Daffin rupanya sudah melakukan reservasi untuk makan siang mereka di sebuah restoran sekitar Thamrin, tidak begitu jauh dari gedung perkantoran tempat Kinanti bekerja, Kinanti jadi mengerutkan kening memikirkan ongkos makan siang yang mahal ini. Menu-menu di restoran ini tentu saja tak terjangkau kantongnya. Kinanti pernah sekali kesini dulu pada saat Amber merayakan ulang tahun dan mentraktirnya sebelum teman dekatnya itu berangkat kuliah ke Amerika.
"Daf, split bill? atau kamu yang traktir?" bisik Kinanti sebelum benar-benar mencapai tempat duduk mereka.
"Pertanyaan kamu menyinggung harga diri aku amat sih, Kinan. Aku yang bayarlah gila. Masa bayar sendiri-sendiri, yang benar aja"
Mendengar pernyataan Daffin membuat Kinanti akhirnya bisa bernafas lega.
"Pesan gih yang paling mahal. Awas kalau pesan yang murah-murah entar dompet aku terhina"
Kinanti terkekeh.
"Gila, Sultan" selorohnya sambil membolak-balik buku menu.
"Dih, beneran? cuma segini doang yang kamu pesan, Kinan? tambah lagi gih" Daffin malah mengomel begitu pesanan Kinanti sudah terhidang di meja.
"Kamu kira perut aku gentong apa bisa muat makanan sebanyak perut kamu?"
"Biar kamu sehat, Kinan makan yang banyak. Udahlah lupain soal diet kalau lagi sama aku, jangan jaim"
"Dih, siapa yang diet. Lagian kamu tadi kan nyuruh aku pesan yang paling mahal bukannya pesan yang banyak"
"Ettdahhhh, pesan yang paling mahal dan juga banyak dong, Kinan. Biar ngurangin beban dompet aku yang suka bawa duit kebanyakan ini"
Kinan tertawa dan mengangguk-angguk saja saat lelaki itu membaca buku menu sambil menyebutkan beberapa makanan untuk tambahan pesanan mereka.
Keduanya menikmati makan siang mewah itu dalam keheningan, lidah Kinanti menggelinjang nikmat karena kelezatannya memang semantap itu, sudah lama Kinanti tak memanjakan lidahnya dengan makanan mahal dan juga lezat karena dia harus menghemat setiap rupiah uangnya demi melunasi tagihan cicilan Bank setiap bulan pinjaman untuk membayar utang ke Tantenya yang serakah.
"Enak yah, Kinan sampai kamu speechless gitu?"
Daffin tersenyum menatap Kinanti, dia tahu Kinanti memang pendiam sejak dulu namun matanya selalu dipenuhi kegembiraan, sekarang Kinanti lebih banyak bicara tetapi Daffin mulai menyadari perbedaan sorot matanya yang jarang berbinar ceria seperti dulu, entah kenapa Daffin ingin sekali mengembalikan kegembiraan Kinanti seperti dulu, Kinanti yang dikenalnya semasa SMA, Kinanti yang lugu, yang manja dan yang tulus meladeni kebawelan Daffin.
Saat pesanan berikutnya datang Daffin buru-buru mengambil alih steak pesanannya dari tangan si pramusaji kemudian mengirisnya menjadi potongan-potongan kecil.
"Selamat menikmati my princess" ucapnya seraya menyodorkan ke hadapan Kinanti.
Kinanti tercekat mendengar Daffin mengatakan kalimat yang sering diucapkan mendiang maminya dulu untuknya.
"Eh, malah bengong, dimakan lah woi. Mau aku suapin sekalian?" tegur Daffin kemudian pria itu terkekeh melihat Kinanti jadi salah tingkah.
Iseng Daffin pun menusuk sepotong daging dan benar-benar menyuapi Kinanti.
"Haa buka mulut yang lebar, haaa gitu"
"Dih, apaan sih kamu" omel Kinanti sambil menggelengkan kepala.
Tapi Daffin tetap memaksa sampai Kinanti terpaksa membuka mulut dan Daffin langsung memasukkan potongan daging itu ke dalam mulut Kinanti yang baru terbuka sedikit membuat bibir Kinanti belepotan saus, Daffin pun segera mengusapi saus di sekitar bibir Kinanti dengan ibu jarinya.
Dan pemandangan itu pun tertangkap Ikram yang baru melangkahkan kakinya ke dalam restoran bersama Amber. Pengantin baru itu pun tertegun melihat keberadaan Kinanti dan Daffin di sana.
Kinanti terbatuk-batuk kecil kala tatapannya tiba-tiba saja bertabrakan dengan sepasang mata elang Ikram yang tengah berjalan ke arah mejanya sambil menggandeng Amber.
"Halo, Kinan? Daffin? kalian juga makan siang di sini?" Amber menyapa lebih dulu.
Kinanti berdiri menyambut pelukan hangat si bestie sedangkan Daffin dan Ikram berjabat tangan sambil berbasa-basi ramah meski dalam hati mereka diam-diam saling menyimpan cemburu.
"Ciyeee... pengantin baru apa kabar?" bisik Kinanti memaksakan segaris senyum cerahnya menyembunyikan desir cemburu dalam hatinya seraya cipika-cipiki dengan Amber.
Amber tertawa sambil mencubit kecil lengan Kinanti.
"Rasain makanya jangan usil" Amber terkekeh dengan menjulurkan lidah saat Kinanti mengadu kesakitan.
"Ada apa Kinan?" Davin yang tengah bercakap-cakap dengan Ikram lekas menoleh cepat begitu mendengar Kinanti mengaduh tadi.
"Eh, nggak ada apa-apa kok" sahut Kinanti sambil tersenyum canggung. Cubitan si bestie memang sakit tapi tak ada apa-apanya dibandingkan sakitnya melihat Amber yang bergelayut manja kepada Ikram, lelaki yang sangat berarti di hatinya, kemesraan mereka jauh lebih mencubit perasaan Kinanti yang terasa diremas habis.
Sementara itu Daffin terlanjur melihat Kinanti mengusapi lengan yang tadi dicubit Amber, kulitnya yang putih cerah membuat bekas cubitan Amber meninggalkan jejak kemerahan di lengannya.
Daffin pernah pacaran dengan Amber, dia tahu wanita itu punya kebiasaan buruk kalau sedang gemes apalagi kalau bukan mencubit orang seenak jidatnya.
'Pasti sakit, aku aja kelonjotan pas di cubit Amber" pikirnya merasa kasihan pada Kinanti.
Daffin jadi dongkol dan buru-buru mengusapi bekas cubitan Amber.
"Apa ini sakit, Kinan? Pasti sakit kan?" bisiknya begitu lembut seraya mengamati wajah Kinanti lekat-lekat, membuat wanita itu salah tingkah dipandangi Daffin sedemikian rupa.
Saat Kinanti tak sengaja membuang tatapannya dari Daffin matanya justru bertabrakan dengan sepasang manik gelap Ikram yang juga tengah memandangnya dan jenis tatapan pria itu masih persis sama seperti tatapan yang dulu. Tatapan yang pernah memantik ciuman panas mereka yang tak terlupakan di masa lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments