Ngedate!

Telepon Ikram sepagi itu benar-benar menggelisahkan perasaan Kinanti.

"Berani-beraninya dia melakukan itu di belakang Amber" gumamnya ketar-ketir sambil berjalan gontai menuju halaman gedung kantor lalu terkejut melihat sebuah mobil yang tak asing terparkir di halaman gedung kantornya kebetulan Kinanti mengenali plat nomornya.

"Daffin, kok mobil kamu ada di depan kantor aku?" tanya Kinanti melalui telepon.

"Hah?" Daffin malah kedengaran bingung.

"Mobil yang mana nih?"

"Gaya amat pakai tanya yang mana"

"Iyalah, mobil aku banyak makanya aku tanya yang mana"

"Ckck yang kamu bawa kondangan waktu itu"

"Oh yang itu aku kasihin orang Kinan, bosan aku sama mobil itu"

Kinanti memutar bola mata seakan yang dibicarakannya itu mobil-mobilannya saja. Dasar Daffin!

"Oh, kirain kamu juga lagi di sini"

"Eh, Maemunah. Ngapain jam segini dah sampai kantor kayak cleaning service aja kamu datang pagi-pagi"

Kinanti tersadar kenapa juga dia menelepon Daffin jam enam pagi begini.

"Nah kamu sendiri, lagi ngapain jam segini?" Kinanti balik bertanya.

"Nyantai di kasur lah"

"Nggak siap-siap ngantor kamu, Daffin?"

"Nyantai, aku kan yang punya kantor"

"Cih" Kinanti berdecih.

"Eh, btw beneran kamu udah sampai kantor, Kinan? kamu masuk jam delapan kan?"

"Hehe iya sih"

"Ya udah, aku ke situ sekarang kita sarapan bareng kebetulan aku lagi nginep di hotel yang gak jauh dari kantormu"

"Hah di hotel?"

"Aku habis meeting sampai malam mau pulang udah keburu ngantuk, capek. Jadi bablas, nginep aja sekalian"

Kinanti tertawa sambil geleng-geleng.

"Ckck, Sultan"

"Oke Kinan, tunggu ya aku nggak lama kok" kata Daffin sebelum menutup telepon.

Kinanti tersenyum saat berpapasan dengan cleaning service yang sedang menyapu dan mengepel lantai lalu menaiki lift menuju ruang kantornya dan menyalakan lampu, meletakkan tas kemudian pergi ke restroom untuk merapikan pakaiannya dan memoles make up.

"Eh, selamat pagi Bu" Kinanti terkejut sepagi ini berpapasan denganmu Bu Nadia yang baru keluar dari bilik toilet, Kinanti pikir dirinya orang pertama yang sampai kantor ternyata justru sang CEO yang datang lebih dulu.

Kinanti tetap tersenyum meski salamnya tak di gubris. Orang nomor satu di kantornya itu memang terkenal moody, mungkin saat ini moodnya sedang buruk.

Baru saja kembali ke ruangan dan mendudukkan pantas di kursi kerja, tiba-tiba ponsel Kinanti berdering dalam kesunyian.

"Halo, Daffin"

"Kamu di mana Kinan? aku udah sampai nih"

"Eh, kamu udah sampai cepat banget. Oke aku turun"

Kinanti tak mempercayai apa yang dilihatnya begitu menjumpai lelaki itu Daffin terlihat begitu berbeda dengan baju santainya, juga gagah dan tampan seperti Jungkook member BTS boyband KPop yang mendunia itu.

Daffin melambaikan tangan kepada Kinanti seraya berlari-lari kecil menujunya.

"Halo Kinan" sapahnya dengan nafas terengah.

'Apa dia betul-betul sprint dari hotelnya menuju ke sini' Kinanti menatapnya takjub.

"Iya... iya aku memang ganteng tapi jangan bengong kayak gini dong, entar lalat bisa masuk ke mulutmu" ledek Daffin membuat Kinanti tergagap dan menutup mulutnya.

Kinanti memalingkan wajah malu tertangkap basah mengagumi pria itu dan tersentak dalam hati kala Daffin menggandeng tangannya begitu saja, layaknya pasangan sungguhan.

Daffin menggandeng Kinanti menuju taksi yang tadi ditumpanginya dan sedang menunggu mereka di lobi gedung.

"Sarapan apa kita, Kinan. Aku tahu tempat yang enak di sekitar sini"

"Terserah kamu, deh"

Mau kemana pun Daffin membawanya, Kinanti yakin Daffin bakal menuju tempat terbaik untuk mereka, mengingat seleranya yang selangit.

"Balik ke hotel yah, Pak" kata Daffin pada sopir taksi.

Kinanti terkejut, Daffin membawanya ke sebuah hotel prestisius di bundaran HI.

"Eh, semalam kamu nginep di sini, Daffin?"

"Yup!"

"Kamu bikin aku speechless aja, Daffin. Duit kamu banyak banget apa?"

"Banget"

"Duit kamu ada 10 M, Daffin? kalau kita nikah terus cerai entar aku bisa dapat setengahnya"

"Gila, parah otak mu, Kinan. Nikah juga belum udah mikir harta gono gini aja. On your dream. Entar aku bikin pisang harta sebelum kita nikah, biar duit aku aman dari incaran cewek matre macam kamu" oceh Daffin membuat Kinanti terkikik.

"Terus apa untungnya dong aku nikahin kamu?" Kinanti malah menggoda nya.

"Untungnya, aku kasih jatah duit bulanan yang lebih banyak dari gaji kamu sekarang, kamu bisa tabung itu selama masa pernikahan kita jadi semakin lama kamu nikah sama aku makin banyak duit kamu ntar"

"Nggak ada bonus lain atau apa gitu, Daffin? di kantor aja lembur ada gajinya masa jadi istri kamu selama satu kali dua puluh empat jam cuma dapat duit bulanan doang?" cebik Kinanti.

Daffin terbahak dan geleng-geleng.

"Ebuset, pagi-pagi udah bahas duit aja kamu, Kinan. Dah buruan makan gih, ntar keburu waktu kamu habis" kata Daffin sambil mengedikkan dagu ke arah meja buffet, agar Kinanti lekas sarapan.

Kinanti memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin meski banyak menu yang enak dan lezat tapi dia mengambil secukupnya saja sesuai porsi perutnya agar tak meninggalkan sisa.

Kinanti menyantap sarapan sambil mengobrol dengan Daffin, mereka memang tak punya bahan pembicaraan yang penting-penting amat untuk dibahas. Obrolan mengalir begitu saja seperti air. Namun, Daffin yang humoris kerap mengocok perutnya dengan tawa.

"Kinan, kapan aku boleh ke rumah mu? aku pengen kenalan sama keluarga kamu" ujar Daffin tiba-tiba.

"Eh, Daffin entar malam nonton yuk?" Kinanti justru mengalikan topik, dia belum siap dikunjungi Daffin di rumah tantenya secepat ini.

"Boleh juga," Daffin mengangguk-ngangguk.

"Tapi bayarin ya, Daffin?"

"Maemunah, dengerin stop menghina aku kayak gitu. Ya iyalah pasti aku bayarin gila kamu pikir aku cowok apaan, masa ngedate sama cewek sendiri split bill?" omel Daffin terdengar jengkel betulan.

Dan lelaki itu benar-benar sudah menunggunya di lobi gedung tempat Kinanti bekerja saat Kinanti menjejakkan kakinya di sana jam lima sore. Kinanti geleng-geleng sambil tertawa kecil.

"Wow, on time sekali?" cengir nya sambil mengulurkan tangan menyambut Daffin yang ingin menggandengnya.

"Ini kan pertama kalinya kita dating, nggak sopan kalau aku telat jemput" sahut Daffin sambil tersenyum manis.

Lagi-lagi keduanya berjalan bersisian layaknya pasangan sungguhan.

"Sorry, Kinanti kita naik taksi. Aku nggak bawa mobil"

"It's oke. Tapi btw mobil kamu itu kenapa sih kamu jual?"

"Ckckck, dibilangin aku kasih ke orang kok nggak percaya sih, aku lagi pengen naik taksi aja sementara waktu biar bisa nyebar duit ke sopir-sopir taksi yang aku tumpangi itu. Bagi-bagi rezeki kasihan dompet aku keberatan bawa duit"

"Hih, terserah kamu dah mau ngomong apa, terseraaaah!" omel Kinanti sambil memasang muka eneg mendengar canda Daffin yang hiperbola.

Begitu memasuki taksi yang sudah menunggu mereka, Kinanti mendelik melihat angka setengah juta tertera dalam argo.

"Gila, dari mana aja kamu, Daffin?"

"Dari mana-mana, aku kan sering mobile, nggak kayak kamu bersarang di kantor mulu"

"Tapi pakai voucher kantor kan?"

"Pakai duit aku sendiri lah, gila"

"Hah? kantor kamu tuh yang gila, masa iya nggak bisa budget transport buat karyawannya, tega"

"Siapa bilang aku mobile hari ini buat urusan kantor? aku habis jalan-jalan di Ancol kok lihat lumba-lumba terus minum es kelapa muda di pinggir pantai, baru deh ke sini jemput kamu"

"Ah, gila kamu"

Episodes
1 Posisi kita sama.
2 Why not?
3 Merasa dikhianati.
4 Sudah pindah.
5 I miss you, Mom.
6 Di jodohkan!
7 Kita sudah berakhir.
8 Tak terlupakan.
9 Secepat itu.
10 Tak sedingin kelihatannya.
11 Itu kan dulu,
12 Bakal sering-sering aku sosor.
13 Terlalu to the point.
14 Nggak dengar apa-apa kok.
15 Ngedate!
16 Tidak menyangka.
17 Jaga dirimu baik-baik..
18 Repot emang jadi orang ganteng.
19 Apartemen premium.
20 Di rongrong perjodohan..
21 Alarm cerewet.
22 Kinanti speechless.
23 Kamu hanya pelampiasan seperti wanita lain.
24 Cuma karyawan rendahan,,
25 Keputusan Kinanti.
26 Aku tak boleh tahu soal apa?
27 Bekerja.
28 Pertama dan terakhir.
29 Sangat cantik.
30 Bahagia tapi juga nelangsa.
31 Maafkan aku.
32 Lebih baik kalian nikah.
33 Di luar ekspektasi.
34 Babi tua.
35 Janji adalah janji.
36 Tekad.
37 Ungkapan terlambat.
38 Sekali ini saja.
39 Dia kan tunangan mu.
40 Kamu boleh pergi sekarang.
41 Kenapa hatinya masih saja merasa gelisah?
42 Tidak ada jalan lain.
43 Kata-kata Amber barusan sukses menamparnya.
44 Daffin bertemu Asri.
45 Serakah.
46 Surat undangan.
47 Masa lalu.
48 Gadis kecil.
49 Baru lihat.
50 Sumpah?
51 Tercengang.
52 Hanya miliknya.
53 Gawat.
54 Benar-benar terkabul.
55 Rambatan nyeri.
56 Motif kelinci dilarang masuk.
57 Menantu keluarga Kalandra.
58 Tengsin.
59 Nggak perlu bentak-bentak!
60 Dulu dan sekarang, beda.
61 Tak tahu apa-apa.
62 Perasaan nya campur aduk.
63 Terbengong-bengong.
64 Kumpulan sosialita.
65 Iba.
66 Kenyamanan yang sangat dia butuhkan.
67 Followers.
68 Gampang tegang.
69 Tidak sabar menunggu.
70 Kenaikan gaji.
71 Sudah jadi masa lalu.
72 Uring-uringan.
73 Aset Daffin yang sangat berharga.
74 Ketiban apes.
75 Butuh informasi.
76 Cukup katakan saja.
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Posisi kita sama.
2
Why not?
3
Merasa dikhianati.
4
Sudah pindah.
5
I miss you, Mom.
6
Di jodohkan!
7
Kita sudah berakhir.
8
Tak terlupakan.
9
Secepat itu.
10
Tak sedingin kelihatannya.
11
Itu kan dulu,
12
Bakal sering-sering aku sosor.
13
Terlalu to the point.
14
Nggak dengar apa-apa kok.
15
Ngedate!
16
Tidak menyangka.
17
Jaga dirimu baik-baik..
18
Repot emang jadi orang ganteng.
19
Apartemen premium.
20
Di rongrong perjodohan..
21
Alarm cerewet.
22
Kinanti speechless.
23
Kamu hanya pelampiasan seperti wanita lain.
24
Cuma karyawan rendahan,,
25
Keputusan Kinanti.
26
Aku tak boleh tahu soal apa?
27
Bekerja.
28
Pertama dan terakhir.
29
Sangat cantik.
30
Bahagia tapi juga nelangsa.
31
Maafkan aku.
32
Lebih baik kalian nikah.
33
Di luar ekspektasi.
34
Babi tua.
35
Janji adalah janji.
36
Tekad.
37
Ungkapan terlambat.
38
Sekali ini saja.
39
Dia kan tunangan mu.
40
Kamu boleh pergi sekarang.
41
Kenapa hatinya masih saja merasa gelisah?
42
Tidak ada jalan lain.
43
Kata-kata Amber barusan sukses menamparnya.
44
Daffin bertemu Asri.
45
Serakah.
46
Surat undangan.
47
Masa lalu.
48
Gadis kecil.
49
Baru lihat.
50
Sumpah?
51
Tercengang.
52
Hanya miliknya.
53
Gawat.
54
Benar-benar terkabul.
55
Rambatan nyeri.
56
Motif kelinci dilarang masuk.
57
Menantu keluarga Kalandra.
58
Tengsin.
59
Nggak perlu bentak-bentak!
60
Dulu dan sekarang, beda.
61
Tak tahu apa-apa.
62
Perasaan nya campur aduk.
63
Terbengong-bengong.
64
Kumpulan sosialita.
65
Iba.
66
Kenyamanan yang sangat dia butuhkan.
67
Followers.
68
Gampang tegang.
69
Tidak sabar menunggu.
70
Kenaikan gaji.
71
Sudah jadi masa lalu.
72
Uring-uringan.
73
Aset Daffin yang sangat berharga.
74
Ketiban apes.
75
Butuh informasi.
76
Cukup katakan saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!