"Bagaimana bisa? Seharusnya mereka tidak ada di sini." benak Selir Vian-Ji dengan mengigit kukunya. Dia lupa akan sikap anggun yang dia miliki.
Selir Fa-Nay yang duduk di dekat Selir Vian-Ji segera menegurnya. "Perhatikan sikapmu, Selir Vian-Ji." tuturnya dengan pelan.
Napas Selir Vian-Ji berhembus dengan berat. Dia merasa perasaan tidak enak di hatinya. Setelah teguran Selir Fa-Nay, Dia menenangkan dirinya dan bersikap seanggun mungkin.
Acara Kebesaran itu pun di mulai dengan penari wanita. Mereka menari dengan begitu anggun dan berwibawa. Sangat indah bersama lekukkan tubuh yang luar biasa.
Lestayra dan Melyra yang duduk di kursi mereka menatap takjub. Tidak menduga akan melihat hal-hal seperti ini.
"Kalau ada Tamayra, dia pasti akan ikut menari." ucap Lestayra berbisik.
Melyra mengangguk. Untung mereka tiba sebelum acara di mulai. Mereka memang sempat mengalami kendala di jalan. Tapi, semua itu berjalan baik-baik saja.
Alunan musik yang dimainkan dengan di tepuk, di petik dan di gesek oleh orang-orang. Menghasilkan suara dan irama lagu yang sangat menarik.
Lestayra bahkan menggeleng kepalanya dengan pelan saat menikmati musik itu.
"Hei, apa Tamayra saat ini tengah gugup?" tanya Melyra dengan berbisik.
Lestayra segera menjawab pertanyaan itu. "Bisa saja, setelah menari akan ada jamuan bukan?"
Melyra mengangguk. Keduanya kembali fokus menatap penari yang masih mengerakkan tubuh mereka untuk mengikuti alunan lagu.
Di hari yang cerah ini, Balai Kota tampak bahagia dengan banyaknya manusia yang berkumpul.
Berbeda di hutan. Suasana yang cerah itu tidak ada gunanya bagi Tamayra. Dia menancapkan pedang ke tanah dan napasnya terengah-engah.
"Si*l, mereka sangat kuat. Aku tidak mengerti, kenapa saat aku ingin menyerang, aku tidak bisa mengenai mereka." benak Tamayra.
Darah mengalir di lengannya dan menetes ke tanah. Tamayra menatap para Badit yang tertawa bahagia.
"Putri yang malang. Kalian memang wanita lemah. Status di atas yang rendah tapi fisik kalian sangat sampah!" kata salah satu dari mereka.
Yang lain segera menambahkan. "Dia hanya seorang Putri. Tidak ada kekuatan atau sihir. Dia, Putri sampah!"
Tamayra mengerutkan alisnya saat mendengar ucapan itu. "BODOH! Apa kalian pikir aku berasal dari dunia ini? Aku bahkan tidak tahu kekuatan apa itu!" gerutuknya di dalam hati.
Saat gerutukkan itu selesai, Tamayra membelak. Dia teringat dengan semua Kekuatan yang ada di jaman ini.
"Api, Tanah, Petir, Air dan Angin?" gumamnya.
"Oh lihat, dia akan meramalkan mantra? Hahaha!" kata Badit yang memegang pedang sepanjang tangannya.
"Apa yang dia ketahui? Dia bahkan tidak bisa melihat kekuatan itu sendiri. Kasihan sekali, apa tidak masalah kita membunuhnya?" tanya Badit yang lain.
Badit yang ada segera menjawab. "Rugi, bagaimana kalau kita meminta tambahan. Dengan...," mata Badit itu menatap ke wajah Tamayra. "Kita memperk*s*nya?"
Hanya ada suara tertawa yang mengema seteleh itu. Tamayra mengenggam erat pedangnya. Dia tahu bagaimana menghadapi semua ini.
Tamayra tidak memikirkan posisinya. Dia berada di jaman kekuatan. Jika dia tidak bisa melihat kekuatan itu, kemungkinan yang di pakai oleh Para Badit ini adalah kekuatan Angin.
Bagaimana Tamayra bisa tahu? Jika tanah, dia pasti akan berurusan dengan tanah ini. Jika api, dia pasti akan melihat dan merasakan panasnya api itu. Jika petir, dia akan melihat mendungnya awan. Dan jika air, dia akan melihat gumpalan air tersebut.
Jadi, hanya ada satu hal yang tidak bisa di lihat, Angin. Bagi Tamayra, dia telah terbiasa merasakan angin menerpa dirinya. Dia tidak sadar kalau angin yang menerpanya itu adalah ulah mereka.
"Jadi begitu, mereka sengaja mengarahkan angin berlawanan arah denganku. Saat aku melesatkan serangan, angin akan menghalaunya." benak Tamayra.
Perlahan Tamayra berdiri dan merentangkan tangannya dengan sikap bersiap. Pedang di tangan tergenggam erat dan dia siap memyerang.
Melihat posisi Tamayra seperti itu. Para Badit segera mempersiapkan diri mereka dengan senyum mengejek.
"Lihatlah, sepertinya Putri kerajaan mulai serius." ucap salah satu dari mereka.
Tamayra segera berlarr dengan mengenggam erat pedangnya. Dia melesatkan pedangnya dengan menyilang ke kanan dan hal itu segera dihadang Angin.
Tahu bahwa dirinya akan mendapati halangan, Tamayra memutar pedang ke arah lain dan mengubah arah tujuannya. pedang itu melesat ke arah Badit yang paling depan.
Badit itu menangkis pedang Tamayra dengan pedangnnya. Dia mengerutkan alis dan mengeram. "Sepertinya, Dia bukan Putri sampah yang kita katakan. Kepung Dia!"
Para Badit yang lain bergegas mendekat dan mengurung Tamayra. Pedang tertuju ke arahnya dan Tamayra merasakan arah angin sebelum mengambil pedang dari tangan kanannya. Dia melesatkan pedang itu ke arah dada mereka.
Tiga Badit yang terkena hembusan angin mengalami luka di dada akibat pedangnya. Tamayra mengunakan keuntungannya itu dari orang yang mengendalikan Angin.
"Rasanya luar biasa!" benak Tamayra saat dia telah berhasil mengenai tiga Badit.
Tapi, tampaknya Tiga Badit yang terluka itu mengerutkan alis dengan wajah memerah. Mereka bertiga mengacungkan pedang ke arah Tamayra.
"Kau, akan, MATI!" ucapnya dengan penuh penekanan.
Tamayra meneguk saliva ketika melihat keseriusan ketiga orang itu. Angin tiba-tiba berhembus dengan begitu kencang. Tamayra merasakan arah angin yang tidak beraturan.
"Mereka mulai menambahkan kekuatan." benak Tamayra.
Genggaman pada pedangnya begitu kuat. Tamayra segera memperhatikan lawannya.
Para Badit yang terluka itu segera menyerang bersamaan. Mereka melompat dan mengarahkan pedang kepada Tamayra.
Pedang Tamayra terangkat dan dia dengan niat kuat untuk menangkis pedang mereka. Namun, Tamayra tidak sanggup untuk melawan arah angin dan pedang yang menekan pedangnnya.
Dalam sekejap, Tamayra mundur kebelakang dan dia merasakan tubuhnya terbentur pohon.
"Agh!" Tamayra tersedak darahnya sendiri dan sisi mulutnya mengeluarkan darah.
Tangan kiri Tamayra terasa terpukul akan semua itu. Dia mengerutkan alis karena rasa sakit yang dirasakan.
Tamayra meludahkan darah dari mulutnya. dia menatap ke arah para Badit yang berniat menyerangnya lagi. Tangan kanan yang memegang pedang segera menahannya.
Namun kali ini, Tamayra merasakan kekuatan yang luar biasa. Dia terpukul mundur dan batang pohon yang dia tabrak tumbang bersama dengannya.
Tamayra melihat bagaimana dia bisa terpukul sejauh ini. "Mereka, benar-benar mengerikan. Jika aku mati, apa aku akan kembali? Tapi, bagaimana jika aku malah berakhir di sini dan tidak akan pernah kembali?" benaknya.
Disaat pikiran negatif bermunculan. Tamayra merasa dirinya di sentuh seseorang. Pinggangnya dipeluk dengan perlahan dan tidak lama, Tamayra melihat seorang pria bertopeng di sampingnya.
"Putri Tamayra, maaf atas keterlambatanku!" ucapnya dari balik topeng. Tamayra yang mendengar itu tertegun.
Saat dia hampir terlempar jauh, Semua itu berubah dengan kehadiran Prajurit bertopeng ini. Dia malah di bawa terbang olehnya dan diturunkan dengan perlahan ke tanah.
"Tunggu di sini Putri, aku akan menghabisi mereka dengan segera." ucapnya.
Tamayra belum berkata apa-apa, segera di tinggal oleh Prajurit bertopeng itu. "Aku bahkan belum menyahut ucapannya." benak Tamayra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments