Jaga dirimu baik-baik..

"Hei, apa maksud mu, Kinan?" Daffin mencondongkan tubuhnya lebih dekat kepada Kinanti. Ingin tahu lebih banyak lagi pikiran gila seorang Kinanti Queensha.

"Lupakan saja" Kinanti menggeleng sambil menyambar buku menu. Lalu benar-benar memesan yang mahal dan juga banyak.

Daffin memperhatikan sikap absurd Kinanti sambil geleng-geleng kepala. Mengamati gadis itu makan dalam diam, senyum kecil menghiasi wajah tampan itu hanya karena melihat Kinanti makan seperti orang kesurupan jin dan Ethiopia.

Tiba-tiba saja Daffin tersenyum usil.

"Kinanti" tegurnya setelah mereka selesai makan.

"Sorry," katanya sambil menatap lekat-lekat Kinanti yang sudah kenyang.

"Aku baru nyadar kalau dompet aku hilang, bayarin pakai duit kamu dulu ya?"

"Hah? GILA KAMU!" Kinanti menggebrak meja.

"Daffin Kalandra, kamu serius?" bentaknya sambil berdiri dengan tatapan berapi-api.

Daffin nyaris terpental saking kagetnya, seorang Kinanti ternyata mengerikan kalau sedang marah.

"Ebuset, calm down. Santai bos" bisik Daffin sambil menutupi wajahnya dengan buku menu karena seisi restoran sedang memandang ke arah mejanya.

Daffin terkikik sekeluarnya mereka dari restoran, sedangkan Kinanti yang masih menekuk wajahnya berderap pergi mendahului nya dengan langkah mengentak kesal. Tapi Daffin lekas menyambar lengan Kinanti dan menariknya dengan kuat. Membuat jantung Kinanti nyaris mencelat begitu tubuhnya terkurung dalam pelukan pria itu.

"Sorry, Kinan. Jangan marah dong aku tadi kan cuma bercanda pengen ngeprank kamu doang"

"Itu semua tidak lucu, oke!"

Daffin mengecup kening gadis itu.

"Cuma di jidat bukan di bibir, bolehkan?" godanya sambil mengetatkan pelukan. Lalu terkekeh saat Kinanti mencubit pinggang nya sambil menarik diri.

"Aku hampir jantungan tahu nggak? kamu pikir duit darimana aku buat bayar makanan segitu banyak, heh?" Kinanti mengomel dengan suara gemetar.

"Yaelah, Kinanti. Tadi kan prank doang. Udahan dong kagetnya, santai oke? Kinan, nggak mungkinlah aku biarin kamu nanggung biaya dating kita. Gila apa, harga diri aku taruhannya"

Melihat kecemasan yang masih menyinggahi wajah Kinanti, membuat Daffin digelayuti rasa tak enak berkepanjangan.

"Sorry, Kinan Sorry. Aku janji nggak akan kayak gitu lagi, suwerrr" katanya sambil meremas tangan Kinanti dalam genggaman nya.

'Duh, kenapa Kinanti tiba-tiba meresahkan? ini gila banget' dalam hati Daffin diam-diam gelisah.

Untunglah Kinanti masih bisa dibujuk. Kencan pun tetap berlanjut. Sebelum masuk bioskop Daffin menyogok Kinanti dengan popcorn ukuran paling besar. Kecil-kecil begitu Kinanti kuat juga ngemilnya.

'Untung nggak gampang gendut kamu, Kinan' pikir Daffin sambil cengengesan.

Sepanjang film diputar, Daffin tak betul-betul menikmati nya, padahal adegannya seru genre thriller sampai-sampai Kinanti tak memalingkan sedikit pun tatapannya dari layar bioskop. Kadang gadis itu menjerit, meringis atau menutup wajahnya dengan telapak tangan. Daffin justru tersenyum tanpa mengalihkan sedikit pun perhatiannya dari wanita itu. Di mata Daffin malam ini, beragam ekspresi Kinanti lebih menarik untuk diperhatikan. Daffin memang sudah mengenal Kinanti sejak SMA, tapi tidak pernah melihatnya seekpresif ini. Kinanti yang dikenal sebelumnya itu biasanya datar seperti tembok.

Tiba-tiba Kinanti menoleh kepadanya Daffin memberi senyum terbaiknya tapi Kinanti melengos lalu berdiri sambil menyambar tas.

"Aku ke toilet dulu," pamitnya seraya bergegas pergi.

Daffin bersedekap memandangi Kinanti yang sedang menuruni tangga lantai bioskop. Siluetnya saja terlihat indah membuat Daffin tersenyum kecil sambil menyandarkan kepalanya ke kursi bioskop.

Rasanya baru juga sekejap saat Daffin merasakan seseorang menepuk-nepuk bahunya dengan pelan.

"Maaf Mas film nya sudah selesai. Permisi, kami mau bersih-bersih dulu"

Daffin tergagap dan menyadari kalau dia terlelap sepanjang sisa film tadi berlangsung. Tapi, mana Kinanti?

Si tampan itu pun tertawa seperti gila. Seumur-umur, baru dan tumben dia di tinggal pasangan kencannya saat tertidur di bioskop.

'Aaagghhhh, Maemunah' pekiknya dongkol di dalam hati.

###############

Kinanti mencuci tangan seusai keluar dari bilik toilet, cewek tinggi berkulit putih berusia dua puluh tahunan berdiri di sebelahnya sambil membuka-buka sebuah sling bag, alu mendesah pelan sambil memandangi wajahnya yang pucat.

"Kak, permisi, boleh pinjam lipstiknya?"

Kinanti tertegun, lalu menoleh ternyata cewek itu sedang menanyainya, Kinanti mengulurkan saja apa yang dimintai si cewek.

"Makasih, Kak. Sorry sepertinya lipstik aku terjatuh entah di mana pinjam dulu ya?" kata cewek itu lalu menggerutu kala ponselnya berdering saat dia sedang sibuk memoles lipstik.

"Halo, iya-iya bentar. Jangan rese kamu, ah nelpon mulu, aku mau temani Om Herlin dulu malam ini. Kenapa kamu iri? biarin aja duda yang penting duitnya banyak"

Kinanti mengerutkan kening mendengar nama Herlin disebut, nama yang belakangan ini juga sering disebut-sebut Tantenya membuat mood nya ambyar seketika.

"Ini, Kak. Makasih ya. Bagus warnanya aku banget" ujar si cewek seraya mengulurkan lipstik punya Kinanti.

"Kalau gitu buat mu aja"

Ucapan Kinanti membuat si cewek berkedip-kedip memandanginya.

"Beneran, Kak?"

Kinanti mengangguk seraya meninggalkan restroom tanpa sepatah kata pun.

Kinanti baru saja akan melangkahkan kakinya kembali ke dalam bioskop, tetapi dia buru-buru bersembunyi demi melihat Tante Asri dan teman-teman arisannya juga sedang berada di sana.

'Kebetulan macam apa ini? kenapa pula geng emak-emak itu main sampai sini?'

Gawat. Jangan sampai Tante Asri memergokinya bersama Daffin, apalagi Tante Asri sedang gencar-gencarnya menjodohkan dirinya dengan Om Herlin, bisa-bisa Tante Asri bakal mengomelinya dengan brutal, Kinanti terpaksa kabur dari sana.

Kinanti berpapasan lagi dengan cewek di restroom tadi.

"Halo, Kak!" cewek itu menyapa sambil bergelayut manja di lengan pria yang lebih pantas menjadi Ayahnya yang tak lain Om Herlin, orang yang sedang dijodohkan Tante Asri kepadanya dan secara kasat mata jelas terlihat bahasa tubuh keduanya bukan seperti seorang anak dan Ayah atau keponakan dengan Om nya.

"Kinanti? sendirian?" Herlin ikut menyapa.

"Mau ke mana? pulang? perlu diantar? biar ku telepon sopir untuk mengantar mu" tegur Herlin.

"Loh, Om kenal juga sama Kakak ini?" tanya cewek di sebelah Herlin dengan raut terkejut.

"Dia calon istriku" Herlin menyahut santai, mengabaikan tatapan bingung cewek di sampingnya.

Kinanti menggeleng cepat dan menjawab.

"Bukan kok, Om Herlin cuma bercanda" lalu bergegas pergi menuju lobi dan naik taksi.

OMG. Kinanti bisa menebak neraka seperti apa yang bakal dimasukinya jika sampai menikahi lelaki seperti Herlin.

Meski sudah menjauhi Jakarta tapi pikiran Kinanti tetap tertancap di bioskop memikirkan Daffin yang mungkin masih menunggunya.

'Panjang umur kamu, Daf. Pas banget lagi aku pikirin' pikir Kinanti sambil menerima telepon masuk dari Daffin.

"Ha... halo, Daffin"

"Maemunah, di mana kamu? sini aku jitak" omel Daffin terdengar sangat kesal.

"Sorry, Daf. Emergency"

"Apanya yang emergency? kamu kata IGD?"

"A... aku tiba-tiba ditelepon orang rumah disuruh pulang" Jawab Kinanti asal-asalan.

"Terus kamu beneran pulang cuma karena disuruh? Eh, Maemunah, emangnya situ Cinderella? kamu di tengah kencan seenaknya baru juga jam delapan lewat belum jam dua belas malam, belum saatnya lonceng kamu bunyi"

"Sorry, Daf. Sorry, sorry banget"

"Oke, aku kasih sorry kali ini. Awas kamu ninggalin aku kayak gini lagi, aku sentil ginjal mu. Terus posisi kamu sekarang di mana?"

"Aku di kereta baru ngelewatin stasiun karet"

"Oke, kabari kalau udah sampai rumah. Telepon aku kalau ada apa-apa. Jaga dirimu baik-baik"

Kinanti tersenyum, dia bisa merasakan perhatian di balik segala omelan Daffin kepadanya.

Episodes
1 Posisi kita sama.
2 Why not?
3 Merasa dikhianati.
4 Sudah pindah.
5 I miss you, Mom.
6 Di jodohkan!
7 Kita sudah berakhir.
8 Tak terlupakan.
9 Secepat itu.
10 Tak sedingin kelihatannya.
11 Itu kan dulu,
12 Bakal sering-sering aku sosor.
13 Terlalu to the point.
14 Nggak dengar apa-apa kok.
15 Ngedate!
16 Tidak menyangka.
17 Jaga dirimu baik-baik..
18 Repot emang jadi orang ganteng.
19 Apartemen premium.
20 Di rongrong perjodohan..
21 Alarm cerewet.
22 Kinanti speechless.
23 Kamu hanya pelampiasan seperti wanita lain.
24 Cuma karyawan rendahan,,
25 Keputusan Kinanti.
26 Aku tak boleh tahu soal apa?
27 Bekerja.
28 Pertama dan terakhir.
29 Sangat cantik.
30 Bahagia tapi juga nelangsa.
31 Maafkan aku.
32 Lebih baik kalian nikah.
33 Di luar ekspektasi.
34 Babi tua.
35 Janji adalah janji.
36 Tekad.
37 Ungkapan terlambat.
38 Sekali ini saja.
39 Dia kan tunangan mu.
40 Kamu boleh pergi sekarang.
41 Kenapa hatinya masih saja merasa gelisah?
42 Tidak ada jalan lain.
43 Kata-kata Amber barusan sukses menamparnya.
44 Daffin bertemu Asri.
45 Serakah.
46 Surat undangan.
47 Masa lalu.
48 Gadis kecil.
49 Baru lihat.
50 Sumpah?
51 Tercengang.
52 Hanya miliknya.
53 Gawat.
54 Benar-benar terkabul.
55 Rambatan nyeri.
56 Motif kelinci dilarang masuk.
57 Menantu keluarga Kalandra.
58 Tengsin.
59 Nggak perlu bentak-bentak!
60 Dulu dan sekarang, beda.
61 Tak tahu apa-apa.
62 Perasaan nya campur aduk.
63 Terbengong-bengong.
64 Kumpulan sosialita.
65 Iba.
66 Kenyamanan yang sangat dia butuhkan.
67 Followers.
68 Gampang tegang.
69 Tidak sabar menunggu.
70 Kenaikan gaji.
71 Sudah jadi masa lalu.
72 Uring-uringan.
73 Aset Daffin yang sangat berharga.
74 Ketiban apes.
75 Butuh informasi.
76 Cukup katakan saja.
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Posisi kita sama.
2
Why not?
3
Merasa dikhianati.
4
Sudah pindah.
5
I miss you, Mom.
6
Di jodohkan!
7
Kita sudah berakhir.
8
Tak terlupakan.
9
Secepat itu.
10
Tak sedingin kelihatannya.
11
Itu kan dulu,
12
Bakal sering-sering aku sosor.
13
Terlalu to the point.
14
Nggak dengar apa-apa kok.
15
Ngedate!
16
Tidak menyangka.
17
Jaga dirimu baik-baik..
18
Repot emang jadi orang ganteng.
19
Apartemen premium.
20
Di rongrong perjodohan..
21
Alarm cerewet.
22
Kinanti speechless.
23
Kamu hanya pelampiasan seperti wanita lain.
24
Cuma karyawan rendahan,,
25
Keputusan Kinanti.
26
Aku tak boleh tahu soal apa?
27
Bekerja.
28
Pertama dan terakhir.
29
Sangat cantik.
30
Bahagia tapi juga nelangsa.
31
Maafkan aku.
32
Lebih baik kalian nikah.
33
Di luar ekspektasi.
34
Babi tua.
35
Janji adalah janji.
36
Tekad.
37
Ungkapan terlambat.
38
Sekali ini saja.
39
Dia kan tunangan mu.
40
Kamu boleh pergi sekarang.
41
Kenapa hatinya masih saja merasa gelisah?
42
Tidak ada jalan lain.
43
Kata-kata Amber barusan sukses menamparnya.
44
Daffin bertemu Asri.
45
Serakah.
46
Surat undangan.
47
Masa lalu.
48
Gadis kecil.
49
Baru lihat.
50
Sumpah?
51
Tercengang.
52
Hanya miliknya.
53
Gawat.
54
Benar-benar terkabul.
55
Rambatan nyeri.
56
Motif kelinci dilarang masuk.
57
Menantu keluarga Kalandra.
58
Tengsin.
59
Nggak perlu bentak-bentak!
60
Dulu dan sekarang, beda.
61
Tak tahu apa-apa.
62
Perasaan nya campur aduk.
63
Terbengong-bengong.
64
Kumpulan sosialita.
65
Iba.
66
Kenyamanan yang sangat dia butuhkan.
67
Followers.
68
Gampang tegang.
69
Tidak sabar menunggu.
70
Kenaikan gaji.
71
Sudah jadi masa lalu.
72
Uring-uringan.
73
Aset Daffin yang sangat berharga.
74
Ketiban apes.
75
Butuh informasi.
76
Cukup katakan saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!