Di jodohkan!

Kinanti menuju ruang tamu dan menghidangkan dua cangkir kopi yang mengepulkan aroma segar dan khas.

"Silahkan diminum Om," Kinanti mempersilahkan usai meletakkannya di meja.

"Wah siapa ini, Dion?" ujar si tamu seraya memandangi wanita cantik di depannya.

"Ini Kinanti keponakan ku, Kinan kenalin ini teman Om namanya Herlin" kata Om Dion memperkenalkan tamunya.

"Herlin ini pengusaha sukses loh, Kinan" celetuk Tante Asri.

Kinanti mengulurkan tangan kepada Herlin dan pria berkumis itu menyambut uluran tangannya sambil tersenyum menatap Kinanti lurus-lurus, Kinanti buru-buru menarik tangannya, jengah mendapati kilatan mata Herlin yang memandanginya seperti sedang melihat sepotong kue yang lezat.

"Oh, jadi ini yang namanya Kinanti? Asri memang pernah cerita soal kamu katanya dia punya keponakan yang cantik dan juga pintar, ku pikir Tante mu cuma membual karena cantik dan pintar itu jarang sekali ku temui dalam satu paket. Sekarang aku percaya" kata Herlin sambil terkekeh hingga sekumpulan lemak di perutnya ikut bergoyang.

Kinanti risih di puji sedemikian oleh pria yang sudah menjadi Om-Om, apalagi sepanjang bicara tatapan Herlin yang berkilat nakal tak henti-hentinya memindai Kinanti dari ujung kepala hingga ujung kaki dan berhenti cukup lama di sepasang tungkai Kinanti yang indah.

"Nah. Sekarang baru percaya kan, Herlin? aku tak omong kosong kan?" cecar Asri dengan mata berkilat puas.

"Iya Asri percaya, kan sudah ku bilang tadi"

"Eh, bisakah kau pekerjakan Kinanti di kantor mu, Herlin? dia sudah lima tahun bekerja di perusahaan kecil dan posisinya masih saja mentok sebagai staf purchasing" desak Asri lekas mengambil kesempatan mumpung dia bertemu langsung dengan Herlin sekarang, kalau titip omongan ini lewat Dion suaminya, Asri tak yakin bakal disampaikan.

"Oh ya? wah, tau begitu aku pasti akan menempatkan Kinanti di kantorku sejak dulu, kenapa kamu baru bilang sekarang?"

Asri tersenyum seraya melirik dongkol pada suaminya karena tak pernah meminta langsung kepada Herlin untuk mempekerjakan Kinanti di perusahaannya sejak dulu.

"Kenapa tak kau jadikan Kinanti sekretaris mu saja, Herlin? kau sendiri yang bilang kalau Kinanti cantik dan juga pintar cocok banget kan buat posisi sekretaris presiden direktur?"

Kinanti menelan ludah gugup mendengar ucapan Tantenya.

'apa di pikir jadi sekretaris itu hanya perlu modal cantik dan pintar saja' pikirnya sebel.

Kinanti tentu tahu seperti apa beban kerja sekretaris seorang presiden direktur sedangkan Kinanti sama sekali tidak berpengalaman sebagai sekretaris.

"Sayangnya aku sudah punya sekretaris" sahut Herlin seraya tersenyum sejenak pada Asri, lalu pria bertubuh tambun itu menjentikkan jarinya.

"Ah, kebetulan aku sedang butuh personal assistant, nah kau bisa mengisi posisi itu, Kinanti" lanjut Herlin seraya menoleh dan mengangguk kepada Kinanti yang tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Nah!" Asri ikut-ikut menjentikkan jarinya dengan mata berbinar senang.

Kinanti justru lekas menggeleng.

"Terima kasih Om. Ta... tapi maaf saya sudah terlanjur nyaman dengan lingkungan kerja saya" jawabnya terasa naif

Asri mengatupkan bibir rapat-rapat dan rahangnya tampak mengeras menahan kesal.

Herlin tergelak.

"Jangan terjebak dalam zona nyaman terus, Kinanti. Itu tak akan membuat mu cepat sukses dan banyak uang, sesekali kau perlu move on, cari peluang gaji yang lebih tinggi lalu ciptakan lagi suasana kerja yang nyaman di tempat baru mu" pria itu malah menasehatinya.

Kinanti tak menampik kebenaran dalam kata-kata Herlin, dia hanya enggan bekerja bersama pria yang terkesan mesum itu.

"Ah, sebut saja berapa gaji yang kau minta" desak Herli sambil tak henti-hentinya menatap Kinanti, meski berpakaian rumahan sederhana dan tanpa riasan tapi kecantikan alami Kinanti memenuhi seleranya.

Melihat Kinanti terdiam, Herlin terkekeh.

"Baiklah, bagaimana kalau kau jadi istriku saja, cantik?"

Kinanti tercekat sedangkan Tantenya menyahut dengan cepat.

"Wah, kenapa tidak Herlin? kau sudah lama menduda dan Kinanti lama sekali menjomblo. Pas!" lalu Asri tersenyum penuh arti kepada Kinanti.

Seketika Kinanti memucat.

#############

"Sudahlah terima saja lamaran, Herlin" cecar Asri setelah Herlin pulang.

"Tapi, Tan dia itu duda dan lebih pantas jadi ayah aku, lagi pula aku bukan jomblo, ada pria yang sudah melamar aku"

"Halah, putusin aja, pria itu nggak bakal sebanding dengan Herlin yang jelas-jelas tajir melintir, lagi pula apa gunanya menikahi pria itu kalau hanya akan menyeretnya jadi miskin?"

"Maksud Tante?"

"Ingat, Kinan. Kau masih punya cicilan utang satu miliar padaku, kalau kau mau menikahinya lunasi dulu semua sisa hutang mu secara kontan baru kau boleh keluar dari rumah ini dengan calon suamimu itu"

"Tan, tolong jangan seperti itu, cukup aku yang menanggung hutang ini jangan bawa-bawa calon suami ku"

"Makanya! justru Tante sedang memberimu solusi sekarang, uang satu miliar itu kecil saja bagi Herlin. Jika kamu menikah dengannya dia pasti bakal memberimu lebih dari itu"

"Nggak mau, Tan"

Plak!

Asri membalas penolakan Kinanti itu dengan sebuah tamparan keras, Kinanti mengusapi pipinya yang terasa panas sambil menangis, wajah yang putih cerah membuat jejak tamparan itu terlihat jelas meninggalkan semburat kemerahan.

"Berani-beraninya membentak ku? kau seperti anak durhaka saja. Kalau Tante tak menampung mu saat keluarga mu bangkrut, kau pasti sudah jadi gembel sekarang, coba ingat-ingat, Kinanti saat mami mu yang penyakitan itu bolak-balik dirawat di rumah sakit, siapa yang repot ngurusin kalau bukan, Tante? sedangkan kau? bisanya cuma nangis, manja tak berguna! dan siapa yang menolong papi mu saat dikejar-kejar debt collector? Om Dion! Om Dion lah yang selalu pasang badan untuk papi mu itu dan juga kau kuliah pakai uang, Tante"

Kuping Kinanti terasa panas saat segala masa lalu pahitnya kembali di ungkit, dia juga tak ingin berada di posisi itu dan kebangkrutan itu bukan pula salahnya, Kinanti tak tahu apa-apa. Tapi kenapa harus Kinanti yang menanggungnya?

"Jadilah orang yang tahu balas budi, Kinanti. Menikahlah dengan Herlin agar hutang budimu bisa Tante anggap lunas" ketus Asri.

"Aku janji akan balas budi dengan cara lain, Tan selain menikahi Om Herlin" sahut Kinanti yang tetap nekat melawan, Tante nya boleh mengeruk uangnya, mengeruk tenaganya, tapi tidak boleh masa depannya.

Tapi si Tante malah berkacak pinggang.

"Kinanti pakai otak mu! Mikirrrr. Kalau kamu menikah dengan Herlin bukan cuma hutang budimu saja yang lunas tapi juga cicilan utang satu miliarmu itu, iya kan? Memangnya ada pria yang sanggup menikahi mu sekaligus membebaskan mu dan hutang sebesar itu selain Herlin? Nah, sudahlah jangan membantah lagi aku muak melihat wajah memelas dan air matamu yang tak berguna itu"

Kinanti memegangi dadanya, hatinya diperas sakit mendengar ucapan si Tante yang terang-terangan bilang muak kepadanya.

"Asri, cukup" bentak Dion yang baru saja memasuki ruangan dan mengetahui pertengkaran itu.

"Jangan ikut campur, Mas!"

"Jangan ikut campur bagaimana? tega sekali kau menjodohkan keponakan mu sendiri dengan bandot tua itu. Kau tahu sendiri Herlin itu lelaki seperti apa, lagi pula apa-apaan tentang utang yang kau tagih ke Kinanti sebanyak satu miliar itu? bersikaplah selayaknya seorang Tante bukan rentenir!"

Episodes
1 Posisi kita sama.
2 Why not?
3 Merasa dikhianati.
4 Sudah pindah.
5 I miss you, Mom.
6 Di jodohkan!
7 Kita sudah berakhir.
8 Tak terlupakan.
9 Secepat itu.
10 Tak sedingin kelihatannya.
11 Itu kan dulu,
12 Bakal sering-sering aku sosor.
13 Terlalu to the point.
14 Nggak dengar apa-apa kok.
15 Ngedate!
16 Tidak menyangka.
17 Jaga dirimu baik-baik..
18 Repot emang jadi orang ganteng.
19 Apartemen premium.
20 Di rongrong perjodohan..
21 Alarm cerewet.
22 Kinanti speechless.
23 Kamu hanya pelampiasan seperti wanita lain.
24 Cuma karyawan rendahan,,
25 Keputusan Kinanti.
26 Aku tak boleh tahu soal apa?
27 Bekerja.
28 Pertama dan terakhir.
29 Sangat cantik.
30 Bahagia tapi juga nelangsa.
31 Maafkan aku.
32 Lebih baik kalian nikah.
33 Di luar ekspektasi.
34 Babi tua.
35 Janji adalah janji.
36 Tekad.
37 Ungkapan terlambat.
38 Sekali ini saja.
39 Dia kan tunangan mu.
40 Kamu boleh pergi sekarang.
41 Kenapa hatinya masih saja merasa gelisah?
42 Tidak ada jalan lain.
43 Kata-kata Amber barusan sukses menamparnya.
44 Daffin bertemu Asri.
45 Serakah.
46 Surat undangan.
47 Masa lalu.
48 Gadis kecil.
49 Baru lihat.
50 Sumpah?
51 Tercengang.
52 Hanya miliknya.
53 Gawat.
54 Benar-benar terkabul.
55 Rambatan nyeri.
56 Motif kelinci dilarang masuk.
57 Menantu keluarga Kalandra.
58 Tengsin.
59 Nggak perlu bentak-bentak!
60 Dulu dan sekarang, beda.
61 Tak tahu apa-apa.
62 Perasaan nya campur aduk.
63 Terbengong-bengong.
64 Kumpulan sosialita.
65 Iba.
66 Kenyamanan yang sangat dia butuhkan.
67 Followers.
68 Gampang tegang.
69 Tidak sabar menunggu.
70 Kenaikan gaji.
71 Sudah jadi masa lalu.
72 Uring-uringan.
73 Aset Daffin yang sangat berharga.
74 Ketiban apes.
75 Butuh informasi.
76 Cukup katakan saja.
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Posisi kita sama.
2
Why not?
3
Merasa dikhianati.
4
Sudah pindah.
5
I miss you, Mom.
6
Di jodohkan!
7
Kita sudah berakhir.
8
Tak terlupakan.
9
Secepat itu.
10
Tak sedingin kelihatannya.
11
Itu kan dulu,
12
Bakal sering-sering aku sosor.
13
Terlalu to the point.
14
Nggak dengar apa-apa kok.
15
Ngedate!
16
Tidak menyangka.
17
Jaga dirimu baik-baik..
18
Repot emang jadi orang ganteng.
19
Apartemen premium.
20
Di rongrong perjodohan..
21
Alarm cerewet.
22
Kinanti speechless.
23
Kamu hanya pelampiasan seperti wanita lain.
24
Cuma karyawan rendahan,,
25
Keputusan Kinanti.
26
Aku tak boleh tahu soal apa?
27
Bekerja.
28
Pertama dan terakhir.
29
Sangat cantik.
30
Bahagia tapi juga nelangsa.
31
Maafkan aku.
32
Lebih baik kalian nikah.
33
Di luar ekspektasi.
34
Babi tua.
35
Janji adalah janji.
36
Tekad.
37
Ungkapan terlambat.
38
Sekali ini saja.
39
Dia kan tunangan mu.
40
Kamu boleh pergi sekarang.
41
Kenapa hatinya masih saja merasa gelisah?
42
Tidak ada jalan lain.
43
Kata-kata Amber barusan sukses menamparnya.
44
Daffin bertemu Asri.
45
Serakah.
46
Surat undangan.
47
Masa lalu.
48
Gadis kecil.
49
Baru lihat.
50
Sumpah?
51
Tercengang.
52
Hanya miliknya.
53
Gawat.
54
Benar-benar terkabul.
55
Rambatan nyeri.
56
Motif kelinci dilarang masuk.
57
Menantu keluarga Kalandra.
58
Tengsin.
59
Nggak perlu bentak-bentak!
60
Dulu dan sekarang, beda.
61
Tak tahu apa-apa.
62
Perasaan nya campur aduk.
63
Terbengong-bengong.
64
Kumpulan sosialita.
65
Iba.
66
Kenyamanan yang sangat dia butuhkan.
67
Followers.
68
Gampang tegang.
69
Tidak sabar menunggu.
70
Kenaikan gaji.
71
Sudah jadi masa lalu.
72
Uring-uringan.
73
Aset Daffin yang sangat berharga.
74
Ketiban apes.
75
Butuh informasi.
76
Cukup katakan saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!