^Terjungkal^

Hari ini adalah hari libur. Tentu saja sekolah harus ada hari libur. Tamayra, lestayra dan Melyra memutuskan untuk mengunjungi kampung halaman mereka. tempat di mana mereka dibesarkan.

Panti asuhan yang terletak di kampung kecil, tidak membuat Tamayra, Lestayra dan Melyra malu untuk memberitahukannya kepada teman-teman mereka.

Karena mendapatkan libur, mereka memilih untuk pergi ke kampung dan menikmati suasana hijau yang segar dipandang.

Jika di kota kita melihat bangunan maka di kampung kita melihat hutan dan pemandangan desa yang luar bisa menyegarkan mata.

“Tamayra! Lestayra! apa yang kalian tunggu? ayo berangkat, kita perlu ikut bus pertama.” ucap Melyra yang tengah menunggu di teras dengan mengendong tas miliknya.

“Bentar!” jawaban kedua orang yang sedang ditunggu oleh Melyra. Tidak berapa lama dua orang itu pun keluar dengan tas yang lumayan besar dari tas milik Melyra.

“Apa yang kalian bawa? hei kita ke kampung bukan sedang bertamasya ya!” ucap Melyra.

Tamayra dan Lestayra saling memandang satu sama lain.

“Hehe tentu saja ini hadiah untuk adik-adik kita dipanti.” ucap Tamayra yang mendapat anggukkan oleh Lestayra.

Melyra yang mendengarnya tersenyum, tentu saja tasnya juga berisikan hadiah untuk adik-adik panti mereka.

Mereka bertiga pun berangkat menuju pemberhentian bus. Menuju ke kampung mereka, ketiganya harus menaiki tiga bus dan memakan waktu tiga jam untuk tiba di sana.

Tidak berapa lama menunggu, bus pun tiba. bus yang menjadi akses pertama mereka saat ini tidak bisa dilewatkan. Mereka dengan cepat naik untuk bisa mendapatkan tempat duduk.

Setibanya didalam, bukannya mendapat tempat duduk, mereka harus mendapati bahwa bus saat ini penuh dengan orang yang akan membuat suasana menjadi panas.

“Seharusnya kita ikut bus yang kedua saja.” ucap Lestayra yang mendapat anggukkan dari Tamayra dan Melyra.

Menunggu hingga satu jam kemudian mereka akhirnya bisa bebas. selama dalam bus yang memakan waktu satu jam itu, tidak sama sekali mereka memiliki kesempatan untuk bisa duduk. Sediki menyebalkan.

“Kita akan ikut bus lagi kali ini?” tanya Lestayra. sangat menyebalkan berdiri dengan tas yang begitu beratnya.

Mereka ingin marah tapi tak tega karena yang ikut dalam bus tak lain adalah orang tua. Jadi tentu saja mereka tak tega menyinggirkan orang tua, dimana sopan santun mereka?

“Apa kita bersepeda saja?” ide entah dari mana datang dari Tamayra yang membuat Melyra berpikir keras sedangkan Lestayra langsung setuju.

“Aku setuju, setidaknya kita lelah juga sambil duduk bukan? Yeah bersepeda memakan waktu lebih lama, tapi jalan yang kita lewati datar tidak bergunung bukan?” Lestayra langsung memikirkan rute yang harus mereka lewati.

jalan cepat yang ingin mereka lewati sebenarnya seperti jalan ninja, mereka perlu melewati gunung dan perairan kecil, bahkan jembatan. Tapi karena bersepeda, mereka perlu jalan yang tak seperti itu agar mengalir seperti air.

“Aku tahu jalan yang lebih mudah, tapi itu memakan waktu gimana?” tanya Tamayra.

Melyra belum memberi pendapatnya, kedua Sahabatnya ini langsung mengambil tindakkan jika sudah mendapatkan ide yang cemerlang.

“Hei tunggu dulu! Aku belum memberikan pendapatku!” ucap Melyra yang kini berlari mengejar Sahabatnya. mereka pergi ke salah satu toko sewa sepeda.

“Kalian seharusnya dengarkan aku dulu!” pekik Melyra yang sudah menyusul sahabatnya. Ia berbicara tapi tidak ada yang menghiraukannya.

“Tamayra! apa kau yakin jalan itu sangat aman?” Lestayra bertanya sambil memeriksa sepeda yang kini sudah 100% disewa oleh mereka.

“Apa kau lupa, kalau aku tidak buta map, aku akan mengunakan map yang ada lalu mengingatnya dalam memoriku.” ucap Tamayra dengan percaya diri.

“Baguslah,kalau begitu mari berangkat!” ucap Lestayra yang kini bersepeda lebih dahulu. Meninggalkan Tamayra yang masih memeriksa sepeda miliknya.

“Hei tunggu aku!” Tamayra langsung bergegas menyusul Lestayra, melupakan Melyra yang baru saja membayar sewa sepeda untuknya.

“Ini pak,Makasih” panik Melyra, dia langsung mengejar dua sahabat laknatnya itu. “KALIAN! TUNGGU, BENAR-BENAR SAHABAT LAKNAT!”

...▪︎▪︎▪︎...

Perjalanan kali ini penuh dengan kebahagian, tentu saja tiga orang sahabat yang begitu akrab seperti saudara menikmati waktu bersama. Sangat jarang bisa seperti ini, apa lagi terlepas dengan namanya tugas sekolah. Meski hanya beberapa minggu mereka libur. Setidaknya seminggu itu sangat bermanfaat untuk mereka.

Jalan yang mereka lewati seperti apa yang dikatakan oleh Tamayra, mereka berjalan dengan begitu tenang tanpa harus banyak membuang keringat karena jalan yang mereka lewati lurus tak bergelombang.

“Habis ini kita belok ya, sepertinya ada jalan pintas yang bisa kita gunakan.” ucap Tamayra yang melihat tikungan. dia langsung mengarah kesana dengan diikuti oleh Lestayra dan Melyra.

Semua masih tenang,tapi semakin lama jalan yang mereka lewati semakin gelap. Mungkin hutan yang membuat matahari tak bisa menerani jalan.

Hingga Lestayra mempercepat ayunan sepedan

ya begitu juga dengan Melyra.. Mereka mendekati Tamayra yang masih tenang bersepeda.

“kenapa dengan kalian?” tanya Tamayra dengan melirik dua sahabat yang tiba-tiba berada disampingnya.

“Kita bersepeda bersama-sama.” ucap Melyra, sedangkan Lestayra bertanya. “Kau yakin ‘kan? jalan ini benar menuju ke kampung?”

“Tentu saja benar! Aku sudah menghapal mapnya, tenang saja kita tak akan tersesat. habis ini, kita akan keluar tidak lama lagi.” Tamayra mengayunkan sepedanya sedikit cepat bersamaan dengan yang lain.

Mereka terus bersama sampai mereka menemukan jalan yang penuh dengan ranting-ranting dan akar dari pepohonan.

“Apa jalan ini jarang dilewati?” tanya Melyra karena bingung dengan jalan yang mereka lewati saat ini.

“Sepertinya begitu, padahal ini jalan pintas. Seharusnya sering dilewati.” Tamayra menjawab pertanyan Melyra.

Mereka terus mengayuh sampai tak menyadari bahwa ada dahan pohon yang menghalangi jalan. Hingga ketiganya menabrak dahan tersebu dan berakhir dengan terjungkal.

Mereka menutup mata menikmat suasana jatuh yang akan memberikan rasa sakit luar biasa.

Dari penghitungan Tamayra, jika mereka jatuh ke tahan. Akan memberikan rasa sakit yang bertahan selama 30 menit. Karena Tamayra yang terakhir menutup mata, melihat betapa tingginya mereka terjungkal ke depan.

Rumus matematika yang dipakai Lestayra saat pertama kali menutup mata adalah menghitung seberapa lama mereka terjatuh. Dia memperkirakan hanya perlu waktu sepuluh detik untuk bisa menikmati rasa tersungkur ke jalanan.

Sedangkan Melyra memikirkan obat apa yang akan dioleskan nanti jika mereka telah menerima luka,. Dia orang yang kedua menutup mata.

Memikirkan luka yang akan diterima oleh mereka. bisa dibayangkan jika diwajah, Melyra harus mencari dedaunan yang memberikan manfaat agar tak berbekas. Kalau ditubuh, dia hanya perlu memberikan obat yang dibawanya. Kalau parah dia akan mengingat resep panti asuhan.

Semua yang mereka pikirkan dengan mata tertutup berharap secepatnya bisa membuka mata. Namun semakin dipikirkan semakin aneh yang mereka rasakan.

Bukan rasa sakit dengan hitungan 30 menit yang akan datang. Bukan rumus Matematika yang membuat mereka merasakan rasa jatuh dalam hitungan 10 detik dan bukan luka yang akan mereka dapatkan jika tidak merasakan semua itu.

“Jadi aku terjatuh apa tidak nih?” benak mereka bertiga. Setelah itu, ketiganya membuka mata bersamaan.

Apa yang akan kau pikirkan jika pertama kali membuka mata setelah memperkirakan hal tadi. Pasti hal aneh bukan?

“Apa aku telah meninggal, sampai melihat keindahan langit yang luar biasa birunya, bahkan cahaya matahari kalah cantik dengan birunya langit.” ucap Tamayra yang mengangkat tangannya, menghalangi keindahan langit.

“Apa aku mendapat keberuntungan hingga bisa terjatuh langsung ke surga tanpa harus melewati ujian dosa.” Lestayra mengusap wajahnya untuk memastikan dia tidak salah bicara.

“Sepertinya Aku telah bangun dari mimpi buruk. Saat ini aku pasti lagi tertidur di taman sekolah. Sampai memimpikan rasa sakit karena terjungkal dan menerima luka yang harus diobati.” ucap Melyra yang memilih untuk duduk.

Mereka bertiga berdiri memandang sekeliling. melihat apakah mereka benar dalam berpikir. Tapi lagi-lagi pendapat mereka salah karena yang mereka lihat tidak seperti yang mereka bayangkan.

Seorang wanita dengan anggun berjalan mendekati Tamayra, Lestayra dan Melyra. Saat ini mereka tengah dikepung oleh para orang-orang lengkap dengan pakaian perang.

“Apakah Anda sekalian adalah orang baru disini?” tanya seorang wanita anggun itu. Dia begitu cantik dengan gaun yang seperti dongeng kerajaan, berwarna merah muda.

“Apa kita sedang bermimpi? Bagaimana bisa masuk ke dunia kerajaan?” ucap Melyra yang membuat Tamayra mengangguk sedangkan Lestayra mengeleng.

“Apa itu?” tanya Wanita anggun. Membuat Ketiga orang yang merasa keanehan langsung berteriak histeris.

“AGH! Di mana kita?”

“Apa kita telah mati? lalu masuk ke tubuh dimasa lalu?”

“Gila! Apa kita dikirimi santet oleh musuh kita?”

Bruk! bruk! bruk!

Tamayra,Lestayra dan Melyra pingsan saat mereka menerima sebuah pukulan ditengkuk mereka oleh seseorang.

“Apa yang kau lakukan Selir Rosita? Mereka sepertinya penyusup, atau orang ... gila.” ucap wanita lain yang bergaun kuning.

“Maaf Selir Jia Li. Mereka terlihat tersesat, jadi Selir Rosita ini berniat membantu mereka.” jelas Selir Rosita yang berbicara dengan Ketiga gadis asing itu.

“Kebaikkanmu sungguh sangat dipuji Selir Rosita. Tapi, kita harus membawa mereka dulu ke kerajaan sebelum membantu mereka. Anda tahu sendiri bahwa saat ini musuh tengah mengintai kita?” ucap Selir Jia Li.

Mereka pun pergi bersama dengan prajurit yang ada. Tentu saja Melyra, Lestayra dan Tamayra dibawa oleh mereka.

Terpopuler

Comments

olive

olive

ngga ada coret²an, Kim 😁

2023-06-05

1

mama Al

mama Al

ini temanya perpindahan waktu ya

2023-06-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!