"Wah, parah kamu, Amber bikin kulit mulus cewek aku jadi merah kayak gini, cubitan kamu tuh sakit tau nggak" tegur Daffin sambil merengkuh pinggang Kinanti dan menarik wanita itu lebih rapat dengannya.
Kinanti tercekat kaget, seketika lamunan tentang masa lalunya bersama Ikram buyar.
"Kulit mu nggak sampai lecet kan, sweetheart?" Daffin mengecek sekali lagi bekas cubitan Amber di lengan Kinanti.
'Lebay' pikir Kinanti. Dia belum terbiasa menerima kemesraan seperti itu. Terlebih Daffin melakukannya di depan orang lain dan orang itu adalah Ikram mantan gebetannya dan juga di depan Amber mantan pacar Daffin.
Sedangkan Amber pun terperangah tak percaya seorang Daffin yang pernah begitu bucin padanya mendadak bisa sengak mengomelinya demi wanita lain meski wanita lain itu sekarang adalah pacar barunya tapi tetap saja Amber merasa tersingkirkan setelah beberapa tahun dirinya sempat menjadi satu-satunya ratu yang bertahta di hati pria itu.
"Eh, kamu ngomelin aku udah, Fin?" ketus Amber.
"Ya iyalah, emang siapa lagi? kan yang nyubit calon bini aku tadi kamu"
Amber memutar bola mata.
"Yaelah. Kamu dulu aku cubit-cubitin mulu tapi nggak pernah protes"
"Itu kan dulu pas kita masih sayang-sayangan sekarang kan kamu dan aku udah end"
Tawa Kinanti dan Ikram pecah secara bersamaan mendengar kedua orang itu bertengkar seperti bocah lalu mata keduanya bertabrakan, Kinanti seketika terdiam kalah gelenyar hangat yang terasa khas itu masih saja merambati perasaannya, bedanya kali ini disertai pedih.
Keempat orang itu kemudian bergabung dalam satu meja dan makan siang bersama dalam suasana yang lebih hangat, Amber memanfaatkan kesempatan itu untuk mencecar Kinanti dan Daffin soal kapan dimulainya hubungan mereka yang menggemparkan banyak orang.
Kinanti lebih banyak diam dan menyerahkan sepenuhnya jawaban itu pada Daffin yang tampaknya sudah mempersiapkan skenario tentang hubungan palsu mereka.
"Wait, Jadi pas reuni SMA kemarin itu sebenarnya kamu udah jadian sama Kinan? dan kamu nggak ada niat-niatnya cerita ke aku, Kinan? ratu tega kamu pakai rahasia-rahasiaan sama aku" omel Amber sambil menendang kaki Kinanti.
Kinanti tertawa lirih.
"Kamu sendiri Amber? nggak cerita-cerita kapan kamu jadian sama Ikram? tau-taunya nyebar undangan kawinan aja, kaget aku" sindirnya.
Seketika Amber terbantuk-batu kecil, Ikram lekas mengulurkan segelas air minum untuk istrinya sambil melirik Kinanti.
Kinanti tercekat kala sepasang mata elang Ikram menyorot tajam kepadanya.
"Well. Jadi kalian udah jadian ya saat reuni itu?" ujar lelaki itu tanpa mengalihkan tatapannya dari Kinanti.
Kinanti menelan ludah. Ucapan Ikram terasa menusuk telinga seketika pikiran Kinanti terlempar ke masa lalu dan mendarat pada sebuah momen setahun lalu.
"Kinan, ngapain masih di sini?" tegur Ikram siang itu melihat Kinanti sedang sendirian menyusuri lantai teras sebuah villa di puncak Bogor tempat diadakan acara reuni itu.
"Teman-teman kamu udah pada nungguin di parkiran, nyariin kamu"
"Tolong bilangin mereka pulang aja duluan aku masih nyari anting aku"
"Terus entar kamu pulang sama siapa? mobil lainnya udah pada jalan turun"
"Anting aku hilang sebelah, Ikram. Anting dari Mami aku" rengek Kinanti tanpa menjawab pertanyaan Ikram tadi, wajahnya tampak puas, sebab anting-anting itu kado terakhir dari Maminya saat Kinanti berulang tahun ke delapan belas.
Ikram tahu apa berartinya benda itu bagi Kinanti. Dia pun membantu mencari menyusuri lantai villa yang begitu luas dan anting-anting itu begitu kecil mereka bagai mencari jarum dalam tumpukan jerami.
"Kinan" Amber datang mencarinya.
"Kamu ngapain masih di sini? yuk buruan turun biar kita nggak kena buka tutup jalan" ajaknya terdengar tak sabar.
"Kamu duluan aja Amber, kalau kamu nggak turun sekarang bakal kena buka tutup jalan, biar Kinan bareng aku aja, antingnya hilang anting dari Maminya" sahut Ikram sambil mengedip-ngedip pada Amber memberi kode agar membiarkan Kinanti melanjutkan pencariannya.
Amber mengangguk-angguk.
"O... oke, kamu yang tanggung jawab bawa pulang dia ya" katanya yang lekas di angguki Ikram.
Kinanti begitu gigih memindai setiap marmer lantai ruangan meskipun Ikram sudah bilang jika mereka sudah menyusuri tempat itu berkali-kali.
"Kinanti setidaknya kamu udah berusaha nyariin, kalau nggak ketemu mau gimana lagi? ikhlasin aja"
"Nggak bisa, Ikram" Kinanti menangis.
Ikram mendekat dan memeluknya.
"Aku tahu ini berat untuk kamu, ini bukan cuma tentang anting itu kan, Kinan? tapi tentang kamu yang belum bisa ikhlasin kepergian Mami mu, aku juga tahu gimana rasanya kehilangan sosok Ibu, aku tahu perasaan kamu, Kinan" bisik Ikram sambil menepuk-nepuk lembut punggung Kinanti yang terguncang tangis.
"Anting itu bikin aku merasa nggak sendirian, Ikram. Aku merasa ada Mami yang menemani makanya aku pakai terus tapi sekarang hilang aku jadi merasa sendirian"
Ikram mengurai pelukannya dan tersenyum dengan sorot matanya yang hangat dan menenangkan.
"Kamu tidak sendirian, kamu punya aku, Kinan. Aku akan selalu jadi teman yang baik buat kamu"
Detik itu juga Kinanti terdiam.
Teman? cuma teman? akankah selamanya begitu? Kinanti pun memutar tubuhnya dengan perasaan marah, tapi dia tak ingin Ikram melihat kemarahannya.
"Kinan, ada apa?" cegah Ikram yang sepertinya terlanjur melihat perubahan ekspresi Kinanti.
Ikram menarik lengan Kinanti dengan begitu kuat hingga tubuh gadis itu membentur dadanya yang bidang.
Kinanti bisa mendengar degup jantung Ikram yang berirama sama cepat dengan degup jantungnya, Kinanti juga bisa merasakan nafas hangat Ikram yang menyapu puncak kepalanya.
Ikram mengurung Kinanti dengan kedua lengannya.
"Ki... Kinanti" desah pria itu dengan suara gemetar. Segemetar tubuh Kinanti.
Kinanti mendongak, keduanya saling tatap untuk sejenak.
"Apa kamu punya pacar?" bisik Ikram seraya membelai wajah cantik Kinanti lalu tersenyum saat Kinanti menggeleng pelan. Pria itu pun menundukkan wajahnya mendaratkan ciuman yang telah begitu lama disimpan untuk gadis itu.
Kinanti berjinjit, mengimbangi gerakan Ikram yang begitu cepat menguasai dirinya dan mulai melenguh pelan kala pria itu mendesaknya ke sudut ruang yang tertutup dari ruangan lainnya agar tersembunyi dari luar. Kinanti mendesah kala bibir hangat Ikram mulai menuruni leher dan kembali lagi ke dagu dan membelah lagi bibirnya mendesakkan lidah hangatnya sekali lagi.
Ikram menarik wajahnya sejenak, memandang Kinanti seraya berkata lirih.
"Kamu ciptaan Tuhan yang begitu indah, Kinan" Kinanti bisa melihat ungkapan kagum lewat tatapan Ikram yang mendalam. Membiusnya dengan kebahagiaan yang meluap-luap.
Keduanya saling melempar senyum dan berciuman lagi, Ikram mendesak Kinanti ke dinding, menciumi nya dengan agresif seakan tiada lagi hari esok.
"Gimana perasaan mu sekarang? lebih baik?" bisik Ikram dengan tatapan takjub.
Kinanti mengangguk dan dengan bodohnya berkata.
"Terima kasih"
Ikram tertawa.
"Untuk apa? untuk ciuman tadi?" bisiknya kemudian mengecup kening Kinanti.
Kinanti mengetatkan pelukan mereka, mengabaikan gengsi yang dijaganya rapat-rapat selama ini. Persetan dengan rumor yang beredar tentang Ikram yang katanya sedang menjalin kedekatan khusus dengan Amber. Kinanti tahu bukan seperti itu yang terjadi sebenarnya. Ikram dan Amber hanya berteman baik karena orang tua mereka juga berteman baik mereka jadi akrab karena berkuliah di kampus yang sama di Amerika. Apalagi semua juga tahu kalau Amber hanyalah milik Daffin, meski tahu hubungan mereka sering putus nyambung tapi Kinanti tahu bagaimana seriusnya perasaan Daffin kepada Amber sejak SMA.
Dan merasakan sikap Ikram yang kerap memperlakukan dirinya secara spesial dan bahkan intim, membuat Kinanti yakin jika perasaannya pada pria ini tak bertepuk sebelah tangan, dia hanya perlu bersabar menunggu kesiapan Ikram mengungkap cinta mungkin Ikram butuh waktu untuk mengubah zona pertemanan mereka menjadi percintaan.
Tapi ternyata kesabaran dan penantian Kinanti selama ini justru berbuah undangan pernikahan Ikram dengan Amber.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
matcha
skrng cwok model ikram bejibun dmn2.. ckckck
2024-09-07
0