Di rongrong perjodohan..

Taksi sudah mencapai lobi sebuah apartemen premium di jantung kawasan XXX yang menjadi tujuan akhir Daffin bersama Kinanti.

Kinanti tak lagi kaget saat Daffin membuka dompet dan mengeluarkan sejumlah uang yang pasti bakal dilebihkan banyak.

"Mas ini kok sejuta? kelebihan banyak Mas" si sopir bingung setelah menghitungnya.

"Ambil aja, Pak"

Si sopir berkedip-kedip tak percaya.

"Ma... makasih, Mas"

Daffin menggandeng Kinanti saat memasuki lobi dan menuju sebuah lift.

"Wow" Kinanti tak repot-repot menyembunyikan kekagumannya begitu memasuki unit apartemen Daffin yang terletak di lantai delapan belas. Atmosfernya sangat berbeda dari apartemen-apartemen sederhana punya teman yang pernah dikunjungi Kinanti. Apartemen mahal ini jelas menawarkan berbagai fasilitas demi mendukung gaya hidup modern para penghuninya, tak kalah mewah dari fasilitas yang ditawarkan hotel bintang lima.

Kinanti memindai ruangan berukuran lebih dari seratus meter persegi itu dengan sorot matanya yang dipenuhi kekaguman, sentuhan kemewaan kelas atas terlihat jelas lewat desain interior dan furniture yang mengisi unitnya. Tak hanya membuat ruangan menjadi indah tapi juga sangat nyaman bahkan hanya dengan melihat ranjang king size yang empuk dan mahal itu saja sudah membuat Kinanti merasa mengantuk ingin menidurinya.

Ah, Kinanti masih belum percaya kalau ternyata apartemen seperti lah yang di bicarakan Daffin padanya sejak kemarin-kemarin.

Kinanti mendekati pintu kaca menuju balkon mendapati pemandangan swimming pool yang cantik. Pemandangan menarik lainnya juga tersuguhkan dengan sudut pandang yang pas dari lantai ini mungkin itu alasan yang membuat harga unit termahal dalam suatu apartemen biasanya ada di lantai tengah-tengah seperti ini lalu dia menoleh kepada Daffin yang sedang menyeduh minuman untuk mereka.

Kinanti menatap punggung tegak pria itu sambil bertanya-tanya sebenarnya apa sih pekerjaannya?

Sekarang Kinanti baru sadar, Daffin bukanlah karyawan rendahan seperti dirinya.

"Hem, pantas aja dompetnya sering keberatan bawa duit," Kinanti bergumam sambil tertawa pelan.

Daffin berjalan mendekat dengan dua cangkir teh yang masih mengepul di tangannya lalu meletakkannya di meja.

"Minumlah, Kinan"

Kinanti menjawabnya dengan anggukan kecil.

"Apa? kamu ngetawain apa tadi?" cecar Daffin seraya menghempaskan tubuhnya di sebelah Kinanti.

"Hanya menertawakan diriku sendiri soalnya sejak tadi ngeributin duit yang ternyata betulan receh buat kamu," aku Kinanti merasa konyol. Diam-diam Kinanti menyesal telah mengembalikan uang lima puluh juta yang pernah di transfer Daffin sebagai harga sebuah ciuman yang mereka lakukan di hari pernikahan Amber dan Ikram. Kinanti pikir kala itu Daffin nanya bersikap impulsif mentransfer sebanyak itu karena frustasi patah hati. Dan Kinanti tak tega memanfaatkan kesempitan seseorang demi sebuah kesempatan, Kinanti kira Daffin sama seperti orang-orang kantoran lain yang suka bergaya hedon di metropolitan padahal kantongnya cekak pas-pasan.

Tawa Daffin meledak keras seakan bisa membaca isi pikiran Kinanti saat ini.

"Kan udah aku bilang, Maemunah. Aku bukannya boros tapi duit aku aja yang kebanyakan, kamu sih nggak percaya, emangnya tampang aku kayak orang susah apa?"

"Enggak kok, kamu ganteng kayak Jungkook"

"Dih, cakepan aku lah, gila"

"Nasib kamu emang bagus kayak Jungkook, sama-sama cakep sama-sama kaya di usia muda tapi juga sama-sama jomblo, bedanya dia terkenal dan punya banyak fans yang militan sedangkan kamu kagak"

"Tunggu, tunggu, jomblo gimana? kan aku udah punya calon bini yaitu kamu"

"Tapi kan hubungan kita ini fake romance, Daffin. Sebenarnya, hati kita tetap menjomblo"

"Ya udah kita jadian beneran aja?"

"Cih, enak banget sih kamu kalau ngomong, Daffin"

"Kalau bisa dibikin enak kenapa mesti di pahitin sih, Kinan"

Kinanti mendecih dan mengedarkan pandang ke seisi ruangan. Tiba-tiba tatapannya tertancap pada pigura kecil di sudut nakas yang memajang foto Amber dengan Daffin semasa mereka masih pacaran ternyata Daffin masih belum sanggup menyingkirkan jejak Amber sama seperti Kinanti yang masih belum sanggup menyingkirkan Ikram dari hatinya.

Kinanti tertawa dalam hati, setidaknya Daffin beruntung masih sempat memiliki Amber yang dicintainya dan juga pernah mencintainya sedangkan Kinanti? rasa pahit pun kembali mencengkeram perasaannya setiap kali teringat sikap Ikram yang tampak mencintainya, tanpa pernah memberinya status yang jelas.

"Kamu masih cinta sama Amber kan, Daffin?" ucap Kinanti tiba-tiba, dia juga heran kenapa mesti masih bertanya padahal sudah jelas.

"Ckk, tapi dia udah jadi bininya Ikram kan, Kinan"

"Tetap aja, kamu masih suka sama dia kan?"

"Sama aja lah kayak kamu, Kinan. Meski kesal dan marah ditinggal nikah, kamu nggak bisa benar-benar membenci Ikram kan?"

Kinanti tertawa yang berarti iya.

"Jangan overthinking tentang hubungan kita, Kinan. Just have fun with me, tak mengapalah awalnya kita pura-pura saling cinta mungkin suatu hari nanti kita bisa jatuh cinta betulan"

Kinanti meraih cangkir teh tanpa berkomentar apa-apa, kepulan aroma chamomile yang tercium terasa segar dan menenangkan. Kinanti menyesap secara perlahan.

Daffin juga menyesap teh nya sambil menancapkan tatapannya lekas-lekat pada wajah Kinanti yang terlihat cantik malam ini.

"Bibir mu sangat indah, Kinan" ucap tiba-tiba.

"Jangan menggoda aku, Daffin"

Daffin mengedikkan bahunya dengan santai.

"Tidak, aku tidak menggoda mu, aku memuji mu"

Kinanti mencebik seraya memutar bola mata.

"Matamu juga sangat indah" lagi-lagi Daffin menggodanya.

"Apaan sih? norak" Kinanti memukul lengan Daffin alih-alih tersipu malu.

Daffin terkekeh senang.

'Asik juga godain, Kinan'

Malam itu keduanya mengisi waktu dengan memasak bersama.

"Kamu duduk cantik di sini aja, Kinan. Biar aku aja yang handle" kata Daffin sambil mendudukkan Kinanti di kursi bar. Lalu memakai celemek dan mulai mengolah aneka pasta sambil mengobrol dengan Kinanti hingga akhirnya masakan itu matang dan tersaji cantik di atas meja.

Kinanti sangat menikmati masakan Daffin sampai tandas, kalau dituruti dia ingin menyantap saja semuanya karena memang selezat itu. Tapi bisa-bisa perutnya meletus kekenyangan, sedangkan Daffin sudah kenyang duluan melihat Kinanti makan.

Daffin tersenyum puas, kencan sederhana yang menyenangkan, hal yang belum sempat dilakukannya dengan Amber sebab mantannya itu lebih senang berkencan di dalam Mall saja, cuma mau menyantap makanan cafe atau restoran mewah, bukan masakannya.

Kinanti membantu Daffin mencuci piring sementara Daffin sibuk merapikan kembali dapurnya, mengepel lantai, mengelap kompor dan meja makan sampai bersih mengkilap. Kemudian keduanya mengobrol di balkon sambil memandangi siluet gedung-gedung pencakar langit dengan lampu yang terlihat cantik dalam gelapnya malam ditambah tiupan angin malam yang sedang bersahabat.

"Kamu belajar masak seenak itu darimana, Daf?"

"Dari Om ku, kebetulan dia chef. Dia pernah ikut program acara masterchef di UK loh. Nggak sampai masuk tiga besar sih tapi sekarang dia punya restoran yang lumayan terkenal di Milan. Juga baru buka di Bali. Eh Minggu depan ke Bali yuk, Kinan. Ambil cuti gih"

"Kamu ngajak aku ke Bali kayak ngajak main ke Monas aja, Daffin"

"Ya, iyalah duit aku banyak"

Kinanti menabok lengan Daffin.

"Ihh, kamu bikin jiwa miskin ku meronta-ronta tau nggak"

Daffin menepuk-nepuk pundak Kinanti.

"Ntar setelah aku nikahin, aku didik jiwa kamu biar jangan kayak orang susah"

Kinanti tak sanggup membendung tawanya sepanjang mengobrol dengan Daffin sampai ponselnya berdering dan membungkamnya.

"Halo, Tan"

"Dimana kamu Kinan? cepat pulang Herlin menunggumu sejak tadi jangan kecewakan dia. Nih, dia sudah repot-repot bawa oleh-oleh banyak buat mu. Pulanglah sekarang tinggalkan dulu kerjaanmu pokoknya jangan ada lembur malam ini" omel si Tante bertubi-tubi lalu menutup telepon tanpa menunggu jawaban Kinanti.

Kinanti mendesah. Lelah di rongrong perjodohan itu terus-terusan lalu menoleh pada Daffin yang ternyata mengamatinya.

"Ada apa Kinan? muka kamu kok jadi jelek gitu"

"Daffin, aku boleh nginep di sini nggak?"

Episodes
1 Posisi kita sama.
2 Why not?
3 Merasa dikhianati.
4 Sudah pindah.
5 I miss you, Mom.
6 Di jodohkan!
7 Kita sudah berakhir.
8 Tak terlupakan.
9 Secepat itu.
10 Tak sedingin kelihatannya.
11 Itu kan dulu,
12 Bakal sering-sering aku sosor.
13 Terlalu to the point.
14 Nggak dengar apa-apa kok.
15 Ngedate!
16 Tidak menyangka.
17 Jaga dirimu baik-baik..
18 Repot emang jadi orang ganteng.
19 Apartemen premium.
20 Di rongrong perjodohan..
21 Alarm cerewet.
22 Kinanti speechless.
23 Kamu hanya pelampiasan seperti wanita lain.
24 Cuma karyawan rendahan,,
25 Keputusan Kinanti.
26 Aku tak boleh tahu soal apa?
27 Bekerja.
28 Pertama dan terakhir.
29 Sangat cantik.
30 Bahagia tapi juga nelangsa.
31 Maafkan aku.
32 Lebih baik kalian nikah.
33 Di luar ekspektasi.
34 Babi tua.
35 Janji adalah janji.
36 Tekad.
37 Ungkapan terlambat.
38 Sekali ini saja.
39 Dia kan tunangan mu.
40 Kamu boleh pergi sekarang.
41 Kenapa hatinya masih saja merasa gelisah?
42 Tidak ada jalan lain.
43 Kata-kata Amber barusan sukses menamparnya.
44 Daffin bertemu Asri.
45 Serakah.
46 Surat undangan.
47 Masa lalu.
48 Gadis kecil.
49 Baru lihat.
50 Sumpah?
51 Tercengang.
52 Hanya miliknya.
53 Gawat.
54 Benar-benar terkabul.
55 Rambatan nyeri.
56 Motif kelinci dilarang masuk.
57 Menantu keluarga Kalandra.
58 Tengsin.
59 Nggak perlu bentak-bentak!
60 Dulu dan sekarang, beda.
61 Tak tahu apa-apa.
62 Perasaan nya campur aduk.
63 Terbengong-bengong.
64 Kumpulan sosialita.
65 Iba.
66 Kenyamanan yang sangat dia butuhkan.
67 Followers.
68 Gampang tegang.
69 Tidak sabar menunggu.
70 Kenaikan gaji.
71 Sudah jadi masa lalu.
72 Uring-uringan.
73 Aset Daffin yang sangat berharga.
74 Ketiban apes.
75 Butuh informasi.
76 Cukup katakan saja.
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Posisi kita sama.
2
Why not?
3
Merasa dikhianati.
4
Sudah pindah.
5
I miss you, Mom.
6
Di jodohkan!
7
Kita sudah berakhir.
8
Tak terlupakan.
9
Secepat itu.
10
Tak sedingin kelihatannya.
11
Itu kan dulu,
12
Bakal sering-sering aku sosor.
13
Terlalu to the point.
14
Nggak dengar apa-apa kok.
15
Ngedate!
16
Tidak menyangka.
17
Jaga dirimu baik-baik..
18
Repot emang jadi orang ganteng.
19
Apartemen premium.
20
Di rongrong perjodohan..
21
Alarm cerewet.
22
Kinanti speechless.
23
Kamu hanya pelampiasan seperti wanita lain.
24
Cuma karyawan rendahan,,
25
Keputusan Kinanti.
26
Aku tak boleh tahu soal apa?
27
Bekerja.
28
Pertama dan terakhir.
29
Sangat cantik.
30
Bahagia tapi juga nelangsa.
31
Maafkan aku.
32
Lebih baik kalian nikah.
33
Di luar ekspektasi.
34
Babi tua.
35
Janji adalah janji.
36
Tekad.
37
Ungkapan terlambat.
38
Sekali ini saja.
39
Dia kan tunangan mu.
40
Kamu boleh pergi sekarang.
41
Kenapa hatinya masih saja merasa gelisah?
42
Tidak ada jalan lain.
43
Kata-kata Amber barusan sukses menamparnya.
44
Daffin bertemu Asri.
45
Serakah.
46
Surat undangan.
47
Masa lalu.
48
Gadis kecil.
49
Baru lihat.
50
Sumpah?
51
Tercengang.
52
Hanya miliknya.
53
Gawat.
54
Benar-benar terkabul.
55
Rambatan nyeri.
56
Motif kelinci dilarang masuk.
57
Menantu keluarga Kalandra.
58
Tengsin.
59
Nggak perlu bentak-bentak!
60
Dulu dan sekarang, beda.
61
Tak tahu apa-apa.
62
Perasaan nya campur aduk.
63
Terbengong-bengong.
64
Kumpulan sosialita.
65
Iba.
66
Kenyamanan yang sangat dia butuhkan.
67
Followers.
68
Gampang tegang.
69
Tidak sabar menunggu.
70
Kenaikan gaji.
71
Sudah jadi masa lalu.
72
Uring-uringan.
73
Aset Daffin yang sangat berharga.
74
Ketiban apes.
75
Butuh informasi.
76
Cukup katakan saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!