Fake Couple
"Five...!"
"Four...!"
"Three...!"
"Two...!"
Semua bersorak. Teriak serentak. Menghitung mundur dengan penuh penantian kala si pengantin wanita berdiri membelakangi stage bersiap melempar buket bunga pengantinnya. Terutama bridesmaids sudah mulai saling sikut, tak sabar untuk saling rebut.
Namun tidak dengan Kinanti meski bibir wanita itu tersenyum tetapi senyum itu tak mencapai matanya yang menyorot suasana itu dengan sendu. Meski begitu dia tetap bergabung dalam barisan besties yang berseragam kebaya merah terang.
"Gooo!"
Semua tangan pun melambai-lambai ke atas, siap menangkap disertai pekikan heboh tetapi semua kemudian terdiam. Semuanya bengong. Si pengantin wanita justru berbalik badan mengulurkan buket bunga pengantin yang ditunggu-tunggu banyak orang itu kepada seorang lelaki yang berlari-lari kecil menghampiri untuk mengambilnya. Menciptakan berbagai tanya yang menggantung dalam pikiran semua orang yang melihatnya.
Dan tiba-tiba saja lelaki itu dengan gentle membungkuk di depan Kinanti seraya berkata.
"Kinanti Queensha, will you marry me?" sambil mengulurkan buket bunga itu padanya.
Kinanti terperangah, tak mengira Daffin bakal bertindak sampai seperti ini.
Lelaki bernama Daffin itu pun menyeringai kecil dengan salah satu alis terangkat, masih membungkuk dan menyodorkan bunga. Menantinya.
Seketika ballroom hotel di riuhkan teriakan orang-orang dalam satu ketukan irama komando.
"Yes!"
"Yes!"
"Yes!"
"Yes!"
Tepukan meriah dan siulan orang-orang pun saling bersahutan ramai kala tangan Kinanti akhirnya terulur juga menerima buket bunga itu, Daffin pun berdiri mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan meraih tangan kiri Kinanti lalu memasang cincin belah rotan bermata berlian yang berkilau cantik di jari manis wanita itu.
Kinanti berkedip-kedip, tatapannya beralih dari cincin itu ke wajah Daffin yang tiba-tiba saja bergerak mendekati secepat kilat. Dan mendelik saat bibirnya terasa hangat di bawah kecupan Daffin yang sedang mencuri ciumannya.
"Fans service" bisik Daffin di tengah jeritan ramai orang-orang yang menyoraki mereka.
Kinanti menelan ludah dan memalingkan wajah. Tatapannya pun membentur si pengantin pria yang berdiri di atas pelaminan sana yang tak lain adalah Ikram, pria itu tengah menatapnya setajam elang mengoyak perasaan Kinanti dengan ketidaknyamanan secepat kilat Kinanti pun mengalihkan tatapannya kepada Daffin.
Daffin justru menertawakan wajah Kinanti yang semerah tomat.
"Jangan bilang kalau ini first kiss mu?" bisik cowok itu terdengar begitu meledek.
"Shut up!" desis Kinanti seraya berjinjit dan merangkul leher Daffin membuat pria itu mematung kala sekonyong-konyong Kinanti mencium bibirnya yang menganga kaget.
Sekilas Daffin melirik ke arah pelaminan menangkap ekspresi sang pengantin wanita yang tak lain mantan kekasihnya. Di sana Amber terbelalak tak percaya sambil mencengkram lengan Ikram yang juga terlihat jengah memalingkan wajah membuat Daffin bersorak menang dalam hatinya kemudian dia berbisik di sela-sela ciumannya.
"Good job, Kinanti"
##########
Dua jam sebelumnya.
Kinanti berbaur dalam suasana pesta yang sudah selayaknya dipenuhi dengan kegembiraan dan kebahagiaan, namun tidak dengan perasaannya kini, entah sudah yang ke berapa kali Kinanti mencuri tatap ke pelaminan dengan sorot sendu memandangi Ikram, pria itu tampak begitu menawan dan gagah dalam balutan jas mahalnya. Bersisian dengan Amber yang begitu cantik secantik gaun pengantinnya saat ini.
"Mereka cocok banget ya, serasi" celetuk Aleta yang diamini teman-temannya, lalu ke empat bridesmaid berseragam kebaya merah terang itu mulai membicarakan tekad mereka untuk saling rebut buket bunga pengantin dari Amber nanti, biar mendapatkan bisa lekas menyusul nikah.
'Siapa tahu mitos itu jadi kenyataan?' begitu harapan mereka.
Kinanti ikut tertawa palsu bersama teman-temannya yang lain meski perasaannya berantakan. Ikram adalah cinta satu-satunya yang sampai kini bertahta di hatinya namun bukan salah pria itu yang pilih melabuhkan hatinya kepada Amber sebab tiada komitmen apa-apa antara Ikram dengan Kinanti, bahkan mungkin Ikram tidak peduli bagaimana jantung Kinanti berdebar dalam setiap momen kebersamaan mereka.
Kinanti masih ingat rasanya saat Amber melempar bom itu padanya di sebuah acara reuni dua minggu yang lalu.
"Kinanti ini undangan buat kamu, aku sama Ikram mau menikah, kamu wajib datang, kamu mau kan jadi bridesmaid aku?" ucap Amber dengan ceria berbanding terbalik dengan Kinanti yang seketika memucat.
Tak ada angin, tak ada hujan, lalu dari manakah badai ini datang?
"M... Memangnya..." Kinanti menelan ludah pahit.
"Sejak kapan kamu sama Ikram jadian?"
Amber tersenyum simpul.
"Jadi, kami tunangan setahun lalu di XXX, kami mulai dekat sejak kuliah bareng di kampus yang sama di sana"
Pengakuan Amber terasa mencekik Kinanti hingga sulit berkata-kata, komunikasinya dengan Amber memang tersendat sejak Amber melanjutkan studi pasca sarjananya di Amerika dan kesibukan membuat keduanya menjadi sulit bertemu sekembalinya Amber ke Jakarta beberapa bulan lalu.
Kinanti terlalu terkejut sampai lupa memberi selamat, tatapannya menelusuri undangan cantik dan wangi di tangannya, jantungnya dipecut nyeri mendapati foto prewed Amber dan Ikram yang begitu mesra, Kinanti mengabaikan sosok Amber dalam foto itu perhatiannya tertuju lurus-lurus pada wajah Ikram yang sedang tersenyum dengan teramat manis. Rahang tegas dan belahan dagunya yang khas menyihir Kinanti dengan kekaguman seperti biasa, Kinanti pun membaca baris demi baris kalimat dalam undangan itu dan tatapannya terhenti, tertancap pada nama Ikram Adinata yang terukir indah dalam tinta emas seindah ukiran perasaan Kinanti terhadap pria itu selama ini, tiba-tiba netra Kinanti terasa memanas sebelum air mata benar-benar menetes dan mempermalukan dirinya di depan Amber dan teman-teman, Kinanti lekas menyingkir menuju restroom. Lalu membasuh wajahnya dengan air kran, Kinanti mati-matian menahan tapi air mata kurang ajar itu meluncur juga bersama setiap nyeri yang menggigit hati dan hari itu rasa nyeri itu kian terasa menjadi.
"Aku tahu Kinanti kamu pernah ada sesuatu kan sama Ikram? jadi, kita senasib sekarang, betulkan?" tebak Daffin yang tiba-tiba berdiri di sampingnya membuat Kinanti terbatuk-batuk kaget.
"Maaf, apa yang kamu bicarakan?" Kinanti mencoba mengelak dari ucapan Daffin, si cowok berisik yang kerap membuntuti dan menyogoknya dengan aneka coklat semasa SMA demi sekulik informasi tentang Amber. Ya Daffin adalah penggemar berat Amber sejak dulu. Harusnya Kinanti tiba mengingat betapa bucinnya Daffin kepada Amber tetapi pria itu tetap membesarkan hatinya untuk hadir disini, tetapi Kinanti jadi kesal karena Daffin mengungkit-ngungkit tentang dirinya dan Ikram.
"Mata itu jendela hati, Kinanti. Kamu menunjukkannya terlalu jelas, jadi aku tahu, semua orang tahu pernikahan ini menghancurkan mu"
Kata-kata Daffin bagai panah yang menancap telak ke jantung Kinanti, seketika kakinya gemetar. Sejelas itukah?
Seakan bisa mendengar isi pikiran Kinanti, Daffin bergerak mendekatinya dan berkata.
"Aku tahu perasaan kamu, Kinanti. Posisi kita sama, kita sama-sama di campakkan. Ikram tahu banget kamu masih suka sama dia, Amber juga tahu aku masih suka sama dia, di mata mereka kita ini pecundang. Jadi gimana kalau kita bersekutu, ayolah kita tunjukin ke mereka kalau kita udah move on dan bahagia bersama. Bukankah tampak bahagia itu pembalasan dendam terbaik?"
"Ckckck teori dari Hongkong" ketus Kinanti sambil beranjak pergi.
Daffin mencekal lengan Kinanti.
"Aku akan membayar kamu" ucapnya membuat wanita itu terpaku di tempat. Lalu pria itu menundukkan kepala dan membisikan sesuatu ke telinga Kinanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Dewi Maia
nunggu end dulu.soalnya rasa penasaranku paling g bisa nunggu up date. yg penting udh kesimpen di rak. 🤭. semangat nulisnya thor.
2023-06-30
1
Tetik Saputri
semangat kak
2023-06-16
0