Setelah hari itu, Ketiganya menjalani kehidupan mereka di Kerajaan Dermarya dengan tenang. Beradaptasi bersama para Pelayan dan beberapa Selir lainnya.
Hanya ada Lima selir yang tidak terlalu sering mengajak mereka bertiga berbicara.
Saat ini, Tamayra, Lestayra dan Melyra melangkah ke Taman bersama dengan Selir Da-Sha. Dia adalah selir manja yang dikatakan oleh para Pelayan.
“Selir Da-Sha itu adalah selir Manja. Meski begitu, dia baik kepada kami.” itulah yang di katakan oleh Pelayan saat Lestayra menanyakan soal Selir nomor satu ini.
“Duduklah,” ucap Selir Da-Sha yang telah duduk terlebih dahulu.
Pagi ini, Ketiga gadis itu mendapatkan undangan untuk minum teh bersama sang Selir Pertama. Mereka tidak mungkin menolak tawaran itu, apa lagi bisa mengenal semua orang yang ada di dalam Istana ini.
“Bagaimana keadaan kalian? Apa kalian tertekan berada di sini. Apa lagi, kalian masih dalam pengawasan para Tetua.” ucapnya sambil menyeduh teh dengan anggun.
Melihat hal itu, membuat Lestayra merasa kagum. Bagaimana orang-orang jaman kerajaan ini memperhatikan etika mereka dengan baik.
Jika berada di jaman Lestayra yang modern itu, hanya orang-orang terpenting yang bersikap anggun. Tamayra adalah contoh orang yang bersikap anggun.
Waktu mereka merantau ke kota, Lestayra diberitahu oleh Tamayra bahwa dia bertemu dengan orang terpenting dan dia di undang untuk minum teh bersama. Orang-orang itu sangat memperhatikan etika mereka.
Maka sejak itulah, Lestayra penasaran bagaimana sikap anggun yang sebenarnya. Dan di depan matanya, sikap anggun itu telah ditunjukan oleh Selir Da-Sha.
“Tidak Selir Da-Sha, kami sangat merasa senang dengan apa yang di berikan oleh semua orang di sini.” sahut Melyra.
Senyum lembut terlukis dibibir Selir Da-Sha. “Kalian sangat cantik, baik dan juga pengertian. Aku berpikir, kalian akan tertekan di sini dan memilih untuk pergi, atau mungkin kabur dari istana.”
Lestayra yang mendengar perkataan Selir Da-Sha segera menyahutnya. “Ke mana kami akan pergi Selir, Kami saja tidak tahu kemana kami berada.”
Mendengar hal itu, Selir Da-Sha tersenyum lagi. “Maka tinggallah di sini. Apa lagi, Yang Mulia Ratu sudah mengangkat kalian sebagai Putri-Putrinya.”
Tamayra menatap Selir yang ada di depannya. Dia melirik Lestayra dan Melyra yang sibuk berbicara dengan Selir Manja ini. Tidak ada keinginan untuk ikut bergabung di dalam pembicaraan mereka.
“Tidak lama lagi, akan ada hari di mana seluruh Rakyat kerajaan Dermarya hadir pada halaman utama. Halaman utama itu berada di Aula Kota.” ucap Selir Da-Sha.
Melyra menatap bingung mendengar penuturan kata Selir Da-Sha. Dia segera bertanya, “Hari apa itu, Selir?”
“Itu adalah Hari Kebesaran. Di mana, seluruh pemuda dan pemudi akan berkumpul dan menunjukan kekuatan mereka. jika mereka memiliki kemampuan baik, mereka akan di angkat menjadi prajurit Kerajaan.” jelas Selir Da-Sha.
Dengan ber ‘oh’ Melyra mengangguk-angguk kepala. Selir Da-Sha terkekeh pelan dengan begitu anggun, sangat memperhatikan etikanya.
“Lalu, apa saja yang ada di sana?” tanya Lestayra dengan wajah penasaran.
Hari Kebesaran, pasti bukanlah hari biasa. Lestayra membayangkan begitu banyak orang yang hadir dan pasti ada banyak hal di sana. Dia sangat ingin melihat semua itu.
“Ada jamuan kerajaan, sambutan Rakyat kepada pemimpin mereka dan ada hal-hal lainnya. Kalian pasti akan senang dengan semua itu.”
Ketiga gadis yang ada didepan Selir Da-Sha segera mengangguk dengan semangat.
“Mungkin, Ratu akan menjelaskan semuanya kepada kalian. Jadi, persiapkan diri dan jangan lupa untuk hadir di acara itu, bisa saja Raja mengumumkan kalian sebagai Putri Angkatnya.”
Mata yang berbagai warna itu saling melirik. Tamayra, Lesatyra dan Melyra tahu bahwa Raja belum mengucapkan sepatah katapun untuk mereka. bisa di bilang, mereka belum di akui oleh Raja.
Meski Raja menyetujui permintaan Ratu. Keputusan yang pasti itu dari Raja, karena dia yang memiliki pengendalian penuh dari semua keputusan.
Mengerti apa yang dipikirkan ketiga gadis itu, Selir Da-Sha tersenyum dan memutuskan untuk bangun dari tempat duduknya.
“Dari pada berpikir yang tidak-tidak, bagaimana kalau kalian mengikutiku, aku ingin tahu, kemampuan kalian.” ucap Selir Da-Sha.
“Kemampuan?” tanya ketiganya dengan wajah bingung.
...•••...
Di lapangan besar yang terletak pada bagian kanan Istana. Ada lapangan luas, seluas lapangan sepak bola. Melihat hal itu, Lestayra dan Tamayra saling memandang dengan mata berbinar. Lapangan luas ini sangat cocok untuk mereka bermain bola.
Saat keduanya ingin berlari, Melyra segera menahan Kedua Sahabatnya dengan mata yang menatap. ‘Apa yang kalian lakukan?’ itulah yang di katakan oleh mata Melyra.
Tamayra dan Lestayra seketika kembali berdiri tenang. Mereka sadar bahwa ini bukan di jaman mereka. lebih tepatnya, jaman mereka yang suka bermain sepak bola.
Jika semua orang melihat mereka bermain bola di sini, akan ada banyak tanggapan lain dan bisa saja mereka dipandang buruk.
Di tambah, bola mana yang bisa mereka pakai untuk bermain sepak bola. Di kerajaan ini, apakah ada permainan sepak bola?
Selir Da-Sha berbalik badan setelah berbicara dengan seorang penjaga kuda. Dia menatap Ketiga gadis dengan senyum yang masih terlukis dibibirnya.
“Kalian bisa berkuda?” tanya sang Selir Da-Sha.
Lestayra dan Melyra mengarahkan pandangan mereka kepada Tamayra. Mengingat, Tamayra yang merupakan saingan Ketua Osis sangat mustahil tidak tahu berkuda.
Melihat tatapan Lestayra dan Melyra membuat Selir Da-Sha ikut menatap Tamayra. “Tamayra tahu?"
Dengan anggukkan kepala Tamayra menjawab pertanyaan Selir itu. Dia tidak bisa berbohong, sekolah mereka membuat ekskul berkuda. Tentu saja, Tamayra tidak akan ketinggalan dengan Ekskul tersebut.
“Kalau begitu, perlihatkan caramu berkuda.” tutur sang Selir.
Setelah berkata seperti itu, Tamayra di sugguhi kuda hitam yang memiliki tatapan dingin kepadanya. Tamayra meneguk salivanya dengan pelan dan segera menaiki kuda itu tanpa alat apapun.
Lestayra dan Melyra menatap bagaimana sahabat mereka menaiki kuda dengan celana khas kerajaan. Sangat sulit untuk bergerak, mereka bahkan harus menahan gerakkan yang berlebihan.
Di tambah, rumbaian yang mereka kenakan itu selalu menganggu. Jika di lepas pun, mereka tidak akan tenang karena bagian perut mereka terlihat jelas di mata semua orang.
Setelah berada di punggung Kuda, Tamayra menarik napasnya sesaat dan berusaha sebisa mungkin berkomunikasi dengan Kuda hitam ini.
Belaian lembut yang Tamayra berikan tidak berpengaruh untuk kuda hitam ini. Hewan ini tampak engan untuk berteman dengannya.
“Bagaimana aku bisa berkuda sedangkan dia saja tidak mau menerimaku untuk menunganginya.” benak Tamayra.
Setelah beberapa saat melakukan interaksi dengan kuda hitam tersebut. Tamayra benar-benar tidak bisa berkuda karena kuda itu tidak menerimanya.
Dengan wajah cemberut, Tamayra ingin menuruni kuda. Namun, entah apa yang terjadi, Kuda itu tiba-tiba berjalan dan berlari dengan cepat.
“TAMAYRA!” pekik Lestayra dan Melyra yang melihat Tamayra dibawa kuda hitam itu.
Selir Da-Sha ikut panik dan meminta prajurit untuk menolong Tamayra.
Sedangkan Tamayra sendiri memegang leher kuda dan menempatkan posisinya dengan benar. “Kuda si*l*an!” gerutuk Tamayra dalam gumamnya.
Seandainya bukan di tempat yang tidak dia ketahui, Tamayra pasti sudah mengeluarkan banyak cacian untuk kuda sombong ini. “Siapa yang mau menjadi pemilik kuda yang sombong ini!” benaknya.
Kewalahan dengan kuda hitam yang terus berlari cepat, Tamayra meletakkan kaki kanannya untuk menaiki punggung Kuda.
Saat ini, posisi Tamayra hampiri terjatuh dari punggung kuda. dia hanya bertahan dengan tangannya dan sebagian tubuh atasnya.
Kedua kaki Tamayra sudah menyentuh tanah, dia mengerutkan alis ketika kuda hitam ini tidak berniat untuk berhenti.
“Akan ku kendalikan dirimu!” gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments