Pada mulanya Kinanti justru sangat tidak menyukai Ikram, cowok itu benar-benar dingin padanya padahal Kinanti sering berbaik-baik menyapa dan bersikap ramah.
"Ikram ini buku kamu jatuh" katanya saat melihat sebuah komik meluncur dari meja Ikram lalu tergeletak di kaki kursi cowok itu. Kinanti memungut dan mengulurkannya pada si pemilik. dlDan ikram menyambarnya dengan cepat tanpa berterima kasih bahkan menoleh padanya saja tidak.
"Kamu punya utang yang belum dibayar ya ke dia?" seloroh Amber yang menjadi teman sebangkunya saat itu. Kinanti pun menggeleng lugu.
Amber terkekeh pelan.
"Perasaan tuh cowok sengak mulu deh sama kamu, ada masalah apa sih kalian?" celetuk Amber membuat Kinanti kebingungan.
Memangnya apa salah Kinanti?
Lalu Kinanti teringat pada momen pertemuan tak sengaja antara dirinya dengan Ikram di TPU tanah kusir saat itu Kinanti ikut maminya berziarah ke sana, di tengah rapalan doanya untuk mendiang sang Nenek, Kinanti mendengar isak tangis yang mengganggu kekhusyukannya berdoa, dia pun menoleh ke sumber suara tak jauh dari tempatnya terlihat cowok sebaya dirinya dengan bersimpuh di depan pusara dengan bahu terkulai lemah.
"Mama" isaknya terdengar menyedihkan.
Tangis cowok itu meremas perasaan Kinanti, ratapan itu menggugah rasa simpatinya.
"Ayo sayang kita pulang" ajak maminya sambil merangkul pundak Kinanti.
Kinanti menurut dan mengikuti maminya tapi ada sesuatu yang memberati langkah gadis remaja itu.
Mami duluan aja ntar aku nyusul. Sebentar kok" katanya sambil merogoh isi tas sembari berbalik badan ingin menemui cowok tadi.
Cowok yang menutupi kepalanya dengan tudung hoodie itu masih tergugu di tempatnya. Kinanti membaca tulisan yang terpatri di batu nisan tanggal kematian sudah setahun berlalu tapi tangisan cowok itu seperti orang yang baru saja ditinggal pergi.
"Aku turut berduka, semoga Mama mu baik-baik di sana, kamu juga harus baik-baik di sini ya, supaya Mama mu tenang" ucap Kinanti seraya meletakkan sebungkus tisu untuknya.
Seketika bahu cowok tadi menegang, serta merta isak tangisnya terhenti lalu cowok itu mendongak cepat padanya dengan mata sembab karena kebanyakan menangis.
"I... Ikram" Kinanti terkejut begitu mengenali cowok yang ternyata teman sekelasnya.
Dan sejak saat itu sikap Ikram yang semula biasa-biasa saja mulai berubah dingin kepadanya. Namun Kinanti tak tega membalas ketidakramahan cowok itu dengan sikap yang sama karena Kinanti pernah mendengar suara tangisan yang menyedihkan, Kinanti justru merasa kasihan tapi sepertinya Ikram menjadi orang yang gengsi dikasihani.
Kinanti menerima saja sikap jutek Ikram. Sampai suatu ketika di tengah masa datang bulannya Kinanti tak mampu lagi mengontrol emosi karena pengaruh hormon.
"Ikram cuma kamu yang belum ngumpulin tugas kelompok kita padahal hari ini jadwal kita presentasi" tegur Kinanti saat menjadi ketua kelompok, dia harus menegur jika ada yang lalai melaksanakan tugas.
"Aku lupa" sahut cowok itu seenaknya.
"W... what? coba katakan lagi?" ucap Kinanti menahan dongkol. Lalu mendengus sebal saat Ikram tidak juga merespon.
"Paling nggak minta maaf kek" ketusnya kesal. Kinanti pun membuang nafas jengkel karena dicuekin.
"Oke, kamu lihat aja entar" ancamnya sambil berlalu pergi.
Saat guru mulai memanggil Kinanti untuk mewakili kelompoknya presentasi, Kinanti mengabsen seluruh anggota kelompoknya kecuali Ikram.
"Loh bukannya Ikram masuk kelompok kalian?" tegur gurunya.
"Maaf Bu, saya lupa saya cuma mencatat nama-nama sama orang yang mengumpulkan tugas dan dia tidak pernah bekerja sama mengumpulkan tugas, jadi saya pikir Ikram memang bukan kelompok kami"
Jawaban Kinanti sontak menggegerkan seisi kelas.
"Waahhh, savage juga kamu, Kinan" celetuk seseorang. Tak mengira seorang Kinanti yang pendiam bisa juga bersikap seperti itu.
Kinanti menyeringai puas kala tatapannya berbenturan dengan sepasang manik gelap Ikram yang menyorotkan kekesalan teramat sangat padanya.
'Rasain kamu" dalam hati Kinanti bersorak penuh kemenangan.
"Heran ada masalah apa sih sebenarnya kamu berdua?" bisik Amber saat Kinanti menduduki kembali bangkunya usai presentasi.
"Well, kamu tadi kan dengar sendiri dia nggak kerjain bagian tugasnya jadi bukan salah aku dong kalau mencoret nama dia dari kelompok, nggak adil buat yang lain kalau dia cuma numpang nama buat dapat nilai padahal yang lainnya sudah kerja keras" Kinanti menyahut dengan santai pura-pura tak menangkap maksud pertanyaan Amber.
Amber geleng-geleng.
"Ckckc, kasihan Ikram" gumam gadis berambut panjang itu sambil menoleh ke meja di sebelah mereka, mengasihani Ikram yang terus-terusan menekuk wajah gantengnya sejak Kinanti mempermalukan dirinya secara telak di depan kelas.
Ikram pun semakin dingin terhadap Kinanti, tapi Kinanti tak ambil pusing, keduanya saling mengacuhkan sampai kenaikan kelas Kinanti bernafas lega karena di kelas dua belas tak lagi menjadi teman sekelas Ikram, hatinya betul-betul plong perasaannya senang bukan main, Ikram tak ubahnya bisul yang selama ini tumbuh dan membesar di pikirannya, mengganggu kenyamanan, dan pada kenaikan kelas itu akhirnya si bisul pecah dan menyingkir juga darinya.
"Kinan, kamu kok kayaknya senang banget pisah kelas sama aku" Amber cemberut kehilangan teman sebangku seperti Kinanti yang loyal berbagi contekan.
"Aku senang bukan karena pisah kelas sama kamu kok, tapi sama... ah kamu tahu lah"
Amber terkekeh pelan.
"Awas loh Kinan antara benci dan cinta itu kadang suka beda tipis"
Bahu Kinanti berkedik.
"Amit-amit deh"
"Kenapa sih Kinan, kok bisa-bisanya kamu sebel sama good boy secakep Ikram?" tegur Aleta.
"Yup, dilihat dari segi manapun Ikram nggak kelihatan ada jelek-jeleknya, sayangnya dia anak rumahan coba kalau anak basket atau anak futsal udah aku samber" Tita ikut menyahut.
Amber menyikut Kinanti yang cuek-cuek saja.
"Daripada di musuhin, pacarin aja kenapa sih, Kinan, mau aku bantuin? jiwa Mak comblang aku terpanggil ini" ocehnya.
Kinanti mencebik.
"Dih! kalian semua pada kenapa sih nyebelin tau nggak" sahutnya sewot.
"Justru kamu yang nyebelin Kinan sikap kamu ke Ikram itu bikin kita semua penasaran tahu nggak, nggak ada asap kalau nggak ada api, kalian berdua nggak mungkin mendadak perang dingin kalau nggak ada sebabnya, iya kan? ngaku kenapa. Apa jangan-jangan kalian berdua pernah pacaran diam-diam di belakang kita terus putusnya nggak baik-baik, iya? Desak Aleta terasa menginterogasi.
"Pernah pacaran apanya?" semprot Kinanti sambil geleng-geleng kepala.
"Terus apa dong masalah yang jadi gara-gara perang dingin kalian?" desak Tita.
Ah. Kinanti memang jengkel dengan sikap Ikram tapi Kinanti masih punya hati, Kinanti pikir Ikram kesal padanya karena kepergok sedang menangis dan Kinanti malah memberinya tisu segala. 'mungkin gengsinya sedang merasa terhina' pikir Kinanti mencoba maklum. Maka Kinanti tak pernah membocorkan pertemuan mereka di TPU Tanah Kusir itu pada siapapun yang menjadi asal muasal kebencian Ikram padanya dan memicu perang dingin mereka demi gengsi dan harga diri Ikram, Kinanti berbaik hati tutup mulut.
"Awas loh, Kinanti. Naksir Ikram tau rasa kamu"
Kinanti tak habis pikir tega banget teman-temannya itu malah menyumpahi nya dan secepat itu pula sumpah mereka jadi kenyataan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments