^Bermain di Labirin^

Setelah kejadian itu, beberapa hari ini tiba-tiba saja Tamayra, Lestayra dan Melyra di minta untuk mengunjungi kamar tidur sang Ratu.

Di kamar yang sangat mewah itu, Ketiga gadis yang ada hanya terdiam dengan kegugupan mereka. Karena ini pertama kalinya mereka berada di kamar Ibunda sang Ratu.

"Sudah tiba?" tanya Ratu dengan tersenyum hangat. Dia duduk di kursi miliknya dan menatap ketiga gadis yang ada di depan.

Tamayra mengangguk mewakili kedua sahabatnya. Melihat hal itu, Ratu tersenyum dan segera meminta pelayan untuk meletakkan kotak yang mereka pegang.

"Karena Hari Kebesaran akan tiba, aku ingin kalian mengenakan gaun yang aku pesankan untuk kalian. Lihatlah," ucap sang Ratu.

Tamayra, Lestayra dan Melyra mengambil kotak yang ada di depan mereka. Perlahan, mereka membuka kota itu dan melihat sebuah pakaian yang di buat khusus kepada mereka.

Hanya saja, warna pakaian itu sama. Sama-sama berwarna putih. Ketiganya menjadi binggung melihat hal itu.

"Sentuhlah, warnanya akan terlihat setelah kalian menyentuhnya." kata sang Ratu.

Ketiganya segera menyentuh pakaian itu hingga warnanya berubah.

Pakaian yang di sentuh Melyra memiliki warna biru terang yang bercorak awan. Membuat Ratu tersenyum melihatnya.

Lalu Lestayra memiliki warna merah muda yang sangat cantik. Ratu melihat hal tersebut tersenyum.

Berbeda dengan Melyra yang tiba-tiba terdiam menatap pakaiannya.

"Ada apa Tamayra?" tanya sang Ratu saat mendapati ekspresi Tamayra yang diam.

Dengan perlahan Tamayra menunjukkan pakaiannya. Tidak ada satu warna pun yang terukir di pakaian itu. Semua warnanya seperti asal dari pakaian itu sendiri.

"Aneh, tidak biasanya pakaian yang telah di sihir seperti ini. Pelayan, tolong panggilkan Tetua untuk melihat keaslian dari pakaian ini." tutur sang Ratu.

Salah seorang Pelayan mengangguk dan segera mengundurkan dirinya.

Tamayra diam sesaat memperhatikan pakaiannya. Dia tahu bahwa pakaiannya ini berbeda dari yang lain. Entah kenapa, Tamayra bisa merasakan sesuatu di dalam pakaian ini.

"Tidak perlu khawatir Tamayra, Tetua akan memeriksa keaslian pakaian ini. Kekuatan mereka tidak bisa dipandang rendah. Mereka adalah Tetua dahulu." kata Sang Ratu dengan niat menyemangati.

Tamayra tersenyum dan mengangguk. Dia melirik Lestayra dan Melyra yang juga menatap pada dirinya.

Tidak lama Tetua yang di panggil pun datang. Dia adalah Tetua Kelima.

"Salam Yang Mulia Ratu, Salam Putri." Hormatnya dengan menundukkan sedikit kepalanya.

Sang Ratu mengangguk bersamaan dengan Tiga Putri yang lainnya.

"Tolong perhatikan pakaian ini, apa yang terjadi hingga pakaiannya?" Ratu mengulurkan tangannya kepada kotak yang ada dipangkuan Tamayra.

Tetua Kelima itu mengangguk dan segera menatap kotak itu dari kejauhan.

"Yang Mulia, Aku sudah memeriksanya. Pakaian itu asli dan kekuatan sihirnya masih berfungsi baik." ucapnya.

Tamayra, Lestayra dan Melyra tercenggang mendengar apa yang dikatakan Tetua itu. Mereka saling menatap dengan wajah yang mengatakan, 'Dia hanya melihatnya?'

Ratu menatap kotak yang ada di pangkuan Tamayra. "Kenapa Putriku tidak dapat mengubah warnanya? Kain yang dia kenakan bisa berubah warna. Kenapa yang satu ini tidak?"

Tetua Kelima berpilir sejenak. "Yang Mulia izin menjawab, mungkin Pakaian yang saat ini di berikan belum bisa menangkap kekuatan yang lain. Sehingga dia tidak mengubah warna pakaian itu. Akan lebih baik, Putri Tamayra mengikuti Hari Kebesaran nanti?"

Ratu diam mendengar perkataan Tetua Kelima. Dia pun mengangguk. "Baiklah, aku akan meminta Suamiku untuk memasukkan Tamayra sebagai peserta Hari kebesaran."

Dengan berkedip Tamayra menatap binggung. Dia tidak mengerti kenapa Hari Kebesaran ini sangat penting sekali.

...°°°...

Di kesorean harinya, Melyra melangkah keluar kamar dan mencari pelayan yang berjaga di luar.

"Ada apa Putri?" tanya salah seorang Pelayan yang menyadari keberadaannya. Melyra segera tersenyum melihatnya. "Aku ingin keliling taman, apakah boleh?"

Pelayan itu mengangguk dan segera menemaninya. Melyra tersenyum dan melangkahkan kakinya ke Taman Kerajaan.

Sejujurnya, Melyra dangat menyukai tempat ini. Ada kedamaian di dalamnya dan kasih sayang dari sang Ratu.

Meski begitu, Dia tetap merasa sulit untuk beradaptasi dengan sekitarnya. Apa lagi, pakaian yang dia kenakan ini.

"Tamayra bilang, dia perlu waktu untuk memahami hal-hal yang ada. Dan sekarang, aku tidak tahu apa yang sudah Dia temukan." benak Melyra.

Entah sudah hari keberapa mereka tinggal di Kerajaan. Semenjak Tamayra tahu alasan mereka tiba di dunia ini. Tidak ada lagi pembahasan tentang masalah mereka.

Di tambah, belakangan ini Selir dan Ratu selalu mendekati mereka untuk berbincang atau sekedar menikmati waktu luang. Tidak heran Tamayra kesulitan mencari informasi tambahan.

Melyra ingin membantu, tapi dia tidak terlalu mengerti dengan semua hal ini.

"Putri, kita tiba!" ucap Pelayan.

Melyra tertegun dengan apa yang dikatakan pelayan, sebelum dia menyadari apa yang dimaksud wanita baik ini.

"Terima kasih. Apa aku boleh berjalan di sekitar labirin itu?" tanyanya.

Pelayan menatap kearah labirin yang ada. "Tentu, labirin ini hanya memiliki satu pintu keluar. Dan jalan masuk serta keluarnya hanya di gerbang ini."

Melyra menatap pelayan yang menjelaskan semua itu padanya. Sungguh tidak terduga bahwa labirin ini dibuat dengan begitu luar biasa.

"Kalau begitu, aku ingin mencobanya." ucap Melyra dengan semangat.

Pelayan mengangguk dan melangkah ke sebuah gucci yang di buat dari tanah. Dia kembali dengan membawa sebuah tingkat ditangannya.

"Putri, bawalah ini bersamamu. Jika tersesat nanti, lemparkan tongkat ini, dia akan memberikan tanda keberadaanmu." jelas Pelayan tersebut.

Melyra menatap tongkat kayu itu dan mengambilnya. "Apa aku sekarang berada di dunia harry potter?" Melyra berpikir tentang dirinya sendiri saat mengerakkan tongkat itu.

"Silahkan, Putri."

Perlahan langkah kaki Melyra masuk ke dalam labirin. Dia menatap kanan, kiri dan depannya. Ada tiga jalan yang bisa dia pilih.

"Kanan, Kiri atau depan? Semua orang padti akan memilih kanan. Tapi, jika kanan ada jebakkan maka Kiri lebih baik." gumamnya dan melangkah masuk ke bagian depan.

Pikiran tidak sesuai dengan tindakkannya. Melyra melangkah dengan tenang dan berhenti saat melihat empat jalan.

"Aku masih ada di gerbang utama kan?" Melyra berbalik badan dan melihat posisinya.

Mata Melyra membelak ketika melihat perubahan labirin yang tiba-tiba ini. Dia lupa, bahwa saat ini dia berada di jaman Sihir. Semua hal memiliki kekuataan mereka masing-masing.

"Astaga! Kemana jalan masuk dan keluarnya?" pekik Melyra dan melangkahkan kaki menuju ke jalan sebelumnya.

Namun, langkah kakinya terhenti. "Tidak, aku tidak boleh panik. Ingat kondisi di sekitar. Bayangkan bahwa saat ini, kau tengah berada di hutan dan tersesat."

Melyra memejamkan matanya dan mengingat keadaannya dulu. Dia mengingat jelas bahwa saat dirinya berusai 10 tahun. Dia pernah tersesat di hutan seorang diri. Dan ada seseorang yang membantunya.

Saat Melyra mengingat kejadiannya diumur 10 tahun itu. Tiba-tiba dia merasa ada seseorang menyentuh tangannya.

"Siapa?!" tanyanya.

Namun, tangan yang menyentuh jari Melyra tidak menjawab. Justru menuntunnya untuk melangkah. Melyra ingin menghentikan langkah yang dia ambil, tapi entah bagaimana, dia malah mengikuti kemana dia di bawa.

"Hei!" pekiknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!