^Suara^

Melyra membuka matanya dan melihat dia tengah dituntun seorang pria. Langkah kaki yang terpaksa itu kini melangkah sendiri mengikutinya.

"Siapa dia?" benak Melyra saat ini. Dia merasa terlindungi dengan pria bertopeng. Pakaian pria itu seperti pria yang menolong Tamayra.

"Apa mereka, prajurit penting itu?" benaknya lagi.

Banyak pertanyaan dan keingintahuan yang terbesit di pikiran Melyra. Tapi pada akhirnya, hanya kebungkaman yang Melyra lakukan.

Setelah berjalan cukup lama, Melyra tiba di pintu keluar dan masuk Labirin. Dia segera menoleh untuk menatap pria bertopeng itu. Tapi, sang pria telah pergi meninggalkannya.

"Putri, Anda tidak apa-apa?" tanya pelayan.

Melyra mengangguk mendengar apa yang Pelayan katakan. Dia menatap kepergian Pria berpakaian prajurit itu.

"Kalau begitu, lebih baik kita kembali Putri, ayo." ajak Pelayan. Tanpa menjawab Melyra telah mengikuti kemauan pelayannya.

Dia juga masih penasaran dengan apa yang terjadi di sini. Di tambah, kenapa Prajurit itu menolongnya.

...°°°...

Lestayra duduk di teras kamar mereka. Dia lelah karena di tinggal sendiri dan bosan jika berkeliling istana.

"Tamayra sibuk memeriksa apa yang terjadi di sini. Lalu, Melyra pergi ke Taman. oh astaga, aku sendirian di sini dan bosan tidak tahu harus melakukan apa."

"Aoa aku harus jungkir balik di sini, melakukan akrobatik di sini?" gerutuknya seorang diri.

Karena tidakcada hal yang bisa dia lakukan, Lestayra mendekati pagar teras yang dibuat begitu kokoh. Dia memperhatikan sekitar dan mendapati bahwa Istana ini berada di atas gunung.

"Lihat, di sana ada pemukiman. Apakah itu desa?atau hal lainnya?"

Mata Lestayra melirik lagi dan mendapati sebuah pusat kota yang bagian tengahnya diberi bangunan tinggi. Seperti sebuah menara.

"Wah, aku baru melihatnya. Ada banyak orang di sana, mereka seperti semut saat melihat dari kejauhan ini."

Setelah melihat-lihat, Lestayra memutuskan untuk menatap ke bawah. Dia mendapati teras ini tidak terlalu tinggi.

"Mereka sedang kelebihan bahan? Membuat Teras kecil di lantai bawah seperti ini?"

Tidak habis pikir oleh Lestayra, teras yang dia kunjungi ini ternyata sangat dekat dengan tanah.

Tanpa berpikir panjang, Lestayra perlahan melepas sandalnya. Kaki yang mulus itu menyentuh lantai dan tangannya mengenggam pagar.

"Tidak ada yang lihat kan? Aku hanya ingin memastikan apakah kakiku mencapai ke tanah." gumamnya.

Jiwa kekanakkan Lestayra tidak lernah hilang. Apa lagi, dialah yang palin muda dari antara ketiganya.

Lestayra menaiki pagar dengar begitu hati-hati. Rumbaian yang dia kenakan tertekan di pagar. Merasakan hal itu, Lestayra meringis kesakitan karena kulitnya terjepit antara rumbaian yang ada.

"Cih, Rumbaian ini benar-benar menyakitiku." Lestayra menarik dirinya dan tanpa sengaja membuat ikatan di Rumbaian itu terlepas.

Mata Lestayra terbelak ketika melihat rumbaiannya jatuh ke arah seseorang. "Tidak, teras ini tinggi!" benaknya.

Seseorang yang ada di bawah teras itu tertegun dengan menatap ke arah tangannya. Dia melihat rumbaian bermanik cantik dan pandangannya tertuju ke atas.

Lestayra tercengir ketika merasakan tataoan mereka saling bertemu. Sebelum pria bertopeng itu menatap ke arah lain.

Sadar apa yang terjadi, Lestayra terburu-buru menaiki pagar kembali. Tapi, kain yang dia kenakan tidak sengaja terinjak olehnya. Hingga, Lestayra tergelincir sendiri dan melepaskan genggaman dari teras.

"AHHH!" jerit Lestayra.

Dia panik dan tidak bisa membayangkan bagaimana keadaannya nanti setelah jatuh. Hanya ada satu pilihan untuknya, berteriak dan memejamkan mata.

Saat Lestayra telah pasrah, dia merasa seseorang menolongnya. Dia bisa tahu karena seseorang menyentuh punggung dan kakinya. Dengan cepat Lestayra membuka mata dan melihat siapa yang kini menolongnya.

Tanpa perlu di jelaskan, Lestarya tahu bahwa dia adalah prajurt kerajaan. Prajurit khusus yang dia dengar dari Pelayan.

Ada sesuatu yang membuat Lestayra penasaran, kenapa prajurit khusus ini mengunakan topeng?

Rambut Lestayra tertiup angin saat dia perlahan diturunkan dari gendongan tersebut. Lestayra merapikan pakaiannya dan menarik rumbaian itu dari tangan prajurit bertopeng.

"T-terima kasih," ucapnya. Prajurit bertoleng itu hanya mengangguk dan kemudian melangkah pergi meninggalkan Lestayra.

Dengan ekspresi bingung, Lestayra menatap kepergian pria itu. Dia benar-benar penasaran.

...°°°...

Helaan napas berhembus di hidung Tamayra. Dia menatap tumpukkan buku di depannya.

"Aku tidak mengerti, di sini sejarah tiga gadis penerus Kerajaan Dermayra tidak tertulis sama sekali."

"Apa yang sebenarnya terjadi?" pikir Tamayra dengan mencoba mencari jawaban.

Meski seperti itu, tidak ada satu jawaban yang dia dapatkan. "Aku sungguh lelah memikirkannya. Lestayra dan Melyra pun tidak akan paham jika aku menjelaskan kepada mereka."

Perlahan Tamayra bangun dari tempat duduknya dan melangkah mondar-mandir dengan wajah serius.

"Pertama, kami tiba-tiba masuk ke dunia ini. Kedua, kami juga di beri pelayanan terbaik. Ke tiga, kami bahkan di anggap sebagai anak Ratu dan Raja. Yang membuatku bingung, kenapa tidak ada masalah yang terjadi?"

Tamayra meletakkan jari di dagunya. "Mengingat semua hal terjadi dan kisah yang aku baca saat itu. Sepertinya, kami memang benar-benar ke masa lalu. Akan tetapi, apa penyebabnya?"

Semakin Tamayra menarik kesimpulan, dia semakin tidak menemukan titik cerah dari semua hal itu.

Dengan pasrah, Tamayra bersandar di dekat jendela dan menatap keluar. Matanya melihat seseorang sedang sibuk berkuda.

"Oh, bukankah Dia adalah orang yang menolongku, Prajurit bertopeng!"

Tamayra memperhatikan bagaiman Prajurit bertopeng itu berkuda. Dia merasa penasaran dengan prajurit itu.

"Ada sesuatu yang salah, aku seperti ini mencari tahu tentang Dia. Tapi, tidak pernah ada waktu untuk berbicara kepada prajurit itu."

Tamayra berbalik badan dan memutuskan untuk kembali ke tempat duduk. Tapi, sesuatu yang aneh berhembus di samping telinganya. Dia segera menoleh dan melihat ke jendela.

"Lah, kenapa halaman itu sepi? Aku baru sjaa melihat Prajurit bertopeng sedang berlatih di sana. Kenapa sekarang menghilang?" pekiknya.

"Tamayra!"

Dengan cepat Tamayra berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya.

Di ruang perpustakaan ini, tidak ada satu orang pun kecuali dia dan Pelayan. Hanya saja, Pelayannya berdiri di luar perpustakaan.

"Siapa?" tanya Tamayra dengan perasaan tidak enak.

"Untuk apa mencari jawabannya."

Tamayra mengerutkan alis ketika mendengar suara-suara itu. Dia menatap sekitar, berputar perlahan untuk melihat siapa yang berbicara begitu padanya.

Tapi, tidak ada wujud yang dia lihat, hanya suara yang terdengar di telinga.

"Tamayra, kau dan Lestayra serta Melyra. Kalian harusnya menikmati semua ini. Menikmati, diri kalian yang merupakan keturunan asli Kerajaan Dermarya."

Tamayra menutup telinganya. Dia memejamkan mata dan berusaha untuk menenangkan diri. Entah kenapa, mendengarkan bisikkan tersebut membuat telinganya sakit.

"Tamayra dengar, nikmati semua ini dan lupakan duniamu sendiri!"

Dengan rasa sakit yang dia rasa, Tamayra memekik dengan jeritan yang kuat. "AGHHH!"

Setelahnya, Dia pun memejamkan mata dan tidak sadarkan diri. Suara yang berbisik itu segera keluar dari bayangan jendela. Dia mendekati Tamayra yang ada di lantai dan mengusap pipinya.

"Tamayra ...."

Terpopuler

Comments

olive

olive

kenapa malah minta masalah, Tamayra? Agak lain emang 😅

2023-06-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!