^Istana Megah^

Setelah mandi dengan mendapatkan pelayaan luar biasa. Mereka bertiga mengikuti intruksi pelayan yang akan mengajak mereka berkeliling di Istana.

Meski belum bisa mengerti apa yang terjadi dan kenapa mereka harus diperlakukan sebaik ini. Mereka tetap mengingat bahwa kedatangan mereka sebagai orang asing, bukan tamu.

Namun, merkea tidak bisa mencari jawaban kenapa bisa Raja, Ratu bahkan Selir di kerjaan ini, memperlakukan mereka dengan baik.

Mereka bertiga berjalan dengan pakaian yang sangat tidak nyaman untuk mereka. sejuknya angin melewati rumbaian menyentuh kulit perut secara langsung, hal itu membuat mereka merasa geli seketika.

“Aduh! Kenapa harus seperti ini sih ... agh, aku ingin gila rasanya.” benak Lestayra sambil menutup bagian perutnya, membuat pelayan wanita melihat apa yang dia lakukan.

“Nona ... Apa Perut Anda Sakit?” dengan sopan santun dan nada yang lembut bertanyalah pelayan kepada Lestayra. Lestayra yang mendengarnya langsung menggeleng.

“Ah tidak. Ini, aku hanya merasa aneh mengenakannya.” sahutnya.

Melyra dan Tamayra hanya bisa mengeleng mendengar perkataan Lestayra. Sebenarnya mereka juga sama, hanya saja mereka menahan diri.

Pelayan wanita itu tersenyum dengan tangan menutupi mulutnya. Seperti mengajarkan mereka tentang etika bersenyum.

“Kami juga tak terbiasa memakainya. Tapi memang seperti inilah pakaian yang harus dipakai. Saya harap Nona terbiasa mengenakannya.” ucap Pelayan itu. Lestayra mengangguk meski tangannya tidak turun dari perutnya.

Mereka berjalan menjelajahi segala yang ada. luas istana ini membuat mereka merasa lelah dan letih. Sebenarnya kalau hanya melihat-lihat, mereka tidak akan kelelahan karena yang dilihat adalah kemegahan dari Istana. Tapi yang membuat mereka Lelah adalah memikirkan bagaimana membersihkan istana yang luas ini.

“Dalam hitungan segala rumus. Kalau pelayan yang ada dan luas Istana ini tidak bisa dibilang kecil. kemungkinan pelayan yang diperlukan harus sebanyak ratusan.” benak Tamayra yang memandang pelayan didepannya.

Saat ini, yang memandu mereka ada tiga pelayan. Dan dua prajurit yang menjaga dibelakang.

“Disini ruang istirahat para Selir. Dari semua selir yang ada, mereka semua ditepatkan disini. Jumlah kamar disini sekitar sepuluh. Jadi, jika kalian ingin mencari Selir, ingatlah disini tempatnya.” ucap Salah Satu Pelayan sambil tersenyum.

Mendengar hal itu Lestayra berbenak. “Sepuluh. Cih, Raja lagi menjaga keperjakaannya ya? dikit amat. minimal Lima Puluh selir, ini malah cuma Sepuluh selir ... lemah.”

Berbeda dengan Lestayra, Melyra membenak. “Wow gini jadi Raja, jangan serakah amat. Cukup sedikit tidak perlu berlebihan. Dari pada banyak menghabiskan waktu mengurus mereka. Belum lagi kecemburuan para Selir sama Permaisuri ... bagus Raja, aku padamu.”

Mereka di ajak berjalan lagi, kali ini waktu sudah menunjukkan kegelapan, pertanda malam tiba. Tapi penjelasan istana belum selesai, mereka diajak kesalah satu ruangan yang penuh akan buku.

“Ruangan ini adalah Perpustakaan tempat buku-buku untuk dibaca. Dari tentang kekuatan, pelatihan dan sebagainya ada disini. Yang bisa mengunakan tempat umum, semua bisa masuk.

Hanya ada satu ruangan yang tak bisa dikunjungi oleh orang lain dan itu dijaga para Prajurit.” ucap Pelayan yang lainnya.

Tiga Pelayan ini menjelaskan dengan cara bergantian. Agar membuat mereka berkerja. Dari pada Menemani tanpa ikut bicara, itu semua akan sia-sia untuk mereka.

“Kita lanjut lagi ... ini ruang terakhir, setelahnya Nona-Nona bisa beristirahat menunggu waktu makan malam.” ucap Pelayan tadi. Mereka pun melangkah menuju kearah bagian belakang Istana.

Terdapat halaman luas yang sangat luas dan ada tempat bermain yang menarik, yaitu Taman Labirin.

“Disini terbagi tiga tempat. Taman bermain, Taman menjamu tamu dan Tempat berlatih para prajurit. Karena sudah malam, tidak terlalu terlihat. jika ingin melihatnya, Nona bisa memanggil kami untuk mengajak kesini.” ucap Pelayan.

Ketiganya mengangguk. Mereka merasa sangat tertarik dengan melihat semua yang ada. tapi karena telah malam, dan dua puluh menit lagi waktu makan malam. Mereka memutuskan untuk kembali kekamar dan beristirahat.

...•••...

Di dalam kamar, ketiganya tengah berbaring. Lestayra menarik selimut untuk menutup perutnya, Melyra memilih untuk menengelamkan diri dalam selimut sedangkan Tamayra memilih untuk berdiri dimeja rias mereka.

“Pakaian ini terlihat aneh, tidak ini terlihat pas ditubuh kita. Seperti kita berasal dari sini.” ucap Tamayra. Dia sudah berdiri memandang diri lebih dari Lime menit. Membuat Lestayra bangun dengan menyeret selimutnya.

“Maksudmu ... kita mengenakan pakaian ini seakan-akan memang kita berasal dari istana dan tinggal disini?” ucap Lestayra.

Melyra yang melihat interaksi keduanya, ikut berdiri dengan selimut ditinggalkan. “Tapi apa kalian tidak menyadari akan satu hal, ....”

“Apa?” Lestayra dan Tamayra langsung melihat kearah Melyra yang melangkah mendekati mereka.

“Tentang...."

Tuk,tuk,tuk

“Nona, saatnya makan malam.” ucap Prajurit dari luar.

Mendengar hal itu membuat Melyra mengurunkan niatnya, Lestayra dan Tamayra langsung menjawab “Baik! Kami akan keluar.” ucap mereka.

“Nanti kita lanjutkan. lebih baik kita tetap melakukan hal yang benar disini, agar kita bisa mencari tahu kenapa bisa berada disini.” ucap Tamayra yang langsung dianggukkan oleh kedua sahabatnya.

Mereka bertiga pun melangkah pergi menuju ketempat yang akan membuat perut mereka kenyang.

Tiba disana, sudah ada Sepuluh Selir dan Ratu yang duduk dengan anggun di meja yang panjang. Sangat panjang. Dan dibagian tengah sudah terlihat seorang Raja yang berdiri menyambut kedatangan mereka.

Membuat Ketiganya merasa tak enak melihatnya. Mereka mengangguk dan merendahkan diri untuk menghormati orang yang ada. selain itu ada beberapa orang tua yang terlihat Ikut bergabung.

“Mari duduk lah.” ucap Sang Raja dengan tangan yang menunjuk area meja. Ketiganya langsung mengangguk dan ikut duduk.

Mereka melihat memang tiga kursi yang tersedia. Seakan-akan telah disediakan oleh Raja untuk mereka.

Ketiganya duduk dengan tenang, Tamayra berada disisi Kiri, Melyra ditengah dan Lestayra di kanan. Membuat Melyra merasa aman dengan perlindungan kedua orang yang lebih tinggi darinya.

Mereka melihat makanan yang ada, terdapat soup, daging, tumisan dan beberapa penutup mulut. Membuat mereka merasa berada dijaman yang sangat bertolak belakang dengan jaman mereka.

Meski begitu, mereka sudah terbiasa mengunakan garpu, sendok dan piring yang mewah. Yang menjadikan perbedaan besar kali ini, adalah Jaman mereka. Mungkin dijaman ini hanya para bangsawan yang bisa mengunakan sendok dan garpu semahal ini. tapi di jaman mereka, sendok dan garpu bisa digunakan semua orang. termasuk orang yang sederhana.

Dengan tenang mereka menghabiskan makanan, tak ada yang berbicara hingga makanan penutup yang disajikan. Setelah selesai, barulah semua orang bisa mengeluarkan suara.

“Bagaimana makanannya Lestayra? Melyra dan, ....” Ratu berbicara sambil mengingat nama Tamayra, dia menandang Tamayra yang kini memandangnya sambil tersenyum.

“Tamayra Yang Mulia.” ucap Tamayra yang langsung dianggukkan oleh sang Ratu.

“Benar, Tamayra. Bagaimana makanannya?” bertanya lagi.

Ketiganya menjawab bersama. “Sangat enak.” ucap Mereka yang langsung membuat semua orang tersenyum.

“Kalau begitu nikmatilah, setelah ini kalian bisa beristirahat penuh.” ucap baginda Ratu dengan senyum meriah, seakan-akan menikmati pembicaraan mereka bertiga.

Lestayra, Tamayra dan melyra tersenyum mendengarnya.

“Bagaimana dengan berkeliling kalian tadi, apa menyenangkan?” tanya Selir Rosita.

Mendengar seorang Selir berbicara dan yang bertanya adalah Selir Rosita. Membuat Lestayra,Tamayra dan Melyra langsung tersenyum senang.

“Yeah! sangat menyenangkan.”

“Benar-benar menakjubkan”

“Ini sangat luar biasa”

Mendengar jawaban itu membuat Ratu terbatuk, entah kenapa wajahnya terlihat tak senang dengan interaksi antara Selir dan Mereka bertiga.

Menyadarinya, membuat Tamayra memandang kearah Ratu yang kini menunduk tak ingin terlihat sedih. Ia kembali menunjukkan senyumannya.

Selir Rosita juga tidak lagi bicara, ia bungkam seketika. bahkan Selir yang lain ikut bungkam. Membuat Ketiganya melirik satu dengan yang lain.

Karena suasana yang berubah. Raja pun mengakhiri makan malam bersama ini. “Baiklah, semuanya saatnya istirahat dikamar kalian.”

Raja pun berdiri lalu pergi meninggalkan ruangan bersama Ratu. Sepuluh selir ikut pergi dengan anggun dan Orang tua juga ikut pergi meninggalkan Tiga Wanita yang kebingungan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!