bab 5

Cinta itu sederhana. Namun untuk menyatukan dua cinta dalam sebuah bahtera rumah tangga tak sesederhana definisi cinta. Karna menikah bukan hanya tentang aku cinta kamu. Tapi tentang dua keluarga yang bebeda prinsip dan keyakinan yang harus melebur menjadi satu. Jangan lupakan juga tentang adat istiadat yang juga harus di taati walau tak ada peraturan tertulis tentang itu.

...****************...

Setelah semalam menghabiskan waktu bersama teman-teman, hatiku lebih tertata. Aku bersyukur punya teman setia seperti mereka yang mau menemaniku hingga subuh menjelang. Aku memang belum bisa mengikat Faizah dalam pernikahan. Namun aku begitu bahagia mengingat Faizah yang begitu mencintaiku dan menghawatirkanku. Aku bertekat ingin melanjutkan mimpiku walau itu dengan atau tanpa Faizah.

"Pak Faiz sudah sembuh? Kok sudah masuk kerja lagi?" Tanya guru muda yang bernama Eny itu.

"Sudah bu. Alhamdulillah sudah sehat kembali" Jawabku full senyum. Aku tahu sebenarnya teman-teman se profesiku mengasihani keadaanku. Namun aku tak mau menunjukkan kelemahanku di hadapan mereka. Aku hanya perlu berpura pura baik-baik saja.

"Alhamdulillah pak Faiz sudah masuk. Sudah bener-bener sehat kan pak?" tanya temanku yang lain ketika aku sampai di ruangan guru. Aku tahu mereka hanya pura-pura tak tahu tentang keadaanku yang sebenarnya. Bukan sakit fisik yang aku derita. Melainkan luka hati yang tak tahu kapan sembuhnya.

Teeeet... Teeeet... Teeeet

Bunyi bel tanda masuk sekolah berbunyi. Aku pun segera keluar melihat anak-anak yang akan melaksanalan apel pagi. Mereka berbaris ditengah halaman sekolah sambil bergurau dengan teman sebayanya. Sesekali mereka tertawa riang. Wajah mereka begitu bahagia tanpa memikul beban apapun. Membuatku iri dan ingin kembali ke masa itu.

Aku mengecek kelas demi kelas untuk memastikan bahwa tak ada satu pun anak yang tertinggal. Setelah itu kembali ke halaman untuk mengikuti apel pagi yang di pimpin langsung oleh guru piket.

Cuaca pagi yang cerah dengan hangat mentari seperti ini cocok untuk berjemur. Terutama bagi mereka yang terkena flu. Berjemur di bawah matahari pagi bisa sedikit membantu mengurangi gejala flu. Dulu jika Faizah mengeluh pilek aku pasti selalu menyuruhnya berjemur di balkon kamar kost.

[Dek.. Masih pilek?] Tanyaku lewat pesan singkat kala itu.

[Ya nih mas. Jadi susah nafas. Hidungnya mampet. Semalem mau bobok aja susah.] Keluhnya.

[Buruan ke balkon atas gih. Berjemur. Biar hilang pileknya] Pintaku

[Ya mas] jawabnya singkat.

Aku tak membalas pesannya lagi karena segera berangkat mengajar. Memang jam belajar baru di mulai pukul 7.30. Tapi aku selalu berangkat pagi seperti anak-anak sekolah untuk mendampingi mereka. Di sekolah aku menyambut para siswa yang masih berseragam putih dan biru tua itu di gerbang sekolah bersama kepala sekolah dan guru-guru lainnya. Sedangkan satpam sekolah bersiaga di tengah jalan untuk menyebrangkan anak-anak agar aman saat menyebrang. Aku dan guru-guru lain menyalami setiap murid yang datang satu persatu. Dengan begitu akan mudah bagiku untuk mengenal wajah mereka. Sekaligus mengetahui siapa saja yang terlambat masuk sekolah.

Ting.. Terdengar notifikasi di handphonku tanda ada pesan masuk. Rupanya itu dari Faizah. Akupun segera membuka chat di sebuah aplikasi hijau itu.

[Mas.. Berjemur di pantai enak nih. Bisa langsung sembuh]

[Temenin yuk mas]

Kalau sudah kumat mode manjanya ya seperti ini lah Faizah. Minta ini lah, minta itu lah. Ujung-ujungnya ngambek kalau gak di turuti. Tapi aku suka sikap manjanya. Membuatnya selalu bergantung padaku membuatku bangga karna aku memang begitu penting dihidupnya.

Ku ambil foto anak-anak yang sedang berdatangan masuk dan bersalaman dengan guru lain lalu mengirimnya kepada Faizah.

[Mas udah disekolah dek. Mau ngajar. Ntar kalau libur ya] Rayuku

[Ya sudah. Kalau gitu mas ngajar aja dulu. Aku cukup berjemur di balkon aja. Sambil lihat cowok sebrang kos yang jemur pakaian]

Dari pesan yang di tulisnya aku tahu dia sedang mode pengen perhatian lebih. Aku pun segera berjalan menuju ruang kantor untuk membalas pesan dari Faizah.

[Dek.. Mas kerja sayangku. Nanti kalau libur, mas pasti temenin. Sebagai gantinya gimana kalau ntar sore aja ke pantainya. Sambil lihat sunset.] Tawarku

[Emang sunset bisa buat terapi nyembuhin flu? Teori siapa itu?] balasnya cepat

[Teori dari mas lah. Kan lihat sunset sama mas bikin suasana hati bahagia. Kalau hatinya bahagia penyakit apa aja pasti bisa sembuh] rayuku lagi

[Ngarang]

[Ya udah sana ngajar. Aku mau berjemur terus berangkat kuliah. Ada kuliah pagi]

Begitulan Faizah. Sedikit sedikit ngambek. Tapi ujung-ujungnya kalau mau diturutin dia nya yang gak mau.

[Katanya ngajak berjemur di pantai. Kok malah mau kuliah. Padahal mas udah siap-siap lho] bohong ku

[Hah? Gak lah mas. Aku kuliah pagi]

Belum sempat aku membalas sudah ada pesan masuk lagi.

[Selamat kerja mas. Didiklah mereka dengan sabar. Latihan ngadepin anak anak biar nanti gak emosian kalau punya anak yang bandelnya kayak bapaknya itu] aku hanya bisa tersenyum membaca pesannya. Aku memang selalu bercerita bahwa semasa kecil aku memang sangat bandel. Suka bolos sekolah dan ambil uang hasil dagangan ibu diam-diam. Aku juga selalu berkata semoga kelak anak kita tak bandel sepertiku. Ya sejauh itu memang hubungan kita. Membahas hal hal absurt yang nyatanya tak pernah bisa terwujud.

...****************...

Pesan manja dari Faizah seperti itu sungguh ku rindukan. Semenjak kita tak bisa menikah hingga sekarang. Tak pernah ada lagi pesan pesan manja darinya. Dulu walaupun kita berbalas pesan pasti selalu membahas perpisahan. Membuat hatiku sedih. Apalagi sekarang setelah ia menikah. Tak pernah sekalipun aku mengiriminya pesan ataupun sebaliknya. Kami sama sama tau dengan keadaan ini. Keadaan yang membuat kami harus berpisah walau sebenarnya di hati kami masih ada cinta yang mengguncah.

"Pak Faiz. Temenin anak anak baca asmaul husna dan nadhom rukun islam ya. Perut saya mules nih" kata temanku yang kebetulan mendapat piket hari ini. Akupun tersadar dari lamunanku. Ternyata sudah cukup lama aku berdiri dengan pandangan kosong ke siswa hanya untuk memikirkan Faizah saja.

"Oooo ya pak. Biar saya temenin saja. Bapak di enakin aja di toilet" Candaku. Aku berusaha menutupi luka dihatiku dengan candaan kepada teman kerjaku itu.

Aku melangkah menuju halaman sekolah mendampingi anak yang berdiri di depan dengan menggenggam microfon di tangannya. Mereka mulai melagukan nama-nama Allah yang indah itu dengan suara khas anak-anak. Setelahnya menadahkan tangan dengan masih membaca do'a asmaul husna.

hingga berlanjut pada nadhom rukun islam.

...Rukun Islam ada lima perkara...

...yang pertamanya baca dua syahadat...

...ashadualla ilaha illallah wa ashaduanna muhammadar rasulullah...

...Yang ke dua sholat lima waktunya...

...Yang ketiga jangan lupa bayar zakat...

...Yang ke empat puasa di bulan ramadhan...

...Yang ke lima haji ke baitul haram...

Lagi dan lagi aku mengingat kenanganku bersama Faizah. Dulu pernah suatu ketika mode manjanya kumat. Ia tak mau mematikan telphonnya. Aku yang mendampingi anak-anak membaca nadhom terpaksa harus mengantongi handphone yang masih menyala.

"Mas.. Nadhom yang tadi pagi enak ya nadanya. Kayak lagu nadhom alfiyah yang sering di buat sholawatan nunggu iqomah" tanyanya setelah aku menelphonnya lagi di sore harinya.

"ya dek. Itu nadhom rukun islam. Tiap pagi emang selalu dibaca anak-anak setelah apel" Jawabku menjelaskan

"Berarti mas hafal dong?" Tanyanya kemudian.

"Hafal dong. Masak gurunya gak hafal" jawabku sombong

"Kalau gitu nyanyiin dong" Pintanya yang langsung aku turuti.

Di sebrang telphon tak ada suara sedikitpun. Ia hanya mendengarku bersenandung.

Huft.. Aku menghela nafas setelah nadhom rukun islam di nyanyikan. Anak-anak bubar menuju ruang kelas masing-masing. Sedangkan aku masih terjebak dengan kenangan masa laluku.

Entah sampai kapan aku seperti ini. Rasanya akan sulit bagiku melupakan Faizah mengingat banyaknya kenangan yang telah tercipta antara kita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!