Bab 12

Festival kirab budaya kabupaten Jepara dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia sebentar lagi di gelar. Membuat bapak yang merupakan seorang perangkat desa sibuk menyiapkan arak-arakan yang akan desa kami ikuti. Aku yang masih berstatus pemuda desa pun harus ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Mengingat pentingnya acara itu. Beberapa organisasi desa juga diikut sertakan dalam acara besar besaran yang baru akan dilaksanakan pertama kalinya setelah masa pandemi.

Persiapan demi persiapan terus dilakuan. Ada kelompok pemuda yang ditunjuk membuat ornamen yang nantinya akan diarak. Ada juga yang sibuk menyusun naskah yang nanti akan ditampilkan. Ada juga yang berlatih menari dan juga bermain angklung.

Sebagian desa memang memilih menyewa pemain drumband, angklung, barongan atau yang lainnya untuk memeriahkan acara. Namun didesaku tidak. Kami memilih tampil sendiri agar lebih terasa perjuangannya. Karna seberapa besar kami berjuang memeriahkan acara tersebut tidak akan ada apa apanya jika dibandingkan perjuangan para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Heboh suara beberapa orang ikut latihan di halaman balai desa. Suara angklung menambah meriah suasana. Menjadikan suasana kemerdekaan kian terasa. Aku bersama beberapa pemuda nantinya akan memakai baju lurik berdampingan dengan ibu PKK yang akan memakai kebaya kartini tradisional. Kami serius berlatih agar bisa membanggakan desa kami. Bukan hanya sekedar memeriahkan acara dan memenagkan hadiah. Tetapi juga ikut mengenalkan identitas desa kami kepada masyarakat. Potensi desa yang kami miliki berupa hasil bumi juga nantinya akan kami bawa sebagai oleh oleh untuk bupati.

"Iz, habis latihan ini langsung ke lapangan ya. Mandu acara lomba. Dari kemaren elo kan cuman jadi penonton doang" Kata salah satu temanku ketika kami istirahat.

"Siaaap. Asal panitia berani ngasih honor, apa aja ok deh. Lumayan buat beli kopi" Candaku.

"Elo ini duit melulu. Mau buat apa sih? Anak istri juga gak ada" jawab temanku.

"Emang yang punya anak isrti doang yang butuh duit. Jomblo juga butuh. Biar bisa gaet cewek cantik" Jawabku dengan candaan.

"Gak perlu duit banyak buat memikat hati cewek Iz. Yang penting perhatian."

"Perhatian pas carnavalan ditraktir es. Perhatian pas Skin Care habis dibeliin. Perhatian pas hari libur diajak shopping. Wes pasti langsung kecantol" Temanku kebanyakan memang suka bercanda. Membuatku merasa terhibur. Kami mengobrol ngalur ngidul hingga tak terasa acara persiapan karnaval usai.

...****************...

Ku kendarai motor dari balai desa menuju rumah, meninggalkan bapak yang masih sibuk mengurusi ini itu. Aparat desa memang tidak main-main dalam mempersiapkan acara tersebut. Begitu banyak dana yang digelontorkan untuk memfasilitasi peserta yang ikut serta berpartisipasi dalam acara karnaval. Mulai dari sewa kostum, make up hingga uang transpot. Belum lagi properti yang harus dibawa saat karnaval nanti, sound system serta konsumsi yang mereka tanggung untuk semua peserta. Jika di hitung hitung mungkin dana yang mereka keluarkan lebih besar dari hadiah juara 1 yang bisa mereka dapatkan. Entahlah, rasa rasanya para pejabat pemerintah di desaku tak memperhitungkan soal untung dan rugi. Yang penting hajat mereka sukses dan meriah.

"Buk, Faiz mau kelapangan tempat anak anak lomba agustusan dulu" Pamitku pada ibu

"Ya Iz. Sana main keluar. Biar gak suntuk liburan dirumah saja. Siapa tau pulang pulang bawa calon mantu" Jawab ibu yang masih fokus pada layar televisi yang ada di depannya.

"Kalau soal itu gampang bu. Tinggal ibu pengennya yang gimana. Ntar Faiz bungkusin"

"Emangnya barang dibungkus. Kamu ini ada ada aja." Jawab ibu. Aku hanya tersenyum menanggapi ibu. Kemudian aku mencium tangannya lalu pergi keluar menuju tempat lomba agustusan.

...****************...

Jumlah penduduk didesaku memang banyak. Namun mereka tetap kompak dalam melaksanakan kegiatan. Tak ada yang merasa lebih pintar atau di istimewakan. Semua saling membantu dan melengkapi satu sama lain. Yang kaya menyumbang materi. Yang pintar menyumbang ide. Yang muda menyumbang tenaga. Hingga terciptalah kegiatan yang sukses.

Aku sampai di lapangan dan mendapati beberapa warga sedang asyik senam. Ada anak remaja, ibu ibu muda juga orang tua paruh baya. Mereka begitu antusias mengikuti senam dengan instruktur pemilik sanggar yang ada di daerah kami. Terik matahari tak menyurutkan semangat mereka. Mereka begitu semangat bergerak mengikuti irama. Aku segera menuju tenda panitia dan bergabung dengan yang lain. Ku salami mereka satu persatu dan mulai bertanya tentang tugas yang harus aku lakukan. Karena siang ini rencananya akan ada lomba menyusu dan make up. Sementara malam hari melanjutkan acara turnamen bola voli.

"Kak Faiz nanti dampingin lomba menyusu ya" Kata Hadi salah satu panitia yang merupakan tetanggaku.

"ok deh. Peraturannya gimana itu?" tanyaku. Hadi memberikan selembar kertas yang berisikan peraturan lomba. Aku membacanya terlebih dahulu untuk memahami teknis jalannya acara. Karena memang beberapa kali rapat panitia aku tidak ikut. Acara senam selesai. Salah satu panitia perempuan pun maju memimpin acara. Aku segera menyusul dan ikut berbicara layaknya mc profesional.

"Ok. Siang ini kita akan melaksanakan lomba menyusu dan make up. Untuk lomba menyusu pesertanya harus pasangan suami istri ya. Bagi yang berminat silahkan merapat dan mendaftar pada panitia" teriak teman mc ku.

"Ayo ayo buk ajak bapaknya ikut lomba" kataku mengawali.

"Kayaknya bakalan seru nanti acaranya ya kak" kata patner mcku itu.

"Betul banget. Kalau yang kita tahu biasanya yang ngedot itu balita, sekarang disini yang ngedot bapak-bapak berumur. Nanti siapa yang berhasil menghabiskan susunya duluan, maka ia lah pemenangnya" Kami terus berbicara memandu acara agar tetap seru dan meriah. Teriakan semangat terus saja ku lakukan. Hingga akhirnya muncullah 3 pasangan sebagai pemenang.

Aku terus memandu acara sampai acara lomba berikutnya. Yaitu lomba make up. Make up kali ini bukan dilakukan untuk menampilkan siapa yang paling pintar berdandan. Tetapi lebih ke acara seru-seruan saja. Sebab peserta make up matanya tertutup. Sedangkan yang di make up bukanlah wanita melainkan laki-laki yang menjadi pasangan peserta tersebut. Sudah bisa di bayangkan bagaimana riuhya peserta saat melihat suami atau pasangannya didandani cemang cemong oleh orang dengan mata tertutup. Bagaimana cara mereka make up? Tentu saja mengandalkan naluri serta arahan lawan make upnya.

Acara make up tak cukup sampai disitu. Setelah selesai make up sesuai waktu yang ditentukan mereka disuruh fashion show menggunakan pakaian wanita. Menurut panitia kegiatan ini pasti akan bisa menghibur warga dan mengundang gelak tawa para penonton. Walaupun ada sebagian yang tidak setuju dan mengatakan itu hal yang menyalahi kodrat.

Semua peserta lomba make up sudah berada dilokasi. Aku memulai acara lomba dengan semangat. Rasa sakit didada yang beberapa bulan ini masih kurasa seketika menyingkir. Tergantikan suka cita dengan adanya hiburan bersama warga sekitar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!