Setelah lamaran gila itu, teman-teman menyerbu Kinanti dan memberinya selamat.
"Wah... Wah haredang. Sumpah aku masih nggak percaya dengan apa yang aku lihat barusan, yang kita semua nggak ada yang tahu kapan kamu jadian sama Daffin"
"Gila kenapa jadinya kamu yang tahu-tahu dilamar sih, aku yang udah jalan lima tahun aja masih digantungin sama cowok aku, tapi jujur kamu sukses bikin kita semua shock, Kinanti"
"Ternyata selama ini kamu jomblo palsu. Kurang ajar kamu"
"Tapi, kamu sama Daffin? Oh My God, really?"
Kinanti terdiam seribu bahasa, dia sendiri masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi dia yang beberapa menit lalu masih menjomblo tiba-tiba saja sekarang punya calon suami dan ciuman tadi? astaga.
"Daffin, kita perlu bicara" desis Kinanti sambil menarik Daffin keluar dari ruangan setelah berhasil menghindari rentetan pertanyaan teman-teman yang bisa membuatnya diare akut.
"Tenang saja, kita bakal banyak bicara setelah ini, Kinan. Kita sekarang kan couple"
"Fake couple" ketus Kinanti sewot. Ah, andai saja Daffin bisa melihat kepalanya yang terasa mengebul ini.
"Tapi mulai sekarang orang-orang menganggapnya gitu. Kita couple, jangan lupakan tentang itu" bisik Daffin sambil merangkul pundak Kinanti dan tersenyum menang setiap kali berpapasan dengan teman-teman yang menyapa dan mengucapkan selamat.
"Daf" panggil Kinanti setelah duduk berdua saja di dalam mobil Daffin dan jauh dari pantauan orang-orang tapi Kinanti tak juga melanjutkan kata-katanya dia malah menggigit bibir.
"Hmm?" Daffin menoleh, melihat Kinanti mengingat bibirnya seperti itu serta merta membuat jantungnya berdenyut dengan cara tak biasa. Ah, bagaimanapun mereka pernah berciuman tadi, ciuman yang cukup panas dan mengejutkan. Sisi lain dari seorang Kinanti Queensha yang selama ini dipikirnya dingin.
"Kok diam? mau ngomong apa, Kinan? ngomong aja nggak usah sungkan-sungkan"
"Menurut mu apa Ikram dan Amber bakal percaya tentang hubungan palsu kita?"
Daffin terbahak mendengarnya.
"Malah ketawa" Kinanti mendengus sebal.
"Emangnya kamu nggak lihat muka mereka pas kita kissing secara live tadi? Wadaww! A...ampun, sumpah... a...ampun" Daffin meringis karena Kinanti mencubitnya.
"Awas kalau kamu bahas-bahas lagi soal ciuman itu"
Daffin tergelak.
"Kamu belum lihat group chat angkatan kita ya? pada nge share video kita kissing tuh"
"Apa?" Kinanti terbelalak ngeri.
"Aaaaah! ini semua gara-gara kamu" omelnya sambil meninju lengan Daffin.
Daffin malah nyengir.
"Loh, bagus kan? misi kita berarti sukses"
"Cih" Kinanti melengos, tapi dalam hatinya diam-diam merasa lega. Sebelum acara lempar bunga tadi, Kinanti pergi ke restroom. Saat berada dalam bilik toilet dia tak sengaja menguping obrolan Aleta dan Tita yang baru memasuki restroom sambil membicarakan dirinya.
"Eh, Tita. Kasihan ya si Kinan kayaknya dia masih belum bisa move on juga dari Ikram, kamu lihat nggak sih sejak acara akad nikah sampai resepsi tatapannya ke Ikram dalam banget, bisa-bisa dia nangis darah sebentar malam" suara Aleta terdengar membuka obrolan.
"Ya, gimana nggak nangis Aleta? gila kamu bayangin aja udah sejak kapan tahu dia diam-diam suka sama Ikram, eh si Ikram malah nikahnya sama Amber bestie sendiri, pasti nyeseklah gila" Tita terdengar antusias menanggapinya.
"Kasihan Kinanti, tapi lebih baik kita tetap pura-pura nggak tahu aja lah kalau sebenarnya selama ini dia tuh pengagum rahasianya Ikram" ujar Aleta di antara suara air kran yang mengucur.
"Eh, ingat nggak sih Aleta, pas Amber kasih undangannya ke si Kinan. Si Kinan kan tidak mengucapkan selamat sama sekali, gila"
"Ya, aku ingat. Canggung banget kan itu"
"Heran, betah banget sih Kinanti ngejomblo cuma buat mengagumi Ikram doang"
"Mending kalau Ikram nya peduli, lebih baik cari yang lain aja kan keburu karatan, ya nggak?"
"Ya iyalah, ponakan aku yang SMP aja dah punya cowok serenteng masa dia yang udah dua puluh delapan nggak bisa move on pindah gebetan? emangnya cowok di bumi ini cuma Ikram doang?" seloroh Tita lalu keduanya tertawa menertawakan Kinanti.
Seketika Kinanti memegangi dadanya yang meledak-ledak kaget. Kalau yang dianggapnya teman dekat saja seperti itu bagaimana dengan yang lain? Kinanti menahan sesak yang kian menghimpit dadanya dengan rasa perih.
Mungkin karena itulah yang membuat Kinanti tak pikir panjang menerima saja sebuket bunga yang diulurkan Daffin di depan orang-orang tadi, demi melindungi harga dirinya di depan teman-temannya sendiri juga melindungi gengsinya di depan Ikram yang selama ini kerap menggantungkan perasaannya.
##########
"Btw, ciuman aku tadi nggak gratis, kamu janji kalau aku bisa bikin Amber dan Ikram tercengang kamu bakal bayar tiga kali lipat" ucap Kinanti sambil mengetikkan info rekening dan mengirimkannya kepada Daffin, bagaimanapun Kinanti membutuhkan uang itu.
Daffin terpingkal-pingkal hingga matanya berair.
"Jadi cerita itu benar rupanya tentang kamu yang sangat menyukai uang"
Kinanti tertawa sinis.
"Semua orang menyukai uang, aku realistis bukan matrealistis" ketusnya.
"Itu bukan masalah besar" sahut Daffin sambil mengetik sesuatu di layar ponsel canggihnya.
"Selesai, lima puluh juta" kata Daffin begitu santai seakan yang sedang di bicarakannya itu hanyalah uang lima puluh ribu saja.
Kinanti tersentak matanya melotot sebesar jengkol saat Daffin menunjukkan bukti transfernya, hanya untuk sebuah ciuman?
"What? lima puluh juta? are you kidding me?"
"Kenapa? kurang?" tanya Daffin dengan nada menantang.
"Kamu gila, Daffin?"
"Kenapa? bukannya kamu suka uang? selama ini kamu bekerja keras demi uang kan? jadi aku memberikan kamu"
Kinanti menelan ludah dan berkedip-kedip memandang Daffin.
"Tidak ada makan siang gratis, apalagi uang sebanyak ini. Katakan apa yang kamu inginkan?" desahnya sambil bersedekap.
"Marry me. Menikahlah dengan ku, Kinanti"
Kinanti bisa merasakan keseriusan dalam nada suara Daffin.
"Kenapa aku?" desaknya tak mengerti.
"Karena kamu adalah Kinanti Queensha," Daffin tersenyum dengan sorot mata melembut kalah mengucapkannya.
Untuk sejenak sanggup menghentikan detak jantung Kinanti karena dilamar dan dipandang sedemikian rupa oleh pria setampan Daffin. Tetapi dengan cepat Kinanti menguasai keadaan.
"Jadi apa?" ujarnya seraya mengedikkan dagu.
Daffin geleng-geleng dan berdecih.
"Yaelah, masih nanya. Kan kita dalam misi yang sama, Maemunah" sahutnya sambil menjitak pelan kening Kinanti.
Kinanti seketika menabok lengan Daffin yang seenaknya mengganti namanya jadi Maemunah. Tapi cowok sableng itu malah terkikik.
"Kebetulan kita berdualah yang lagi sama-sama patah hati, Kinanti. Kamu patah karena Ikram dan aku karena Amber, kebetulan juga kita sama-sama jomblo dan semua orang sama-sama memandang kita seperti pecundang yang kalah perang. Tapi pertunjukan kita tadi sukses bikin mereka shock berat, kamu lihat kan tadi? cara pandang mereka ke kita mulai berubah, harga diri kita akhirnya terselamatkan, Kinanti"
"Jadi, kamu mau melanjutkan sandiwara tadi sampai jenjang pernikahan betulan?"
"Kenapa tidak?"
"Tapi Daffin, kita kan nggak saling cinta"
"Kinanti, apa itu penting sekarang?"
Kinanti menghela nafas panjang. Betul juga yang terpenting sekarang menyelamatkan dulu gengsi dan harga diri mereka di mata orang-orang, tapi tetap saja bukankah pernikahan itu sesuatu yang sakral? sanggupkah Kinanti mempermainkannya demi kemarahan dan balas dendam?
Daffin seakan bisa merasakan kegalauan wanita itu maka direngkuhnya kedua tangan Kinanti dan digenggamnya erat-erat.
"Nggak perlu overthinking, Kinanti. Kita jalani saja rencana ini pelan-pelan yang penting kamu nyaman, oke?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments