Terdengar suara rintihan Keanu dan dia mengigau.

"Bunda, jangan tinggalkan Kean bunda." Nara mengusap lembut punggung Keanu menenangkan.

"Sayang, bunda tidak akan pergi." Kean memeluk erat tubuh Nara. Julian semakin panik melihat putranya merintih dan menggigil. Beruntung ada klinik terdekat di sana. Setelah memarkirkan kendaraannya, Julian segera membopong tubuh Keanu.

"Tolong putra saya," Perawat mengarahkan mereka menuju ruang pemeriksaan.

"Mohon tunggu sebentar, kami akan periksa kondisi putra bapak." Julian dan Nara duduk menunggu dokter memeriksa keadaan Keanu.

Julian terus menatap tirai yang tertutup dihadapannya. Nara pun dapat merasakan apa yang Julian rasakan saat ini. Tirai terbuka, dokter datang menghampiri Julian. Nara berdiri dan mendekati Keanu yang terbaring di atas ranjang.

"Bagaimana keadaan putra saya dok?" Nara mendekati Julian dan duduk sambil memangku Keanu.

"Putra bapak kelelahan, dan juga kondisi mentalnya sedikit tidak baik." Julian menatap Keanu yang sedang di pangkuan Nara.

"Saya sarankan, agar bapak dan ibu lebih banyak meluangkan waktu untuk putranya," Julian dan Nara saling tatap. Ingin sekali Nara menyangkal, namun Julian memintanya diam dari tatapan matanya.

"Baik dok, kami akan lebih memperhatikan Keanu. Terima kasih dok." Dokter menulis resep untuk Keanu dan memberikan kepada Julian.

"Ini resep obat penurun panas dan vitaminnya pak," Julian menerima secarik kertas itu dan segera berpamitan.

Nara masih memangku Keanu menunggu Julian menebus obatnya. Sambil menunggu, Julian duduk disamping Nara dan berbincang.

"Jika kamu lelah, biar saya gantikan." Meskipun terkesan dingin, tapi sangat terasa kasih sayang Julian kepada Keanu.

"Saya tidak keberatan pak, tidak apa Kean saya pangku. Takut dia akan terbangun dan rewel," Julian mengangguk mendengar penjelasan dari Nara. Tidak berselang lama, obat Keanu sudah siap. Selesai membayar, mereka segera pulang ke rumah Julian.

"Nara maaf, jika tidak keberatan kamu bisa ikut saya ke rumah dulu. Saya khawatir Kean akan mencari kamu." Nara diam menatap Keanu, Dan dia merasa pelukan itu semakin erat.

"Baik pak, saya akan ikut." Julian mengangguk dan segera kembali ke rumah.

Dalam perjalanan, masih terdengar Kean memanggil bunda, Julian melirik kearah sang putra. Hatinya terasa nyeri mendengar itu. Nara terus mengusap lembut punggung Keanu. Mereka sempat membeli kompres sekali pakai untuk ditempelkan di dahi Kean.

Kini mobil itu sudah memasuki pekarangan rumah mewah. Julian segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Nara. Dia ingin mengambil Kean dari pangkuan Nara, namun Kean tidak mau beralih. Dengan perlahan, Nara membawa Kean kedalam kamar dan dituntut oleh Julian.

"Sayang, istirahat dulu ya. Biar Kean cepat sembuh." Kean membuka matanya dan menatap Nara.

"Kean gak mau tidur, karena nanti bunda akan ninggalin Kean lagi." Dia menggenggam erat tangan Nara.

"Tidak nak, bunda tidak akan pergi. Jadi Kean sekarang istirahat ya." Julian kembali meyakinkan Keanu. Nara sempat menatap Julian karena terkejut.

"Benarkah ayah, bunda akan tinggal disini bersama kita?" Julian melirik Nara sesaat, dan mengangguk kepada Kean.

"Iya nak, bunda akan tinggal bersama kita." Nara hanya bisa tersenyum paksa. Dia menunggu Kean tidur dan segera pulang.

"Sekarang Kean tidur ya sayang. Biar cepat sembuh dan bisa main lagi." Kean mengangguk menuruti permintaan Nara.

"Bunda tidur disamping Kean," Dia bergeser memberikan ruang kepada Nara.

"Tolong saya Nara." Julian berbisik kepada Nara agar menuruti permintaan Kean. Dia segera naik ke atas ranjang dan tidur disamping Kean.

Julian keluar dari kamar Kean dan segera membersihkan diri dikamar pribadinya yang berada disamping kamar Kean. Nara masih terjaga, dia menepuk-nepuk pundak Kean pelan agar bocah itu terlelap. Bahkan, tangan Kean begitu posesif melingkar di pinggang Nara. Mungkin Nara terlalu lelah, hingga tanpa sadar dia pun terlelap.

Tiga puluh menit berlalu, Julian kembali masuk kedalam kamar Kean. Dia terpaku di ambang pintu melihat pemandangan dihadapannya. Kean memeluk tubuh Nara dan begitu juga sebaliknya.

"Sesakit ini ayah melihat mu nak. Maafkan ayah belum bisa menjadi ayah yang baik untukmu." Julian mengusap lelehan air mata yang tiba-tiba menetes. Perlahan dia mendekati ranjang sang putra. Melebarkan selimut dan menutupkan diatas tubuh Kean dan Nara.

"Cepat sehat nak," Julian mengecup kening Kean dan menatap wajah Nara yang tenang.

"Terima kasih dan maaf membuatmu repot." Dia kembali meninggalkan kamar putranya dan masuk kedalam ruang kerja memeriksa beberapa pekerjaan yang tertunda. Hingga tengah malam, Julian masih berkutat dengan pekerjaannya. Terdengar suara langkah kaki melintasi ruang kerja itu. Julian segera berdiri dan memeriksa.

"Nara," panggilnya lirih dan membuat Nara terkejut.

"Maaf pak, saya mengganggu istirahat Anda," Nara berdiri sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak, saya juga belum tidur. Kenapa bangun tengah malam begini?" Nara masih setia menunduk.

"Saya ingin pulang pak, maaf tadi saya ketiduran." Julian tersenyum tipis melihat Nara seperti ketakutan.

"Ini sudah terlalu malam, sebaiknya kamu menginap saja di sini." Nara mendongak dan menatap mata Julian.

"Tidak apa-apa pak, masih ada taksi untuk saya pulang," Nara masih tetap ingin pulang ke apartemen.

"Hmm, ya sudah kalau kamu memaksa. Saya akan antar kamu pulang. Tidak baik perempuan malam-malam sendirian naik kendaraan umum," Julian melangkah ke arah kamarnya mengambil kunci mobil. Nara belum sempat menolak tawaran Julian.

Nara ingin kembali berjalan keluar rumah. Saat kakinya melangkah menuruni anak tangga, terdengar suara teriakan Keanu begitu kencang.

"Bunda. Bunda dimana?" Teriakan itu diiringi isak tangis. Nara kembali berlari menuju kamar Kean diikuti Julian yang juga terkejut mendengar teriakan putranya.

"Sayang, bunda disini nak. Kean jangan takut ya." Nara segera memeluk Kean.

"Bunda kemana? Tadi Kean cari bunda tapi tidak ada." Nara masih menenangkan Kean yang menangis.

"Bunda haus sayang, jadi bunda ke dapur mengambil air minum." Nara mencari alasan yang masuk akal.

"Bunda tidak bohong kan? Bunda tidak akan meninggalkan Kean kan?" Julian dan Nara kembali bertatapan.

"Bunda tidak bohong nak, tadi bunda memang ke dapur mengambil air minum," Julian ikut menjelaskan.

"Kean mau tidur lagi bunda. Tapi bunda jangan pergi lagi," Nara mengangguk dan membantu Kean merebahkan tubuhnya.

"Iya, bunda akan temani kamu. Tidur lagi ya." Kean kembali memejamkan matanya dan tetap memeluk erat pinggang Nara. Tidak lama terdengar suara dengkuran halus Kean. Nara juga kembali mengukur suhu tubuh Kean menggunakan termometer. Dia bersyukur demam Kean sudah reda.

"Menginaplah, saya takut Kean akan kembali terbangun dan mencarimu." Nara masih menatap wajah Kean yang sudah terlelap.

"Baik pak, maaf merepotkan bapak."Ucapnya tanpa menoleh kearah Julian.

"Jika kamu ingin berganti pakaian, bisa kamu gunakan pakaian saya yang kecil. Nanti saya ambilkan," Setelah mendapatkan anggukan dari Nara, Julian segera kembali ke kamar dan mengambilkan pakaian untuk Nara.

Apakah ini menjadi awal yang indah untuk Nara? Dan seperti apa perjuangan Julian nanti...

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

moga nara bahagia

2024-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!