Sore hari adalah waktu yang tepat untuk merebahkan diri sambil menikmati indahnya senja. Guyuran air membuat tubuh yang lelah bekerja seharian kini telah segar kembali. Ku nikmati secangkir kopi diteras belakang rumah sambil duduk termenung menghirup bau tanah yang tersiram air waktu bapak menyiram tanaman tadi.
"Bude kak Faiz dimana?" Terdengar suara keponakanku yang bertanya kepada ibu yang sedang sibuk memasak.
"Ada itu di belakang" Jawab ibu
"Memangnya kakakmu mau kamu ajak kemana? Pake dandan segala?"
Percakapan antara ibu dengan keponakanku itu terdegar jelas ditelingaku. Namun aku tak menggubrisnya. Aku lebih memilih menikmati secangkir kopi dengan aroma yang menyengat ini.
"Kak Faiz. Dicariin juga" Setelah sekian lama berbincang dengan ibuku. Oktavia menyusulku juga. Ia datang lalu bergelanjut manja dihadapanku membuatku harus waspada. Biasanya jika ia bersikap manja seperti ini pasti ada saja yang di inginkan.
"Mau minta apa?" Tanyaku to the point membuat keponakanku yang biasa dipanggil Okta itu mengerucutkan bibirnya. Ia lalu duduk di kursi yang ada di sebrang meja.
"Kak Faiz pengen jalan-jalan keluar gak? Cari suasana baru?" Tanyanya penuh muslihat
"Gak pengen" Jawabku sambil kembali menyesap kopi yang masih mengeluarkan asap tipis.
"Ayo lah kaaak, Keluaaar. Daripada dirumah mikirin mantan melulu. Ya kan?"
Aku tak menanggapi ucapan Okta yang selalu mengejekku karna belum move on dari Faizah. Nyatanya memang aku tak bisa berhenti memikirkan Faizah. Entah itu dirumah atau ditempat baru sekalipun. Selalu ada saja moment yang mengingatkanku pada Faizah. Bukan tanpa alasan hal itu terjadi. Tapi memang semua murni karena hatiku yang masih mencintainya.
"Kak Faizz. Ayo lah keluar" Kata Okta merengek sambil menggoyang goyangkan lenganku.
"Kakak mau apapun nanti Okta turutin deh. Yaa, ya?" Okta terus saja membujukku membuatku penasaran dengan apa yang di inginkan.
"Mau ngajak kemana?" Kataku pada akhirnya. Okta kemudian membuka tasnya lalu mengeluarkan secarik kertas berbentuk persegi panjang dari dalamnya.
"Ntar malem kan ada Gilga Sahid manggung di alun-alun 2. Temenin aku nonton ya kak. Nih aku udah beli tiketnya" Okta menyodorkan tiket dengan gambar lelaki berjaket putih yang sudah dapat dipastikan kalau itu adalah sosok idolanya. Aku sering melihat wajahnya wara-wiri di story dan youtobe. Sosok penyanyi dari Jawa Timur itu memang sedang naik daun dan menjadi idola kaum hawa. Entah itu remaja atau bahkan emak-emak yang sudah berumur. Lagunya yang mellow justru membuat mereka melonggo.
"Siapa itu Gilga?" Tanyaku pura-pura tak tahu.
"Iiih kak Faiz ini kenapa sih. Orang Jawa kok gak kenal penyanyi jawa sekeren Gilga" Dari raut wajahnya sudah bisa dipastikan kalau Okta begitu sebal dengan pertanyaanku.
"Gilga itu yang nyanyi lagu nemu itu lho. Masak gak tau siih" Jelas Okta.
"Emang gak tau. Gak terkenal sih. Kalau terkenal kayak Didi Kempot yang jadi god father of broken heart pasti kakak kenal." Aku meletakkan kembali tiket konser yang tadi diberikan kepadaku lalu kembali menyesap kopi setelah terlebih dahulu menghirup aromanya.
Terlihat Okta sibuk dengan handphon yang ada di tangannya. Lalu menunjukkan sebuah video lagu jawa dengan penyanyi yang katanya akan konser di alun-alun itu.
"Ini yang namanya Gilga. Udah ganteng suaranya bagus. Yang nonton konsernya banyak banget"
Okta sibuk menjelaskan dan memuji-muji idolanya. Namun aku cuek dan sibuk dengan kopi dicangkirku. Walau pada akhirnya aku mengiyakan permintaan Okta untuk menonton konser.
...****************...
Aku berdiri dibawah panggung bersama ribuan orang yang ikut meramaikan konser lagu jawa itu. Awalnya aku hanya mengamati orang di sekelilingku yang begitu beragam. Ada yang ikut bernyanyi. Ada yang asyik berjoget. Ada pula yang hanya memanfaatkan situasi untuk bermesraan dengan lawan jenis. Namun lama lama aku ikut menikmati lagunya. Liriknya yang kebanyakan mellow membuatku mengingat lagi luka lama yang berusaha aku sembuhkan.
Sepine ro aku
Senengmu karo liyane
Arep cemburu
Kok dudu sopo sopone
Aku memang tak pernah menyesal dulu pernah menemaninya disaat ia terluka dan berduka. Mengisi hatinya yang sepi. Bahkan pernah membuatnya bahagia. Namun jika berbicara cemburu jelas aku cemburu. Melihatnya bersanding dengan orang lain. Walau memang aku tak pantas cemburu pada orang yang kini berhak atas dirinya.
Sing awale perhatian
Ning akhire, sliramu sing malah ngilang
Ra pengen... liyane...
Pengenku siji mung koe
Kenyataane dudu aku,
Neng njero atimu
Jika berbicara hati. Aku tetap yakin masih ada secuil rasa dihatinya untukku. Namun ia pasti menyangkalnya karena tahu itu tak pantas disimpan.
Isih sok kelingan
Kabeh kenangan sing tau dilakoni
Kebayang- bayang nganti kegowo ngimpi
Iso gawe nyaman, ra jaminan, duweni atimu
Lagu ini seperti keadaanku sekarang yang masih terus terbayang-bayang moment-moment dengan Faizah. Namun aku lebih beruntung karena pernah memiliki hatinya. Walau pada kenyataannya sekarang raganya dimiliki orang lain.
Koyo lagi wingi
Awak dewe iso ngobrol tekan wengi
Karo sliramu wong sing paling gemati
Ora nyongko koe, sing paling nglarani
Yah seperti posisiku sekarang. Berpisah sudah beberapa bulan tapi rasanya seperti baru kemarin bersama.
...****************...
Tak terasa semakin lama aku semakin terbawa suasana dan menikmati setiap lagu yang dibawakan. Ku akui suaranya memang enak didengar. Ia juga pandai menghayati lagu sehingga para penonton terhipnotis seperti merasakan kesakitan yang ia rasakan. Tanpa terasa air mata ini jatuh dengan sendirinya. Namun aku segera menghapusnya dan kembali menguasai perasaanku lagi.
"Ta, aku tinggal cari minum dulu ya" Kataku pada Okta dengan sedikit berteriak. Yang dijawab Okta dengan anggukan. Akupun segera keluar dari kerumuman untuk mencari kedai minuman yang ada di sekitar lokasi konser.
"Pak air mineralnya 1" Kataku begitu sampai tempat tujuanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments