"Ah, aku bisa gila sendiri kelamaan ngomong sama kamu"
"Jangan gila sendirian dong, Kinan. Aku temani gilanya biar kita tergila-gila satu sama lain" sahut Daffin sambil mengerlingkan sebelah mata lalu terkekeh saat Kinanti meninju lengannya.
"Btw, kamu mau nonton film apa, Kinan?" tanya Daffin sambil membuka ponselnya.
"Apa aja yang penting seru jangan yang cengeng-cengengan"
"Horor mau?"
"Siapa takut"
"Yakin? nggak bakal sembunyi di ketek aku ntar?"
"Dih, malah ngomongin ketek bayangin aja udah eneg aku, jijik ah"
"Eh, ketek aku wangi tahu" sahut Daffin sambil mengendus ketiaknya sendiri membuat Kinanti meringis geli.
"Wangi nih, parfum mahal gila. Original"
"Kenapa kamu jadi pamer sih? dasar norak!"
"Apanya yang pamer sih? ini untuk informasi buat kamu aja kok" Daffin menyahut sambil mengetik sesuatu di ponsel mahalnya.
Kinanti geleng-geleng kepala, bukan Daffin kalau nggak pamer atau malah narsis.
"Btw, kita makan dulu ya, Kinan. Aku udah reservasi tempat kok, aku juga udah dapat tiket nonton buat kita" lalu Daffin menyebut nama sebuah restoran mahal di sebuah Mall yang sedang mereka tuju.
"Kamu boros amat sih, Daffin" tegurnya karena sering melihat Daffin menghamburkan uang meski tujuannya baik untuk menyenangkan orang lain, sekarang dia tahu kenapa Amber lebih memilih Ikram. Kinanti pikir Amber pasti gerah melihat cara Daffin memakai uangnya. Kalau kebiasaannya ini berlangsung terus sampai menikah tentu akan merepotkan. Sebanyak apapun cari duit tapi kalau kantongnya bocor bakal habis tak bersisa hasil kerja keras kita.
Daffin malah mencebik dengan wajah anti penghinaan.
"Dih, bukannya boros, Kinan. Duit aku aja yang kebanyakan" selorohnya sambil terkekeh.
Kinanti memutar bola mata.
"Ck. Bodo ah"
Taksi sudah mencapai XXX yang menjadi tujuan akhir Daffin bersama Kinanti, argo menunjukkan angka hampir senilai enam ratus ribu rupiah membuat Kinanti menelan ludah, itu setara dengan uang jajan Kinanti buat beberapa hari.
Daffin membuka dompet.
"Ini yah, Pak" katanya sambil mengeluarkan sejumlah uang kertas berwarna merah kepada si sopir.
"Eh, maaf Pak? ini sejuta. Kelebihan banyak" ujar Si sopir usai menghitungnya.
"Ambil aja, Pak" jawab Daffin seenaknya sambil mengantongi kembali dompetnya seakan uang kelebihan yang sedang dibicarakan itu cuma empat ribu rupiah saja.
Tentu saja Si sopir lekas berterima kasih penuh kebahagiaan dalam wajahnya. Bahkan dia lekas turun dari mobil dan membukakan pintu buat Daffin. Lelaki itu pun keluar dengan cepat dan berlari-lari kecil memutari belakang mobil untuk membukakan pintu buat Kinanti.
Daffin mengulurkan tangan dengan senyumnya yang menawan, Kinanti menyambut tangan Daffin dan lelaki itu pun lekas menggenggamnya.
"Awas kepalanya, Kinan" kata lelaki itu sambil memayungi kepala Kinanti yang sedang menuruni taksi, menjaganya dari benturan atap pintu mobil.
"Yuk," ajaknya sambil merangkul Kinanti. Lalu balas mengangguk kepada Si sopir taksi yang tengah mengangguk-angguk pamit kepadanya.
Menyadari tangan Kinanti terlipat memeluk dirinya sendiri, Daffin pun membelokkan langkah mereka ke sebuah gerai fashion sebuah brand international.
"Cakep nggak tuh, Kinan?" Daffin menunjuk sebuah cardigan wanita yang tergantung manis.
Kinanti mengangguk.
'Mana ada yang jelek sih di sini' batinnya dalam hati.
"Mbak, mau yang ini" kata Daffin kepada SPG di dekatnya.
Daffin melangkah ke kasir sambil tetap menggandeng Kinanti, selesai membayarnya dia berkata.
"Tolong ini label harganya di gunting dong, nggak usah dibungkus"
Kinanti bersedekah di sebelah Daffin, tersenyum kecil melihat betapa bawelnya cowok satu ini, tapi kemudian senyumnya lenyap dan berganti keterkejutan saat Daffin menyampirkan cardigan mahal yang baru dibelinya itu ke pundak Kinanti.
"Nah, pakai ini biar nggak kedinginan" katanya sambil mengajak Kinanti menyingkir dari kasir.
"Apaan sih, Daffin"
"Udah, jangan berisik pakai aja" Daffin menghentikan langkah dan menghadap Kinanti.
"Mau aku aja yang pakein?"
Kinanti menggeleng sambil memakainya sendiri, seketika rasa dingin yang sejak tadi menggigiti kulitnya berganti dengan kehangatan.
"Kelihatan bagus, gak rugi aku beli mahal-mahal. Pantas banget kamu pakai, Kinan. Aku jadi bangga gandengan sama kamu, nggak malu-maluin kamu jadi cewek aku, Kinan"
"Kurang ajar kamu" Kinanti mengomel dan membuat cowok itu cekikikan.
"Terima kasih" ucap Kinanti kemudian.
Daffin cuma mengangguk kecil sambil kembali menggandeng Kinanti.
Diam-diam Kinanti tersenyum menyadari dia sedang digandeng cowok ganteng. Ketampanan Daffin seperti magnet yang menarik mata setiap kamu hawa yang berpapasan dengan mereka membuat Kinanti seperti debu yang tak kasat mata di sebelahnya. Semua perhatian hanya berpusat pada Daffin, tapi yang tak Kinanti sadari justru semua perhatian si tampan itu hanya berpusat pada dirinya.
'Kenapa kamu mencampakkan cowok sebaik dan seganteng ini sih, Amber?' pikir Kinanti tak habis pikir. Lalu tersenyum kecut ingatannya tiba-tiba mendarat lagi pada sesosok Ikram yang sudah menjadi suami Amber. Pasti Amber melihat pesona Ikram seperti yang selama ini Kinanti juga lihat, seketika Kinanti mendesah saat dadanya terasa berat.
'Sejak kapan kamu jatuh cinta pada pria yang diam-diam kucintai itu, Amber?' batinnya mendadak nelangsa, merasa terkhianati.
Kinanti menelan ludah pahit saat terngiang kembali ucapan yang sering Amber lontarkan padanya dulu.
"Ikram kan ganteng, Kinan? timbang di musuhin kenapa nggak kamu jadiin cowok aja sih? sini aku comblangin?"
Sekarang, Kinanti menyesal karena telah berkali-kali memberikan jawaban kepada Amber.
"Ambil aja sono buat kamu, bisa beku aku punya cowok dingin kayak gitu" dan Amber kini benar-benar mengambil Ikram darinya.
"Woy, Maemunah? Kamu ngelamun?"
Kinanti tergagap dan menoleh gugup pada Daffin yang menendang kakinya di bawah meja.
"Gih, buruan pesan yang mahal dan juga yang banyak" Daffin menyodorkan buku menu pada Kinanti.
"Kamu ajalah yang pesan, Daffin. Kamu kan yang lebih tahu mana yang enak, kalau aku sih semua makanan enak"
Daffin geleng-geleng.
"Ck, kamu payah banget, Maemunah" lalu pria itu melirik Kinanti karena merasa ada yang ganjil, biasanya cewek itu bakal mengomel kalau dipanggil 'Maemunah' tapi sejak tadi cuma diam.
"Kinan, apa yang sedang kamu pikirkan?" tegurnya seraya meletakkan buku menu dan bersedekap.
"Aku akan dengarkan kamu, Kinan. Ngomong aja kalau kamu ada masalah, entar aku bantuin"
Kinanti tertawa lirih, tawa yang entah kenapa sanggup mencubit perasaan Daffin yang melihatnya, bukan jenis tawa gembira. Sorot mata Kinanti terlihat nelangsa.
"Apa sih Daf, yang kamu sukai dari Amber sampai kamu tergila-gila sama dia? perlukah aku bantuin kamu buat ambil balik Amber dari Ikram?"
Daffin berkedip-kedip, tidak mengira kalau kata itu yang akan keluar dari bibir seorang Kinanti Queensha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments