Mr Duda Mengejar Cinta

"Saya tunggu kamu di lobby nanti. Kita pulang bersama!"

Pesan yang Nara terima dari Julian. Tanda baca diakhir sudah menegaskan tidak ada penolakan. Itulah maksud Julian. Satu bulan terakhir ini, Julian gencar mendekati Nara. Meskipun sudah jelas dari gestur Nara yang menolak, dia tidak pernah mundur. Apalagi kedua orang tuanya dan juga putra semata wayangnya sudah memberikan izin.

"Jul, lo yakin bisa dapatkan Nara? Dia terlihat bukan gadis yang mudah di dekati." Asisten baru Julia dan sekaligus sepupunya, mencoba menyadarkan Julian.

"Baru saja bila terus menerus ditetesi air, akan pecah juga." Jawab Julian singkat. Meskipun tampak cuek dan dingin, dia adalah pria yang setia.

"Gue doakan lo bisa dapatkan hati Nara. Apalagi Kean sangat menyayangi dia. Dia ibu yang tepat untuk Kean." Pria itu menepuk pundak Julian dan berlalu meninggalkan ruangan CEO.

"Aku harap kali ini kamu mau mencoba membuka hatimu. Aku janji akan menjagamu dan tidak akan menyia-nyiakan wanita seindah kamu. Aku bukan dia. Aku orang yang berbeda." Julian bergumam dengan terus memperhatikan Nara dari kaca dihadapannya.

Di ruangannya, Nara sedang sibuk menyiapkan laporan presentasi untuk proyek baru mereka. Ada beberapa perusahaan mengajukan kerjasama. Bahkan dengan keuletan dan ke ketelitiannya, saat ini jabatan Nara sudah menjadi wakil manager keuangan. beruntung dia memilik team yang tidak saling iri dengki dan saling mendukung.

"Ra, sibuk gak?" Mela berjalan menuju meja Nara dengan membawa berkas.

"Kenapa Mel?" Dia mengalihkan perhatiannya kepada berkas Mela.

"Ini sepertinya ada kejanggalan deh. Tapi sampai sekarang gue belum Nemu data validnya." Nara mengambil berkas itu dan mencoba meneliti.

"Benar Mel, ini sangat janggal. Dari nilai modal saja sudah terlihat jauh. Dan ini jumlah pengeluaran tidak masuk akal." Nara meneliti dua kali hasil hitungannya, dan tetap sama.

"Benar, dan janggal di pengeluaran logistik. Memangnya logistik apa yang pengeluaran sebesar itu?" Mela duduk dan ikut menghitung bersama Nara.

"Sebaiknya kita bahas ini dengan Bu Mike. Beliau harus tau. Bukannya ini Mega proyek yang sudah berjalan dua bulan ini kan?" Nara membaca nama perusahaan yang menggunakan jasa mereka.

"Iya, ini masih baru." Nara mengangguk dan kembali menulis beberapa poin janggal di laporan itu.

"Ya sudah, kamu segera laporkan. Masih ada waktu untuk mencari solusi." Mela segera pergi dengan membawa berkas menuju ruangan manager keuangan. Nara tidak ikut bersama Mela, dia kembali fokus dengan pekerjaannya.

Cukup lama Mela berada diruangan mengerti keuangan. Dua puluh menit kemudian, terdengar suara telepon di meja kerja Nara.

"Selamat siang, dengan Nara disini. Ada yang bisa saya bantu?" Ucapnya sesuai dengan prosedur perusahaan.

"Keruangan saya sekarang!" Belum juga menjawab, penggilan itu sudah berakhir.

Nara menghela nafas dan bersiap menuju ruangan Julian. Karena memang itu panggilan dari ruangan CEO. Saat tiba di dalam ruangan tersebut, sudah ada Mela dan Bu Mike menunggu dirinya.

"Selamat siang pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Nara dengan sopan kepada Julian.

"Mela sudah menjelaskan semua kepada saya, dan saya ingin mendengar dari sudut pandang kamu. Agar saya bisa segera mengambil keputusan." Nara mengangguk. Dia mengambil berkas yang diulurkan Mela kearahnya.

"Baik pak. Sebelumnya, saya sudah menghitung sebanyak dua kali dengan hasil yang sama. Kejanggalan terbesar ada di pengeluaran logistik." Nara menjelaskan lebih terperinci lagi. Julian fokus mendengarkan dan menyimak penjelasan Nara.

"Baik, kalau begitu saya akan segera menindaklanjuti dugaan penggelapan dana ini. Terima kasih kalian sudah bekerja dengan baik sebelum proyek ini berjalan lebih lanjut." Mendengar penjelasan dari Nara yang sangat detail, Julian memutuskan segera menuntaskan kasus ini sebelum nama perusahaannya tercoreng.

"Kalau tidak ada hal penting lagi, kami permisi kembali ke ruangan pak." Bu Mike meminta untuk segera kembali keruangan bersama Nara dan Mela.

"Silahkan kalian kembali bekerja. Kecuali Nara, saya ingin berbicara dengan kamu. Mengenai proyek terbaru." Julian sengaja memberikan alasan pekerjaan agar kedua pegawainya tidak curiga.

"Baik pak." Nara kembali duduk di sofa setelah Julian memberikan kode. Pintu ruangan Julian sudah tertutup rapat. Tanpa Nara sadari, dia mengunci pintu itu menggunakan remote.

"Ra, mau sampai kapan kamu menghindari saya. Apa salah saya mencoba mengungkapkan perasaan saya?" Julian segera mengatakan apa yang dia rasakan sekarang.

"Maaf pak, bukannya tadi bapak akan membicarakan mengenai pekerjaan?" Sebisa mungkin Nara tetap menjaga jarak.

"Ayolah Nara, aku hanya berbohong agar kamu mau tinggal. Sudah tiga kali aku mengungkapkan perasaanku ke kamu, tapi kamu tetap tidak peduli. Aku bersungguh-sungguh sama kamu." Nara hanya bisa menunduk. Julian memang sudah tiga kali mengungkap perasaannya kepada Nara. Dia merasa jatuh cinta dengan sikap Nara yang lembut dan sopan. Perempuan itu juga cerdas.

"Maaf pak, jawaban saya akan tetap sama. Saya masih belum bisa menjalin hubungan yang lebih serius lagi," Jawaban yang selalu terlontar dari mulut kecil Nara.

"Harus bagaimana aku buktikan ke kamu tentang ketulusan ini? Aku bukan dia Ra. Aku pria yang berbeda. Kamu harus bisa move on. Dan kembali bahagia." Julian masih berusaha membujuk Nara.

"Maaf saya masih belum bisa," Nara berdiri hendak keluar dari ruangan Julian.

"Aku tidak akan berhenti, setidaknya kamu pikirkan Kean yang selalu ingin menjadi kamu bunda. Dia selalu menangis setiap malam, karena ingin kamu peluk saat akan tidur." Ucapan Julian cukup membuat hati Nara sakit. Sedalam itukah dia melukai perasaan Kean.

"Dua hari lagi Kean ulang tahun. Dia berharap kamu bisa datang, Nara masih diam mematung mendengar ucapan Julian.

"Saya akan datang untuk Keanu." Nara melanjutkan langkah kakinya meninggalkan ruangan itu. Dia belum menyadari jika ruangan itu terkunci. Julian diam memperhatikan.

"Maaf pak, saya harus kembali bekerja." Pinta Nara dengan sopan dan lembut.

"Apakah kamu tidak pernah menganggap keseriusanku ini? Apa kamu perlu bukti?" Julian masih membahas hal yang sama. Nara bimbang harus bagaimana. Hatinya seperti mati rasa untuk saat ini.

"Bapak tidak perlu melakukan apapun untuk saya. Karena saya tetap akan sama." Julian menghela nafasnya. dia berdiri mendekati Nara.

"Dan aku akan terus berusaha meyakinkan kamu. Meskipun kamu terus menolak." Julian membukakan pintu itu untuk Nara. Tanpa berkata apapun Nara berjalan keluar ruangan.

"Aku tetap menunggu mu pulang nanti." Julian kembali berbicara sebelum Nara melangkah jauh.

Dia berjalan kembali ke ruangannya. Meskipun diam, Nara masih terusik dengan perkataan Julian. Mengingat seperti apa Keanu jika dia tidak pernah datang menemuinya. Atau hanya sekedar datang menemaninya bermain.

"Ra, Inara." Dia tersadar dari lamunannya saat Yudha datang menghampiri mejanya.

"Ada apa Yud?" Nara mencoba menetralkan kembali kesadarannya.

"Kamu ngelamunin apa sih? Sampai gak dengar aku panggil dari tadi." Nara hanya tersenyum mendengar perkataan Yudha.

"Maaf, ada apa?" Yudha duduk dihadapan Nara.

"Ini gue butuh tanda tangan lo, sebelum gue bawa ke Bu Mike." Nara membaca laporan milik Yudha.

"Eh lo tadi kenapa la diruangan pak bos?" Jiwa kepo Yudha bergejolak.

"Ih anda kepo sekali. Awas orang kepo umurnya pendek." Nara tertawa melihat ekspresi Yudha.

"Amit-amit, lo jelek banget sih doanya. Gue kan mau tau. Apalagi habis dari sana lo bengong, kayak orang habis di lamar saja." Nara tersenyum canggung. Tidak ada satu orangpun yang tau mengenai hubungan dirinya dengan Julian, termasuk teman-teman dekatnya di kantor.

"Ini udah gue tanda tangani, sono kasih Bu Mike." Nara mengusir Yudha dari mejanya.

"Ayolah, jangan main rahasia kenapa sih. Gak asyik," Yudha pergi dengan wajah cemberut dan Nara tertawa melihatnya. Seseorang di sana sedang menahan cemburu melihat keakraban Nara dan Yudha.

Ting Ting

"Aku cemburu. Kapan kamu bisa bercanda hanya denganku saja?"

Pesan dari Julian yang dia kirim ke nomor Nara. Nara hanya bisa menghela nafas saja. Dia bimbang, apakah harus mempertimbangkan perasaan Julian, atau tetap sendiri?. Pikiran Nara terus bercabang, dan sebisa mungkin dia kembali fokus dalam pekerjaannya.

Sore menjelang, Nara sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Dan bersiap pulang. Nara berharap Julian tidak benar-benar menunggunya. Dan semua salah, mobil Julian sudah berada di depan lobby. Julian berdiri disamping mobilnya dengan memakai kaca mata hitam. Bahkan semua karyawan menyapa dan menatap Julian penasaran, menunggu siapa gerangan.

Nara sempat berhenti dan bersembunyi di balik tembok, karena tidak ingin para karyawan mengatainya. Kanaya baru saja keluar dari lift dan melihat kearah Julian.

"Wah, ternyata dia menunggu gue. Gess gue balik duluan ya, calon suami udah nunggu." Dia melirik kearah Nara dan segera berjalan mendekati Julian.

"Ini baru calon nyonya, berkelas. Gak murahan." Ejekan itu ditunjukkan kepada Nara oleh teman-teman Kanaya. Nara tidak peduli. Melihat Julian sedang berbicara dengan Kanaya, dia memanfaatkan kesempatan itu dengan berjalan mengendap-endap dibalik kerumunan pegawai yang akan pulang kantor.

"Inara Ayunda." Suara Julian mengalihkan perhatian semua karyawan yang melewati lobby.

"Iya pak. Selamat sore." Mau tidak mau dia berhenti dan berbasa-basi.

"Ayo, aku nunggu kamu cukup lama." Julian membukakan pintu mobil untuk Nara. Membuat Kanaya dan pegawai lain tercengang.

"Tapi pak," Dia masih berusaha menolak.

"Ayo buruan, apa perlu saya gendong kamu untuk masuk?" Nara spontan menggelengkan kepalanya dan berjalan pelan masuk kedalam mobil Julian. Tanpa berpamitan kepada Kanaya, Julian segera pergi meninggalkan perusahaan.

"Acie, yang kepedean mau diajak pulang bareng. Eh ternyata zonk," Yudha dan Jessi baru saja mendekati Kanaya.

"Makanya jangan terlalu yakin nanti ujungnya sakit hati. Nyesek banget." Ejek mereka, membuat Kanaya kesal dan segera meninggalkan perusahaan. Teman-teman Nara tertawa bahagia melihat Kanaya menderita.

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

lanjut

2024-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!