Kuda hitam itu terus berlari dengan sangat kencang. Beberapa pengawal datang menolong, akan tetapi tidak ada yang bisa mendekati kuda hitam ini.
Tamayra segera menempatkan posisinya dengan benar dan menahan diri untuk tidak melayangkan tangannya di kepala kuda ini. Dia sedikit kesal karena kesombongan hewan yang dia tunggangi.
"Baik, mari kita lihat." gumam Tamayra. Dia membungkukkan sedikit tubuhnya dan memeluk leher kuda dengan sedikit lembut. Setelahnya, Tamayra mulai menuntun dirinya dan mengikuti permainan Kuda ini.
Lestayra, Melyra dan Selir Da-Sha. Ketiganya merasa cemas dengan apa yang terjadi. Di tambah, Sang Ratu datang dengan wajah panik.
"Apa yang terjadi?" tanya sang Ratu.
Ketiga wanita yang cemas itu berbalik badan untuk melihat siapa yang datang. Selir Da-Sha segera membungkuk dan menjaga jaraknya.
"Yang Mulia Ratu ... menjawab, Putri Tamayra sedang kesulitan mengendalikan Kuda, kami mencemaskannya." ucap Selir Da-Sha dengan kepala yang masih menunduk.
"Ini salahku Yang Mulia," sambungnya.
Sang Ratu melihat ke arah lapangan. Kuda hitam yang membawa Tamayra perlahan terkendali. Meski begitu, Kuda Hitam tidak mau menerima Tamayra yang menungganginya.
"Panggilkan Dia, hanya Dia yang bisa mengendalikan kuda itu." ucap sang Ratu.
Seorang pengawal segera mengangguk dan bergegas pergi untuk memenuhi tugasnya.
Lestayra dan Melyra yang mendengarnya saling melirik. Mereka penasaran, siapa Dia yang dimaksud oleh sang Ratu.
Di tempat lain, Tamayra masih fokus mengendalikan kuda ini. Beberapa umpatan sudah lepas dari mulutnya. Dia merasa kesal sekaligus tertantangan.
Tidak ada yang pernah menolak Tamayra untuk berkuda. Jenis kuda apa pun akan mau bersamanya. Tapi kuda yang satu ini, terasa berbeda dan spesial. Tamayra menjadi tertantang dengannya.
"Ayo kuda baik, terimalah aku sebagai orang baik di hatimu." ucapnya sambil mengusap lembut kepala kuda.
Namun tampaknya kuda itu tidak menghiraukan apa yang Tamayra katakan. Hingga Kuda itu menghentakkan kakinya yang membuat Tamayra kewalahan.
Genggaman yang ada di leher kuda itu terlepas seketika. Dan di saat itu juga, Tamayra merasa tubuhnya melayang.
"Si*l, aku akan jatuh!" benak Tamayra saat pandangannya sudah menghadap ke langit. Dia juga merasa tubuhnya perlahan jatuh ke bawah.
Saat Tamayra mempasrahkan diri, dia merasa sesuatu mulai mengelilinginya. Lalu tidak lama, dia merasa punggung dan tekukkan kakinya di sentuh seseorang.
Dengan cepat Tayla menoleh ke arah kanannya. Melihat seorang pria bertopeng yang mengendong dirinya.
"Anda baik-baik saja, Putri?" tanyanya dengan suara tenang.
Tamayra tidak menjawab perkataannya karena tertegun dengan apa yang terjadi.
Perlahan, Tamayra di angkat begitu saja. Seakan mereka akan terbang entah ke mana. Mendapati hal itu, Tamayra segera menutup matanya.
Untuk sesaat, Tamayra diam di tempat dan memperhatikan dirinya. Kenapa dia takut? Itu yang ada di pikiran Tamayra. Hingga, dia membuka mata dan melihat semua orang memperhatikannya.
"Tamayra, kamu tidak apa-apa sayang?" tanya sang Ibunda Ratu. Tamayra mengangguk tanpa sadar posisinya masih di dalam gendongan seseorang.
Hingga Tamayra dikejutkan dengan tubuhnya yang perlahan turun. Lirikkan mata Tamayra tertuju pada Pria yang mengendongnya ini.
"Terima kasih," ucapnya.
Setelah berucap seperti itu, Tamayra menunduk kepala untuk memberi rasa terima kasihnya. Tapi, pria bertopeng dengan pakaian prajurit, telah pergi dari hadapannya.
"Lah, Dia pergi?" benak Tamayra.
Di saat dia berpikir banyak hal. Sang Ratu mendekatinya dan memeluk tubuhnya. "Sayang, kau tidak terluka. Tidak ada yang terjatuh bukan?"
Tamayra menatap Ibunda Ratunya. Dia tersenyum dan memeluk wanita yang telah di anggap sebagai Ibunya. "Tidak, Tamayra baik-baik saja."
Melihat tingkah manjanya membuat Lestayra dan Melyra tersenyum. Sikap Tamayra benar-benar tidak hilang.
Ratu yang mendapati pelukan Tamayra tersenyum bahagia. Dia segera membalas pelukkan Tamayra dan mengusap lembut punggung putri tertuanya ini.
Ratu Destia-Rya telah mengangkat ketiga gadis ini menjadi putri. Tamayra adalah putri tertua, Melyra yang kedua dan terakhir Lestayra.
"Aku sangat senang mendengar jawabanmu sayang, ya sudah ayo masuk ke dalam istana." ucap sang Ratu.
Tamayra mengangguk dan segera membimbing Ibu angkatnya masuk ke dalam istana.
•••
Malam pun tiba, di Aula Istana semua tengah berkumpul.
Lagi-lagi Tamayra, Lestayra dan Melyra merasakan kembali suasana yang seperti ini. Berdiri di tengah aula dengan semua orang yang memperhatikan mereka.
Namun kali ini, tidak hanya ada mereka sendiri. Ada Selir Da-Sha dan Pria yang menolong Tamayra.
"Yang Mulia Tiba!" teriak penasehat yang selalu ada di samping Raja.
Ketiga gadis itu tahu karena mereka memperhatikan semua yang ada di istana ini. Hanya, ada beberapa hal yang baru mereka ketahui. Pria yang bertopeng ini.
Tidak masalah jika hanya satu orang. Yang membuat ketiganya penasaran, ada Tiga Pria bertopeng yang membuat mereka melirik ke arah Pria-pria itu.
"Apa yang terjadi?" tanya Raja Tiran dengan suara tenang tapi menggelegar.
Selir Da-Sha berlutut dengan kedua lututnya terletak di lantai. "Yang Mulia, ini salahku. Aku yang meminta Putri Tamayra untuk berkuda."
Raja Tiran menatap Selir Da-Sha dengan sorotan mata yang tajam.
Melihat hal itu, Tamayra segera berlutut di belakang Selir Da-Sha. Dia melakukan ini karena tidak tega melihat Selir Da-Sha disalahkan begitu saja.
"Yang Mulia, ini bukanlah kesalahan Selir Da-Sha. Tamayra yang bersalah karena Tamayra tidak memperhatikan diri Tamayra sendiri." ucapnya.
Sang Ratu segera bangun dari kursi miliknya. "Tidak putriku, kau tidak bersalah!" tutur sang Ratu.
Raja yang mendengar ucapannya segera menoleh. "Permaisuriku, jangan membela seseorang seperti itu." tegurnya.
Merasa teguran itu, Sang Ratu bungkam dan kembali duduk di kursinya.
Tangan sang Raja terangkat. "Katakan kepadaku, Prajurit Aland Levfan!"
Suara pedang yang di letakkan pada lantai menarik perhatian semua orang. Termasuk Tamayra yang telah berlutut itu. Dia melihat Pria bertopeng telah berlutut dengan pedang yang tertancap di lantai.
"Menjawab Yang Mulia ... Aland rasa semua ini bukan salah Selir dan Putri, semua ini terjadi karena Kuda Hitam yang tidak sengaja mereka gunakan."
"Kuda itu milik Aland, Yang Mulia. Kuda Hitam itu tidak sengaja terlepas dari kandangannya dan menendang penjaga kuda. Lalu, Dia menganggu Sang Putri."
"Seharusnya yang di hukum itu adalah Aland, Yang Mulia." tuturnya dengan begitu tegas.
Mendengar hal itu, Sang Raja mengangguk dan mengambil sebuah keputusan. "Baiklah, Aland Devfan, Selir Da-Sha dan Tamayra. Kalian bertiga tidak akan di hukum. Lebih baik, perhatikan semua yang ada jangan terulang kembali."
Setelah hal itu, Semua yang ada di aula perlahan meninggalkan tempat mereka. Tamayra bangun dan menuntun Selir Da-Sha untuk berdiri.
Mata Tamayra tertuju kepada Pria yang kini melangkah pergi bersama dua Pria bertopeng.
"Jadi, Dia pemilik Kuda Hitam itu?" benaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments