Masih Menginginkannya

"Bagaimana, apakah kalian sudah menemukannya?" Kendra sedang bertemu dengan orang suruhannya. 

"Maaf tuan, kami masih belum bisa menemukan keberadaan nyonya," Kendra kembali lesu. Sudah enam bulan lamanya Kendra berusaha mencari keberadaan Nara. 

"Baiklah, tetap kalian cari tahu keberadaan istri saya," Kendra tidak ingin menyerah begitu saja. 

Orang suruhannya meninggalkan Kendra seorang diri di kafe tempat mereka bertemu tadi. Hanya saat dirinya sedang sendiri, Kendra kembali menatap foto Nara yang dia sembunyikan. 

"Sayang, dimana kamu? Sesulit inilah menemukan dirimu? Aku merindukanmu sayang," Kendra mengusap foto itu. 

Pesan dari Yuna, membuatnya tersadar. Hari ini mereka akan melakukan fitting gaun pengantin yang akan digunakan Minggu depan. Seperti janjinya dihadapan kedua orangtuanya, Kendra benar-benar akan menjadikan Yuna menjadi istrinya. 

"Aku masih tetap mencintaimu sayang. Aku tidak bermaksud mengkhianati mu. Kamu tetap yang utama untukku," Kendra mencium lembaran kertas foto yang selalu dia bawa. Dia segera meninggalkan kafe, dan menemui Yuna di butik tempat memesan gaun pengantin. 

Saat ini Yuna sedang berbicara kepada pemilik butik. Dia meminta agar gaunnya sedikit diubah. 

"Baiklah, nanti bagian perut akan saya lebarkan dan akan saya tambahkan seperti sayap agar perut nona tidak terlalu tampak," pemilik butik menggambarkan gaun Yuna nantinya. 

"Itu juga tidak apa-apa. Yang terpenting tidak membuat perut saya sesak saja," pemilik butik mengangguk dan tersenyum. 

Yuna berjalan-jalan melihat isi koleksi butik tersebut, sambil menunggu kedatangan Kendra. Lima menit kemudian yang dia tunggu sudah berada di sampingnya. 

"Sayang," Kendra memeluk Yuna dari samping. Dan mengecup pelipisnya.

"Mas, ayo kita sudah di tunggu." Yuna menarik lengan Kendra untuk menemui pemilik butik. 

Didalam ruangan pemilik butik, mereka membahas perubahan gaun yang diinginkan oleh Kendra. 

"Bagaimana menurut mas, cocok tidak dengan ku?" Yuna berharap Kendra bisa memberikan masukan yang sesuai di inginkannya. 

"Apapun yang kamu pilih, itu pasti bagus sayang," ada rasa kecewa dihati Yuna saat mendengar jawaban Kendra. 

"Ya sudah kak, saya ambil yang sesuai saran kakak tadi saja," setelah mendapatkan kesepakatan, mereka segera meninggalkan butik. 

Diperjalanan, Yuna menginginkan makanan yang berada di salah satu resto di dekat butik. Mereka segera menuju resto tersebut. Dihalaman parkir resto, Kendra diam termenung. 

"Mas, ayo kita masuk." Yuna menggoyangkan lengan Kendra karena sedari tadi dia melamun. 

"Oh ya sayang, ayo." Kendra berjalan disamping Yuna, namun pikirannya bukan berada di tempat itu. 

"Resto ini masih tetap sama seperti saat pertama kali kita datang sayang," batin Kendra bergejolak mengingat masa indah itu lagi. 

"Selamat sore, mau pesan apa?" Pelayan datang membawakan menu restoran. 

"Beef steak dan mushroom soup. Minumnya lemon tea saja," Yuna tercengang melihat Kendra memesan makanan tanpa melihat ke buku menu. 

"Baik tuan, ada lagi?" Pelayan mencatat pesanan Kendra. 

"Sayang kamu mau makan apa?" Kendra bertanya kepada Yuna yang masih terdiam. 

"Mmm, aku ingin yang segar dan hangat mas. Bisa rekomendasikan ke saya kak menu yang segar dan hangat di sini?" Yuna mencoba bertanya kepada pelayan resto. 

"Soup buntut disini paling rekomend sayang. Coba deh kamu makan itu. Terus minumnya lemon tea aja, dijamin nagih," pelayan resto tersenyum mendengar Kendra menjelaskan kepada Yuna. 

"Oh gitu ya mas. Ya sudah kak, saya pesan seperti yang di katakan suami saya." Pelayan segera mencatat pesanan Yuna dan meninggalkan meja mereka. 

"Hmmm, ternyata tidak ada yang berubah." Lirih suara Kendra, namun Yuna masih bisa mendengar. 

"Apa yang tidak berubah mas?" Yuna semakin ingin tahu apa yang Kendra rasakan saat ini. 

"Resto ini, sudah bertahun-tahun tetap masih sama," Yuna masih belum mengerti. 

"Mas pernah kesini sebelumnya?" Kendra mengangguk dengan senyum indahnya. 

"Aku sering kesini dulu bersama Nara. Dia paling senang makan mushroom soup sama soup buntut," Yuna diam, ada rasa sesak di dada Yuna saat Kendra menceritakan Nara. 

"Oh, jadi ini resto favorit kalian mas?" Kendra masih belum menyadari perubahan ekspresi Yuna.

"Heem, dulu saat masih sekolah dan kami belum menikah," pembicaraan mereka terpotong karena pelayan datang menghindangkan makanan. 

Dengan lahap Kendra menghabiskan makanannya. Yuna melihat ekspresi wajah Kendra bahagia bisa menikmati makanan itu. Berbeda dengan Yuna yang enggan untuk mencicipi makanan dihadapannya. 

"Kamu masih mencintainya mas. Aku bisa melihat itu." Yuna berkata dalam hatinya.

"Sayang, ayo dimakan nanti keburu dingin." Yuna mengangguk dan mulai menyendokkan makanan itu ke mulutnya. Meskipun terasa enak bagi orang lain, namun hambar bagi Yuna. 

"Bagaimana, enak kan sup buntutnya sayang?" Yuna mengangguk pelan.

"Hem, lumayan." Jawabnya singkat. 

Makanan Yuna tidak habis, bukan karena tidak enak rasa makanan itu. Tapi hati Yuna yang saat ini tidak nyaman. Kendra terus tersenyum sepanjang makan di sore hari itu. 

"Mas, aku mual. Ayo kita pulang saja." Yuna ingin segera keluar dari tempat itu, karena sedari tadi hanya Nara yang Kendra sebut. 

"Kamu baik-baik saja kan sayang? Apa kita kerumah sakit sekarang?" Kendra mengusap perut Yuna lembut.

"Tidak perlu mas, aku hanya ingin segera beristirahat saja," dia tetap berusaha menutupi rasa kecewanya.

"Ah baiklah, mas bayar dulu." Kendra segera memanggil pelayan untuk membawakan tagihan. 

Mereka segera meninggalkan resto dan kembali ke rumah. Sepanjang jalan Yuna hanya diam. Bahkan Kendra tidak berniat bertanya kepada Yuna. Itu membuatnya semakin kesal. 

"Apa kabar Nara mas?" Yuna membuka pembicaraan dan mencoba memancing Kendra. 

"Apa maksudmu bertanya seperti itu sayang?" Kendra terkejut karena baru kali ini Yuna bertanya mengenai Nara. 

"Tidak ada mas, aku hanya sedang merindukan dia saja. Bagaimana ya kabarnya Nara sekarang? Apa mas tau dia dimana? Ingin rasanya aku bertemu dengan Nara." Kendra menggeleng pelan. Yuna melihat ekspresi wajah sendu Kendra. 

"Aku tidak tahu sayang. Dimana dia berada sekarang. Aku pun merindukan dirinya." Tanpa sadar Kendra mengucapkan itu dihadapan Yuna. 

"Apa mas tidak berniat mencaritahu dimana Nara saat ini?" Kendra mulai menyadari nada bicara Yuna yang berubah. 

"Tidak sayang, untuk apa aku mencarinya lagi. Kita sudah berpisah bukan?" Kendra mencoba menjaga perasaan Yuna dan mengingkari perasaannya sendiri. 

"Oh, aku pikir mas masih berusaha mencari keberadaan Nara." Kendra mengusap kepala Yuna lembut. 

"Tidak sayang, kita tidak perlu membahasnya lagi. Mungkin dia saat ini sudah bahagia dengan hidup barunya, jadi kita juga harus bahagia." Yuna tersenyum bahagia mendengar penjelasan Kendra. Dia merasa saat ini menjadi wanita paling bahagia dan beruntung. 

"Terima kasih mas. Kita pasti akan bahagia bersama dengan anak kita," Kendra mengangguk dan mereka melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. 

"Maafkan aku Yuna. Hingga saat ini, aku masih mencari keberadaan Nara. Aku masih berharap bisa bertemu dan kembali bersama Nara. Tapi, aku tetap akan menjaga mu dan anak kita. Kita akan hidup bersama dan bahagia bersama dengan Nara ada di dalam keluarga kita sayang." Kendra bermonolog di dalam hatinya. 

Terpopuler

Comments

Nada Melody

Nada Melody

sabar kak sabar

2024-04-01

0

Sunarmi Narmi

Sunarmi Narmi

Ealah Kendra..dasar serakah..cinta dibagi Rata...Kopet mbelgedes...hanya Nabi yg bisa adil kita mah apa....Dosa saja sdh segede gunung...sok sokan ada 2 perempuan...manukmu njalok dipotong...emang lagu...Bojomu ssok tak silihe nek ra penak tak balekke...tak Bacok kowe Kendra..😡😡/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-04-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!