Hari Jumat, waktu kerja terasa lebih singkat dan berlalu cepat, sepanjang makan siang teman-teman kantor saling membicarakan rencana akhir pekan sedangkan Kinanti terdiam seribu bahasa, akhir pekan sama sekali tak menyenangkan baginya. Tante Asri akan bakal mengerjakan dengan banyak hal, minta di sopiri ke sana sini atau membebaninya dengan pekerjaan rumah tangga yang melelahkan ditambah sekarang Tantenya selalu membahas tentang Herlin, Herlin dan Herlin yang berujung perjodohan. Sudah dua kali Kinanti kena prank si Tante, minta diantar ke restoran atau cafe tapi ternyata Herlin sudah menunggu di sana. Lalu Kinanti ditinggal berdua saja.
Di tengah colotehan teman-temannya ponsel Kinanti bergetar, telepon dari Daffin. Kinanti menyingkir dari cafetaria yang berisik menuju pintu darurat dan menerima telepon sambil duduk di anak tangga.
"Kinan, ntar sore aku jemput ya?"
"Mau ngapain?"
"Nonton"
"Kemarin kan udah?"
"Ah, nggak asik. Soalnya kamu main kabur aja ninggalin aku, terhina aku, sumpah"
Kinanti tertawa lirih sambil meminta maaf lagi. Tapi Daffin masih saja merajuk.
"Gimana kalau aku main ke apartemen kamu aja, Daffin? aku males ngemall lagi"
"Ke apartemen aku?"
"Yup! biar nggak ribet kita order makanan aja buat dinner. Asik kan dinner sambil selonjoran nonton film, habis itu kita bisa lanjut karaoke atau apapun"
"Oke, ide yang bagus. Ntar aku jemput ya?"
Kinanti meninggalkan kantor tepat waktu begitu jam bekerja selesai. Dia naik lift bersama Lina sambil membahas sisa pekerjaan untuk dilanjutkan Senin depan. Begitu keluar Lina mencolek Kinanti seraya mengedik ke arah pintu lobi.
"Bisa aja kamu dapat berondong! bagi triknya dong" goda Lina seraya mencubit Kinanti.
Daffin yang sedang menelepon di dekat pintu lobi, pria itu memang sangat mencolok dengan penampilan yang segar dan kasual. Juga karena visualnya yang tampan membuatnya terlihat jauh lebih muda dari Kinanti padahal mereka sebaya. Parasnya yang rupawan membuat kepala kaum hawa yang melaluinya langsung menoleh secara otomatis, tersihir wajahnya yang rupawan, juga bodinya yang gagah atletis.
Ada rasa bangga sekaligus minder yang menyusupi perasaan Kinanti bangga menyandang status sebagai kekasih dari pria semenarik itu, minder saat menyadari kalau hubungan mereka sebenarnya semu, mereka hanyalah dua orang yang dipertemukan dalam barisan sakit hati, bersekutu untuk saling menghibur diri.
Daffin melambaikan tangan kepada Kinanti dan mengakhiri teleponnya. Melangkah yakin menunju Kinanti.
"Aku datang sayang, apa kamu sudah siap malam ini?" sapanya sambil mengerling nakal.
Lina yang mendengarnya terbatuk-batuk. Membayangkan yang tidak-tidak.
"Have fun, beib. Awas hamil"
Bisikan Lina itu membuat kuping Kinanti memerah jengah.
"Apaan sih" Kinanti gagal memukul lengan Lina yang keburu kabur duluan sambil tertawa usil.
"Ngapain teman kamu, Kinan? pasti lagi ngomongin aku, repot emang jadi orang ganteng jadi perhatian cewek di mana-mana"
Kinanti memutar bola mata sambil melalui Daffin yang narsisnya kumat, tapi Daffin menangkap lengan Kinanti secepat kilat.
"Gandengan dong, kita kan couple" protesnya.
"Naik taksi lagi?" tanya Kinanti saat Daffin tak membawanya menuju tempat parkir mobil.
Daffin mengangguk sambil menelepon.
"Pak jemput saya di lobby gedung yang tadi ya. Masih lama nggak?"
Sepuluh menit kemudian sebuah taksi biru menghampiri mereka.
Kinanti lagi-lagi terkejut melihat argo yang sudah mencapai ratusan ribu lalu menoleh kepada Daffin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments