Suara pedang yang saling bertemu terdengar ditelinga Tamayra. Dia bersembunyi di pohon besar yang bisa menutupi tubuhnya.
"Aku senang ada yang menolongku. Tapi, apa acara Kebesaran itu akan terganggun dengan tidK adanya kehadiranku?" benak Tamayra.
Dikarenakan suara pedang yang saling beradu. Tamayra memutuskan untuk duduk di tanah dan membiarkan pakaiannya kotor. Lengan kanannya terluka dan dia merasa lelah dengan pertarungan itu.
"Kerajaan Dermarya, Kekuatan dengan Lima elemen...."
Tamayra memejamkan matanya dengan memikirkan semua yang dia alami. Di kerajaan yang menjadi tempat tinggal mereka.
"Apa kami, memiliki kekuatan itu?" gumamnya.
Tidak ada cara lain selain mencari tahu. Tamayra merasa penasaran akan dirinya. Pakaian yang dia pakai masih berwarna putih. Tidak ada perubahan warna selain terkena darah dan tanah.
Sekarang, Tamayra memikirkan bagaimana dia harus ke Acara besar itu. "Aku tidak mungkin datang ke sana dalam keadaan seperti ini. Aku harus menganti pakaianku. Tapi, pakaian dari siapa?" benaknya.
Di saat Tamayra begitu sibuk memikirkan masalah sendiri. Seorang Prajurit bertopeng sudah berdiri di depannya dalam kedipan mata.
Tamayra yang tidak menyadari keberadaannya segera terkejut dan dia hampir mengerutuk.
"Putri, berdirilah." Uluran tangan dari Prajurit itu dengan lembut ada di depan Tamayra. perlahan, Tamayra menyambut uluran tangan itu dan berdiri.
"Maaf Putri, izinkan saya mengobati lengan Anda." ucap Prajurit bertopeng.
Mata Tamayra tertuju kepada luka yang ada di lengannya. Dia mengangguk dan menyampingkan tubuhnya agar Prajurit Bertopeng itu dapat mengobati lengannya.
Dengan berhati-hati, Prajurit bertopeng menyentuh lengan kanan Tamayra.
Pakaian serba putih ini sama seperti pakaian yang sering di pakai oleh Tamayra. Dengan baju pendek dan kain yang melilit tubuhnya serta celana putih yang sampai di mata kaki.
Prajurit bertopeng itu dengan hati-hati membalut luka dan memberikan rempah-rempah di sekitar luka tersebut.
"Remah-remah ini akan meredakan rasa sakit dan membantu menghilangkan bekas lukanya." kata Prajurit bertopeng itu.
Tamayra mengangguk dan menatap sekitar. Dia memikirkan apakah para Badit itu telah di kalahkan.
"Tidak perlu khawatir. Mereka akan diurus prajurit yang ada. Mari Putri, aku akan mengantar Anda ke balai kota." ucapnya dengan mengulurkan tangan.
Tamayra tampak ragu. Dia memikirkan pakaiannya saat ini. Begitu kotor dan sudah lusuh. Tidak memungkinkan untuk Tamayra berada di Balai Kota.
"Untuk pakaian Anda, jika Anda mengijinkan saya membawa Anda ke suatu tempat. Anda akan mengenakan pakaian yang baik meski tidak sebaik ini." ucap Prajurit Bertopeng dengan menundukkan kepala.
Tamayra tahu bahwa Prajurit bertopeng ini berniat baik padanya. "Akan lebih baik jika aku menganti pakaian ini. Jadi, ayo pergi ketempat yang Anda sarankan."
Prajurit bertopeng itu mengangguk dan mengulurkan tangannya ke arah Tamayra. Dengan anggun Tamayra menyambut uluran tangan itu dan tanpa hitungan detik Dia segera dibawa terbang.
Mata Tamayra tertutup dengan degupan di hati. Jika boleh jujur, dia tidak takut sama sekali akan ketinggian. Tapi, karena ini pertama kalinya dia terbang tanpa pengaman, Dia merasa kegugupan yang luar biasa.
"Aku harap, tidak ada masalah di Hari Kebesaran ini." benak Tamayra.
...°°°...
Di Balai Kota perjamuan mulai di lakukan. Beberapa hidangan kecil di sajikan oleh Pelayan ke pada setiap Tamu kehormatan.
Pembicaraan pun berjalan lancar dari mulai Para Menteri hingga Penjabat yang lain. Raja dan Ratu hanya sesekali mengeluarkan suara. Sisanya, hanya penasehat yang akan menjawab setiap pertanyaan yang ada.
Namun, ada seorang wanita yang merupakan kerabat dekat Kerajaan yang mengajukan pertanyaan. "Yang Mulia, izin bertanya. Apakah benar, Rumor yang Diri ini dengar. Jikalau Yang Mulia Ratu telah mengangkat Tiga orang Putri?"
Penasehat yang bertugas menjawab itu segera menatap ke arah Raja dan Ratu. Tidak berani berbicara jika tidak mendapatkan izin dari Mereka.
Raja yang duduk di singgasananya segera mengangkat tangan dan menatap ke arah kerabat dekat itu.
"Sepertinya, akan lebih baik jikalau aku menyatakan semuanya di sini." Raja berdiri dan melangkah kedepan hingga mencapai pada batasannya.
"Dengar! Aku akan sampaikan kepada Kalian semua. Aku, Raja Tiran-Rya telah mengangkat tiga orang gadis menjadi Putriku."
Perkataan Raja Tiran-Rya membuat semua orang membungkukkan tubuh mereka dengan memberi hormat yang tulus.
"Tiga Putriku ini akan di kenal oleh Kalian dan Kalian harus mengetahui mereka." katanya dengan tenang. Meski begitu, suaranya penuh penekanan.
Tangan Yang Mulia Raja terentang ke arah Panggung kecil yang ada di tengah-tengah balai.
"Aku persilahkan, Tiga Putriku untuk berdiri di sana dan menerima darah dariku." ucap sang Raja.
Lestayra dan Melyra segera di tuntun Pelayan untuk menuju ke panggung kecil itu. Mereka sedikit binggung dengan apa yang terjadi. Tapi, apa yang dikatakan oleh Sang Raja sudah cukup jelas, Bahwa mereka akan mendapatkan pengakuan Raja.
Saat mereka berada di sisi panggung. Keduanya segera menatap segala arah untuk mencari keberadaan Tamayra.
"Dimana dirinya?" gumam Lestayra yang didengar Melyra. "Apa Dia berada di tempat lain?" tanyanya.
Lestayra mengangkat bahu tanda dia tidak tahu. Di saat keadaan genting seperti ini, kekhawatir muncul di benak keduanya. Bagaimana jika, Tamayra tidak naik ke atas panggung?
"Putriku yang pertama, dia bernama Tamayra!" ucap Raja dengan menunjuk ke panggung.
Semua menatap ke arah panggung tersebut. Menanti seorang gadis yang telah dipanggil oleh sang Raja.
Keheningan muncul saat tidak ada respon dari nama yang diseru. Raja yang menyebutkan Nama Putrinya mengerutkan alis.
Kekhawatiran Lestayra dan Melyra memuncak saat mereka merasa tidak ada respon dari Tamayra.
"Jangan bilang kalau Tamayra tidak datang?" gumam keduany bersamaan.
Disituasi ini, suasana benar-benar hening hingga angin sepoi menerpa wajah mereka dan seseorang dengan anggun memberi hormatnya.
"Tamayra mohon maaf atas keterlambatan ini." tutur Tamayra dengan begitu lembut.
Semua yang melihat kehadirannya segera tersenyum. Berbeda dengan Lestayra dan Melyra yang bernapas lega karena mereka merasa tidak ada masalah jika Tamayra sudah di sini.
Raja dan Ratu tersenyum. kecemasan di wajah mereka menghilang seketika. "Dialah, Putriku Tamayra!" kata Raja sekali lagi.
Semua dengan anggun memberikan hormat mereka. Tamayra pun membalas hal yang serupa.
Setelah itu, Raja kembali merentangkan tangannya. "Dia, Putri Keduaku. Melyra!"
Mendengar namanya yang diseru, Melyra perlahan menaiki tangga panggung dan melangkah mendekati Tamayra.
Setiba di sana, Melyra memberi hormatnya dengan anggun dan tersenyum manis pada semua yang memperhatikannya.
Senyumannya itu berhasil melelehkan pria yang menatap padanya.
Entah kenapa, tatapan para pria itu seketika menghilang ketika merasa tatapan menusuk dari arah singgasana.
"Lalu, Dialah Putri ketigaku. Lestayra!" kata Sang Raja dengan tangan yang direntangkan lagi.
Lestayra perlahan menaiki panggung dan melangkah dengan anggun. Meski begitu, dia begitu canggung dan terlihat sedikit ceroboh.
Akan tetapi, semua mata tertuju padanya karena melihat Lestayra yang berbeda dari Tamayra dan Melyra. Kain yang ada di tubuhnya begitu bersinar terang
"Apakah, dia pemilik kekuataan yang luar biasa?" itu yang ada di pikiran mereka.
Tidak ada yang sadar kecuali orang yang dekat dengan Tamayra. Bahwa, pakaian yang dia kenakan berubah menjadi warna putih kemerahaan.
"Apa, Tamayra mengenakan pakaian yang sama?" benak Lestayra dan Melyra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments