Kean..

"Silahkan masuk. Maaf membuat anda menunggu lama nona," Rena segera duduk di kursinya dan berhadapan dengan Inara.  

"Tidak apa nona. Kebetulan memang saya saja yang datang lebih awal," mereka saling melemparkan senyum. 

"Sebentar saya baca ulang surat rekomendasi untuk nona," Inara mengangguk dan menunggu Rena meneleti semua persyaratan yang sudah dia siapkan. Termasuk surat rekomendasi dari pimpinan perusahaan tersebut melalui Papa Soni. 

"Hmm, baik semua sudah lengkap dan memenuhi syarat. Maaf sebelumnya, saya tidak bisa membahas mengenai gaji anda di sini. Karena sesuai yang diperintahkan Pak Julian, beliau sendiri yang akan menilai dan memberikan gaji," Inara mengangguk, mengerti apa yang dikatakan oleh Rena. 

"Apakah anda bisa memulai bekerja hari ini nona?" Dengan hati bahagia, Inara segera memberikan respon. 

"Bisa nona Rena. Saya akan memulai hari ini." Rena tersenyum melihat dirinya yang bergitu semangat. 

"Baiklah, nanti saya akan mengantarkan anda ke bagian keuangan dan ini bisa anda baca mengenai peraturan perusahaan ini." Inara menerima selembar kertas bertuliskan informasi mengenai perusahaan tersebut. 

"Baik nona Rena." Dia menyimpan ke dalam tas. 

"Mari saya antar dan perkenalkan anda kepada staff bagian keuangan. Untuk yang lain nanti anda bisa berkenalan sendiri," Inara kembali mengangguk dan mengikuti langkah kaki Rena. 

Nara berjalan dibelakang Rena. Ruangan staff keuangan berada di depan ruangan CEO. Rena membuka pintu kaca ruangan tersebut. 

"Selamat pagi semuanya, minta waktunya sebentar." Suara Rena mengalihkan perhatian para pegawai.

"Perkenalkan ini rekan baru kalian," Rena meminta Nara berdiri di sampingnya.

"Saya harap kalian bisa bekerjasama dengan baik. Nara silahkan duduk disebelah Yuda. Saya permisi, silahkan lanjutkan pekerjaan kalian." Rena segera meninggalkan ruangan tersebut.  Nara berjalan menuju meja kerjanya.

"Hai, gue Jessi. Si paling imut di sini," Nara tersenyum melihat tingkah lucu Jessi yang memang imut. 

"Hai juga, Nara." Dia menyambut uluran tangan Jessi.  

"Gue Mila. Hati-hati duduk dekat Yuda," Nara mengerutkan keningnya. 

"Kenapa?" Mela mendekati Nara dan berbisik. 

"Dia itu..," Yuda melemparkan gulungan kertas kearah Mila. 

"Gak usah lo dengarkan dia Nara. Mulutnya terlalu jahat." Nara tersenyum dan segera duduk di samping Yuda. Melihat beberapa teman barunya, Nara merasa akan nyaman di tempat baru ini. 

"Hai, kita belum kenalan kan? Gue Yuda," Nara menyambut uluran tangan itu. 

"Inara," jawabnya singkat. 

"Semoga betah ya di sini. Kalau lo bingung, lo bisa tanya gue atau yang lain. Karena kita tim, jadi jangan sungkan." Nara mengangguk. Dia mulai merapikan mejanya. 

"Oya, ini tugas pertama lo. Semangat ya," Nara menerima map pemberian Yuda yang lumayan tebal. 

"Thanks ya," Yuda mengangguk dan tersenyum. Nara mulai membuka satu persatu pekerjaannya. 

Perlahan dan dengan teliti Nara mengerjakan tugas pertamanya. Ruangan itu begitu tenang. Beberapa dari mereka yang tidak mengerti saling membantu. Suasana seperti ini sangat membuat nyaman Nara. Dari seberang ruangan itu, seseorang sedang duduk mengawasi Nara. Kaca hitam itu tidak akan tampak dari luar ruangan. Namun akan dan jelas dari dalam. 

"Dia cukup cekatan dan tampaknya tidak ada kesulitan. Hmmm, baguslah," gumam pria muda dari balik kaca. 

Nara terlalu asyik bekerja, hingga lupa jika sudah memasuki waktu makan siang. Nara masih meneliti pekerjaannya. 

"Ra, lo gak makan?" Jessi mendekati Nara dan duduk didepan mejanya. 

"Memangnya sudah waktu makan Jes?" Terdengar suara kekehan Jessi, membuat Nara meletakkan alat tulisnya. 

"Hei, lihatlah jam dinding sebesar itu. Ayo makan." Jessi mengajak Nara untuk ke kantin. 

"Tapi aku membawa bekal. Aku akan makan di sini saja Jess," Nara mengeluarkan kotak bekalnya. 

"Tidak, tidak. Bawa bekalmu dan kita ke kantin sekarang." Nara masih berusaha menolak, namun Jessi tetap marik tangannya. 

Nara hanya pasrah saat Jessi menggandengnya menuju kantin. Mereka berjalan beriringan dan beberapa karyawan lain juga menuju kantin. 

"Ayo duduk sini. Tidak usah takut, lo masih bisa makan bekalmu sendiri," Nara mengangguk. Dia membuka kotak bekalnya. 

"Wah, sepertinya bekalmu lezat Nara." Celetuk Yuda yang memang duduk disampingnya.

"Hanya bekal biasa saja," mereka makan dengan sambil berbincang kecil. 

"Hei, kalian udah dengar berita baru belum?" Sekar salah satu team mereka, terkenal dengan sebutan ratu gosip. 

"Apaan? Pak bos lagi?" Mela semangat jika menyangkut bos mereka. 

"Heem, tau gak kalian. Tuh Mak Lampir kemarin kena maki pak bos di lobby," Nara hanya mendengarkan karena masih anak baru. 

"Wow, gimana ceritanya? Katanya calon mommy Kean, kok kena makian bapaknya," mereka tertawa kecuali Nara. 

"Jadikan kemarin itu, gue lihat Kean gigit lengan tuh Mak Lampir. Terus Mak Lampir cubit pipi Kean sampai merah dan Kean nangis kejer," mereka diam mendengarkan cerita Sekar. 

"Terus-terus. Gimana pak bos?" Yuda juga begitu antusias dengan cerita Sekar. 

"Pulang meeting, pak bos panggil tuh Mak Lampir. Dan terjadilah keributan. Dan kalian tau, Mak lampir turun jabatan," mereka semua terkejut mendengar itu. 

"Pantes tadi gak lihat tuh Mak Lampir duduk di singgasana-nya. Dimana dia sekarang?" Jessi ikut dalam pembicaraan. 

"Dengar-dengar dia dibagian pemasaran jadi asisten Pak Andi," mendengar itu semua bertepuk tangan pelan. 

"Wah mantap, bisa habis tuh Mak Lampir sama Pak Andi," mereka mengangguk setuju. Hanya Nara yang menjadi pendengar setia. 

"Nara, nanti lo juga paham kok sama cerita kita," Nara hanya tersenyum dan mengacungkan jempolnya. 

Makanan Nara sudah habis, dia segera kembali keruangannya terlebih dahulu. Nara berjalan menyusuri koridor kantor. Setiap bertemu dengan karyawan lain, Nara hanya tersenyum dan sedikit mengangguk.  Sebelum masuk ke dalam ruangan, Nara terlebih dahulu ke toilet. 

"Hmmm, di sini nyaman. Semoga ini awal terbaik di hidupku," gumam Nara pelan saat sedang mencuci tangan. Nara keluar dari toilet dan kembali berjalan menuju ruangannya.

"Huaaa, gak mau. Pokoknya gak mau. Huahhhh," terdengar suara tangis seorang anak kecil di salah satu sudut ruangan. 

"Terus aden mau yang seperti apa? Nanti bibi minta Pak Kardi belikan," seorang wanita separuh baya sedang membujuk bocah kecil. 

"Gak mau, pokoknya gak mau ya gak mau. Kean mau ayah." Anak itu kembali menangis. Nara diam memperhatikan. 

"Kean, seperti pernah dengar nama itu," gumam Nara pelan. Beberapa karyawan membantu menenangkan bocah kecil itu. Nara tersenyum dan mencoba mendekati.

"Hai tampan, kenapa menangis nak?" Suara Nara begitu lembut dan tulus. Bocah itu menoleh dan menatap Nara dalam. 

"Bundaa." Bocah itu berteriak dan memeluk Nara begitu saja. Nara terkejut bahkan hampir terjatuh karena terkejut mendapatkan pelukan tiba-tiba. 

"Bunda? Dimana bunda kamu sayang?" Nara mengusap lembut surai anak itu. 

"Bunda kemana saja? Kenapa bunda tidak pernah pulang. Kean rindu bunda, ayah juga rindu bunda." Bocah itu menangis dalam pelukan Nara. Sedangkan Nara masih bingung dengan situasi ini. 

Beberapa karyawan termasuk satu team Nara terkejut melihat Kean memeluk Nara dan memanggilnya bunda.  

"Tapi saya bukan bunda kamu nak." Nara melepaskan pelukan itu dan mengusap air mata Kean. 

"Tidak, ini bunda Kean. Bunda Kean," bocah itu kembali menangis. Nara akhirnya mengalah. 

"Iya, iya ini bunda. Sekarang diam ya sayang, nanti dada kamu sakit," Kean berhenti menangis dan menatap wajah Nara lekat. 

"Akhirnya bunda pulang, Kean rindu bunda. Jangan pergi lagi ya Bun," Nara hanya bisa mengangguk. 

"Sekarang Kean dengarkan bunda ya." Kean mengangguk mendengar ucapan Nara. 

"Kean, ikut dulu dengan bibi dan paman. Bunda masih bekerja, nanti setelah selesai kita bisa bermain bersama," Nara melirik kearah ibu pengasuh dan seorang pria di sampingnya. 

"Bunda kenapa kerja? Ayah tidak suka bunda kerja," Nara tersenyum. Dengan sabar dan telaten, Nara merapikan rambut Kean. 

"Ayah sudah mengijinkan sayang," dengan asal Nara menjawab. Yang terpenting saat ini dia bisa lepas dari Kean. 

"Oh begitu, baiklah. Kean tidak akan mengganggu bunda. Kean akan menyusul ayah." Nara mengangguk dan merapikan pakaian Kean. 

"Anak pintar, nanti kita ketemu lagi ya sayang," Kean sudah berjalan dan meninggalkan Nara.

Nara Kembali masuk kedalam ruangnya dan mendapatkan tatapan dari teman-temannya. Nara sedikit takut melihat itu. Namun Nara cuek dan terus berjalan menuju meja kerjanya. 

"Acieee…bunda," olok Yuda pelan. Nara hanya mengerutkan keningnya saja. 

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

katanya di LN kok nama2nya Indonesia

2024-05-02

2

Diajeng Ayu

Diajeng Ayu

ini diluar negeri kan kok lo-gue?

2024-03-27

0

Ufi Yani

Ufi Yani

inj critanya bara pndah negara mana.. jdi galfok sm nm2 tmn brunya nara, ada sekar, yuda.. indo bgt..

2024-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Lara Hati
2 Yuna Hamil
3 Duka
4 Kehilangan
5 Perpisahan
6 Akhir Sebuah Kisah
7 Lembaran Baru
8 Berdamai
9 Kean..
10 Siapa Dia?
11 Masih Menginginkannya
12 Bunda Kean
13 Menginap
14 Pendekatan
15 Bertemu Dengan Orangtua
16 Aku Menemukan Dirimu
17 Mr Duda Mengejar Cinta
18 Berdamai dengan masa lalu
19 Menerimamu
20 Dejavu
21 Aku terima
22 Prahara Bermula
23 Kedatangan Kendra
24 Kegilaan Kendra
25 Bersembunyi
26 Kedatangan Yuna
27 Ayo Berpisah
28 Aku Pamit
29 Lembaran Baru
30 Rencana Pernikahan Julian
31 POV Yuna
32 Kecemasan Keanu
33 Pasangan Yang Tepat
34 Hari Bahagia
35 Hidup Terus Berjalan
36 Daily life
37 Godaan
38 Partner Terbaik
39 Hari Bahagia
40 Hadiah Terindah
41 Posesif
42 Dia kembali
43 Siksaan Leon
44 Nadhira ...
45 Dalam Bahaya
46 Nara.....
47 Kondisi Darurat
48 Welcome Baby Twins
49 Mengubur Masa lalu
50 Berkencan
51 Membuka Luka Lama
52 Kendra
53 Bujukan Julian
54 Yuna
55 Menerima
56 Cintai dirimu
57 Pernikahan Yuna
58 Kota Kenangan
59 Bertemu
60 Kendra Sakit
61 Rencana Pertemuan
62 Draft
63 Adopsi
64 Welcome Clay
65 Penolakan
66 Dinner
67 Kedatangan Tuan Irsyad
68 Keputusan Julian
69 Permintaan Terakhir
70 Kepulangan
71 Selamat Jalan
72 Kedatangan Orang Tua Kendra
73 Bertemu Baby Clay
74 Kondisi Memburuk
75 Akhir Sebuah Cerita
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Lara Hati
2
Yuna Hamil
3
Duka
4
Kehilangan
5
Perpisahan
6
Akhir Sebuah Kisah
7
Lembaran Baru
8
Berdamai
9
Kean..
10
Siapa Dia?
11
Masih Menginginkannya
12
Bunda Kean
13
Menginap
14
Pendekatan
15
Bertemu Dengan Orangtua
16
Aku Menemukan Dirimu
17
Mr Duda Mengejar Cinta
18
Berdamai dengan masa lalu
19
Menerimamu
20
Dejavu
21
Aku terima
22
Prahara Bermula
23
Kedatangan Kendra
24
Kegilaan Kendra
25
Bersembunyi
26
Kedatangan Yuna
27
Ayo Berpisah
28
Aku Pamit
29
Lembaran Baru
30
Rencana Pernikahan Julian
31
POV Yuna
32
Kecemasan Keanu
33
Pasangan Yang Tepat
34
Hari Bahagia
35
Hidup Terus Berjalan
36
Daily life
37
Godaan
38
Partner Terbaik
39
Hari Bahagia
40
Hadiah Terindah
41
Posesif
42
Dia kembali
43
Siksaan Leon
44
Nadhira ...
45
Dalam Bahaya
46
Nara.....
47
Kondisi Darurat
48
Welcome Baby Twins
49
Mengubur Masa lalu
50
Berkencan
51
Membuka Luka Lama
52
Kendra
53
Bujukan Julian
54
Yuna
55
Menerima
56
Cintai dirimu
57
Pernikahan Yuna
58
Kota Kenangan
59
Bertemu
60
Kendra Sakit
61
Rencana Pertemuan
62
Draft
63
Adopsi
64
Welcome Clay
65
Penolakan
66
Dinner
67
Kedatangan Tuan Irsyad
68
Keputusan Julian
69
Permintaan Terakhir
70
Kepulangan
71
Selamat Jalan
72
Kedatangan Orang Tua Kendra
73
Bertemu Baby Clay
74
Kondisi Memburuk
75
Akhir Sebuah Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!