^Warna mata yang langka^

Kreeek

Dua prajurit dari kejauhan menolehkan kepala untuk melihat siapa yang ingin keluar dari kamar. Karena mereka masih ditugaskan untuk menjaga tiga gadis yang mendapatkan pelayanan khusus ini.

“Selamat pagi Nona.” ucap mereka berdua dengan menunduk. Saat keduanya mengangkat kepala mereka. mata keduanya menyusut melihat ketiga wanita.

Mereka segera berlutut dengan kepala menunduk. “Maafkan kami, Nona Muda.” ucap mereka.

Hal itu membuat Tamayra, Lestayra dan Melyra menatap binggung.

Kedua Prajurit itu langsung menuntun mereka untuk menuju ke meja makan yang saat ini tengah dihadiri oleh semua orang.

Raja dan Ratu yang melihat kedatangan mereka, langsung tersenyum. tapi senyum mereka seketika luntur ketika ketiga gadis itu mendekat dan memberikan salam mereka.

Tamayra, Lestayra dan Melyra memandang kesegala arah karena semua orang langsung berdiri kaget melihat kearah mereka.

“Kalian ... mata kalian?” ucap Raja yang kini mendekat dan langsung memegang pundak Tamayra. Lestayra dan Melyra bersembunyi di belakang Tamayra saat sang Raja datang.

Raja langsung berbinar dan mendekap Tamayra. Hal itu membuat Tamayra kaget. Tidak tinggal diam, Ratu pun melangkah mendekati kearah dua gadis yang ada dibelakang tubuh Tamayra. Dia mendekat dan memeluknya, seakan-akan telah menemukan kembali apa yang hilang.

Semua orang langsung menundukkan kepala mereka, Prajurit dan Pelayan bertekuk lutut dengan anggun.

“Apa ini benar terjadi, kalian masih hidup?” tanya Raja sambil memandang Tamayra yang menatap bingung.

“Hidup? ... siapa yang mati?” tanya Tamayra kembali. Membuat Raja terteguh mendengarnya.

“Ah maafkan aku, berapa usia kalian?” tanya Sang Raja. dan Tamayra menjawab, “Enam belas tahun.”

Raja dan Ratu yang mendengarnya tertegun. “Hah ... ternyata bukan.” guman Raja. dia kembali duduk dengan wajah yang bingung.

Ratu engan untuk pergi, dia masih merangkul Melyra. Melyra yang di peluk tampak kebingungan dengan yang terjadi.

“Tapi Suamiku, kau tidak lihat? mata mereka, mata mereka persis dengan mata anak kita.” ucap Ratu yang menatap Melyra lalu menatap yang lain.

Membuat ketiganya kebingungan dengan apa yang didengar.

“Mereka telah meninggal 5 tahun yang lalu, bagaimana bisa anak kita tubuh diusia secepat ini.” ucap sang Raja yang menatap istrinya dengan pandangan teduh. Tahu bahwa sang Istri masih belum bisa melupakan anaknya.

“Tapi, mata mereka.” ucap Ratu terdiam saat menyadari bahwa tidak hanya putrinya yang mendapatkan mata ini.

“Ingat Istriku, Mata ini sangat langka. tapi bukan berarti yang mendapatkan mata ini adalah anak kita.” ucap sang Raja.

Tamayra yang mendengarnya mengerutkan alis, karena ia merasa bahwa ada yang salah disini.

“Maafkan kami. kami menyembunyikan warna asli mata kami, karena takut akan di mangsa oleh orang-orang.” ucap Tamayra sambil berlutut. Lestayra dan Melyra mengikuti apa yang Tamayra lakukan.

Mereka memang harus seperti ini. Ditambah cara inilah yang tepat agar mereka tidak di anggap sebagai musuh.

“Kita akan bahas ini nanti. Sebaiknya sarapan dulu.” ucap Raja yang menuntun Istrinya duduk. Pelayan yang lain kembali menegakkan tubuh mereka.

“Aku tidak mengira, ada orang yang memiliki warna mata seperti itu?” bisik salah seorang pelayan.

“Sangat langka orang-orang memiliknya. Raja terdahulu mengatakan bahwa hanya anak keturunan bangsawan atau keturunan yang dapat memiliki mata seperti itu.”jawab pelayan yang lain.

“Tapi ada juga yang mengatakan bahwa hanya anak Raja yang mendapatkan mata itu. ini sangat tidak masuk akal”

“Sudah, jangan diteruskan. kalian mau dipengal oleh Raja.” seketika itu juga Pelayan yang berbisik tadi terdiam.

Dalam keadaan sarapan ini, suasana sedikit cangung. Entah apa yang terjadi, tapi yang pasti Tamayra telah memahami sesuatu.

...•••...

Di aula kerajaan, semua tengah berkumpul dengan suasana yang sedikit suram.

Tiga gadis yang menjadi objek kesalahan menundukkan kepala sambil bertekuk lutut. Tak ada yang berbicara sampai akhirnya Raja dan Ratu datang.

Sepuluh Selir juga ikut datang, mereka masing-masing berbisik.

“Selir Rosita, bagaimana bisa ini terjadi. Raja pasti marah denganmu.” ucap Selir Jia Li yang menutup mulut dengan kain miliknya.

“Selir Jia Li tidak boleh seperti itu, Selir Rosita hanya berniat membantu.” ucap Selir De-Ya yang menegur perkataan Selir Jia Li.

“Kalian ini, jika selir Rosita tidak melihat dan berniat berbicara kepada mereka, Raja dan Ratu tidak akan bersedih.” bela Selir Fa-Nay untuk Selir Jia Li.

“Kau!” Selir De-Ya memerah mendengar apa yang diucapkan oleh Selir Fa-Nay. Selir Rosita terdiam, bingung mau berbicara apa, dia hanya bisa tersenyum.

“Sudah hentikan, kalian ini. Tidak baik berbicara seperti itu, pergi ke tempat kalian.” ucap Selir Da-Sha yang menatap kearah Selir yang lain.

Semuanya pun langsung melesat pergi dan kembali ketempat duduk mereka. karena mendapat perintah dari Selir Pertama, Selir manja milik Raja.

Semua duduk, Raja dan Ratu pun duduk. Berbeda dengan orang tua yang diberi gelar oleh Ketiga Gadis dengan sebutan Tetua.

Mereka berdiri sambil menunjukkan wajah kebingungan. Dan tak berapa lama, salah satu dari mereka berbicara.

“Yang Mulia, melihat apa yang telah terjadi, sepertinya kita harus menyelidiki mereka. Meski mereka sudah mengatakan bukan musuh, kita tidak tahu ada motif apa dengan kedatangan mereka.” ucap salah satu Tetua.

Mendengar hal itu, Ratu langsung berdiri dan menunjuk kearah Tetua yang berbicara “TUTUP MULUTMU! BERANI-BERANINYA KAU BERBICARA SEPERTI ITU. KAU TAK TAHU, ORANG-ORANG YANG MEWARISI BOLA MATA INI ADALAH KETURUNAN RAJA, DARI YANG TERDAHULU SAMPAI SEKARANG!”

Teriak sang Ratu membuat suasana sedikit penuh tekanan. Entah kekuatan apa yang dirasakan oleh Tiga gadis yang kini masih menundukkan kepala mereka.

Tetua yang ditunjuk itu langsung bertekuk lutut karena merasa ucapannya salah. “Maafkan Hamba Yang Mulia, telah lancang berbicara seperti itu. mohon maaf sekali lagi.” dia tidak berdiri sampai Sang Raja mengangguk menerima permintaan maafnya.

Meski Ratu emosi, Raja masih tetap tenang, dia menenangkan Istrinya. Baru kemudian melangkah mendekati Tiga Gadis yang menundukkan kepala mereka.

“Tamayra, angkat kepalamu!” ucap Raja yang menatap kearah Gadis yang menurutnya paling tua. Padahal Melyra yang paling tua di antara mereka.

Tamayra yang mendengarnya, langsung mengangkat kepala dengan mata yang memandang kearah Raja. Meski begitu, tatapan mereka tidak lama karena Tamayra langsung kembali tunduk.

Raja melangkah kembali, dia menatap kepada para Selirnnya. “Selir Jia Li dan Selir Rosita di mana kalian menemukannya mereka?” tanya sang Raja kepada Selir yang ada.

Mendengar namanya tersebut, Selir Jia Li langsung menjawab. “Menjawab yang Mulia, diriku dan Selir Rosita ingin kembali pulang dari tempat penjualan wangi-wangian disalah satu desa. desa itu bernama Fer-gie. Kami menemukan mereka di ladang yang luas, jalan kembali ke kerajaan.”

Ucapan yang berbelit untuk Tamayra, Lestayra dan Melyra yang mendengarnya, mereka masing-masing berbenak.

“Selir ini merepotkan, cukup jelaskan saja ketemu di ladang.” benak Tamayra.

“Ini Selir cari perhatian atau apa? panjang banget jelaskannya. Pengen ditabok deh.” benak Lestayra.

“Hehh, tinggal sebutkan ladang sudah cukup. Tidak perlu menjelaskan serinci itu, seakan-akan Raja memperhatikanmu.” benak Melyra.

Selir Rosita yang mendengarnya, mengangguk. Dia tidak bisa berbicara karena posisinya saat ini masih terbilang muda.

Mendengar hal itu, Para Tetua mengangguk. Raja melihat kembali kearah Tiga Gadis yang ada. Dia beralih untuk melihat Selirnya lagi.

“Selir Rosita, Aku ingin kau menjawab pertanyaanku. Apa kau mengenal mereka?” tanya Raja.

Sepuluh Selir yang ada disana langsung terdiam, bukan apa, jika Selir Rosita memang mengenal tiga gadis itu, maka bisa dipastikan tiga gadis itu anaknya. Tapi dalam pernikahan Selir Rosita dan Raja, kain yang dikenakan oleh Selir Rosita belum pernah bertukar dengan Kain Raja. Jadi bisa dipastikan keperawanan Selir Rosita masih aman.

Namun mendengar perkataan Raja, membuat Sembilan Selir terdiam, sambil mencoba menahan diri agar tak melirik Selir Rosita yang menunduk.

Diam sejenak, Selir Rosita berdiri untuk menjawab “Menjawab Yang Mulia, Selir ini sebelumnya tidak mengenal mereka. Hanya, Selir ini bisa akrab karena merasa mereka seumuran Yang Mulia.”

Selir Rosita menjawab dengan suara yang lembut, membuat orang-orang tenang mendengarnya, meski ada saja yang memandang sebelah mata.

Raja mengerti, dia menikahi Selir Rosita diusia yang masih terbilang muda. Bukan karena suka dengan Selir Rosita, tapi karena Selir Rosita pelunas dari hutang keluarganya. Maka Raja mengangkatnya menjadi Selir terakhir. Tidak ada yang menyentuh Selir Rosita, karena Raja sendiri memang tak menyukainya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!