Dua Pangeran Vampir

Dua Pangeran Vampir

1. Menemukan Penawar

Setelah sekian lama mencari-cari, akhirnya William menemukan ujung pertama, yaitu ujung utara. Namun, ia masih kebingungan menemukam keberadaan bunga peri. Ia bertanya-tanya dalam hatinya, dimana bunga peri? Ia lantas menyusuri tanaman yang ada di sekitar ujung utara, tetapi tidak menemukan apa yang dicarinya.

"Aku sudah mencarinya ke mana-mana. Namun, masih belum menemukan keberadaan bunga peri," dalam hati William sedih. Ia hampir saja putus asa.

William duduk bersandar pada salah satu pohon. Menatap dengan pandangan kosong. Ia memikirkan Ibunya yang terbaring sakit.

"Bagaimana dengan ibu? Apa ibu baik baik saja? Aku merindukannya," ucap William memejamkan mata.

William merasakan semilir angin. Ia segera membuka mata dan melihat ada kilat cahaya tak jauh darinya. Ia berdiri dan berjalan mengikuti kilat cahaya itu. Perlahan-lahan William melangkah dan membuka dedaunan yang menyeruak menutupi jalan setapak yang dipijaknya. Ia tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, matanya melebar, saat melihat bunga putih bercahaya di atas sebuah batu besar.

William tersenyum, "Akhirnya aku menemukan bunga peri," ucapnya senang.

Ia mendekati bunga peri dan akan meraihnya. Namun, tiba-tiba muncul sesuatu yang mengagetkannya.

"Kau inginkan bungaku?"

William melihat di hadapannya ada seorang wanita cantik, tubuhnya bersinar terang.

"Ya," jawab William tanpa ragu.

"Siapa kau? Dan apa alasa mu menginginkan bungaku?" tanya wanita itu.

"Aku William. Aku datang jauh ke sini untuk mencari penawar. Ibuku terluka dan hanya dengan bunga peri beliau baru bisa disembuhkan. Apakah aku boleh mengambil bunga peri?" tanya William meminta izin pada wanita itu.

"Boleh saja, asal kau memenuhi satu syarat dariku," kata wanita itu.

William mengerutkan dahi, "Syarat? katakan saja, apa itu?" tanya balik William.

"Jadialah tuanku, dan bawa aku selalu bersamamu," kata wanita itu.

William melebarkan mata, "Apa? kau ingin aku menjadi tuanmu? Untuk apa? Dan siapa kau? Mana mungkin aku membawa sebarang orang bersamaku," jawab William tanpa basa basi.

Wanita itu tersenyum cantik, "Aku adalah peri Corry. Peri penjaga bunga peri. Aku akan jadi perisaimu. Jadi, kau tidak perlu cemaskan akan ada hal buruk yang terjadi, saat kau membawaku. Bagaimana? Apakah kau masih menganggapku sembarang orang?" jawab wanita itu.

William diam sesaat. Ia tidak tahu maksud  Corry mengatakan itu, tapi ia tidak bisa melewatkan kesempatan mendapatkan bunga peri.

William menatap Corry, "Baiklah, aku akan membawamu bersamaku. Namun, aku tak bisa menjanjikan apapun padamu, karena membawamu bukanlah keinginanku sejak awal. Aku hanya ingin membawa bunga peri saja. Apa tidak masalah jika seperti itu?" tanya William.

"Ya, begitu juga tidak masalah. Yang terpenting, aku bisa selalu bersamamu," jawab Corry.

Peri Corry mencabut bunga peri. Dan menggengamnya erat. Ternyata Corry mengubah bunga peri menjadi cairan dalam botol agar mudah dibawa.

Corry memberikan cairan bunga peri pada William, "Ini, ambil dan simpanlah. Aku sudah mengubah betuknya mencari cairan, agar mudah kau bawa," jelasnya.

William menerima pemberian peri Corry dan berterima kasih. Tidak lama ia melihat peri Corry berubah menjadi cahaya dan mengelilinginya.

"Apa yang terjadi?" tanya William.

"Bukan apa-apa. Karena aku tidak bisa bergerak leluasa saat menjadi bentuk manusia. Aku akan mengikutimu menjadi bentuk cahaya seperti ini," jawab Corry.

"Oh, begitu. Aku harus ke sisi ujung satunya. Ujung selatan. Apa kau bisa menunjukkan jalan dan menuntunku, Peri Corry?" tanya William.

" Tutup matamu, Tuanku. Aku akan membawamu ke ujung selatan tanpa perlu kau berjalan jauh melewati jalanan berliku," kata Corry meminta William mengikuti ucapannya.

"Ya, aku akan mengikuti ucapanmu. Ku harap kau benar-benar bisa membawaku ke sana," kata William ragu-ragu.

William menutup matanya dan Peri Corry mengelilingi tubuh William, tubuh William perlahan menghilang seperti angin. Saat membuka mata William sudah ada di sisi ujung selatan.

William melihat sekeliling, "Apa aku sudah di ujung selatan, peri Corry?" tanya William penasaran. Ia melihat tempat asing yang jauh berbeda dengan ujung utara.

"Ya. Ini adalah ujung selatan. Aku tidak mungkin membawa Tuanku ke lain tempat," jawab peri Corry.

William terdiam. Lagi-lagi ia berpikir, apakah ia bisa percaya ucapan Corry, meski Corry adalah seorang peri? namun, ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya dan membuat Corry kecewa.

"Ya, baiklah. Aku akan percaya padamu. Terima kasih, karena sudah membawaku ke sini," kata William.

William menyusuri jalan setapak di hadapannya. Kali ini ia mencari keberadaan rusa hitam. Penawar lain yang diperlukan untuk menyelamatka nyawa sang Ibu.

Tiba-tiba saja, angin bertiup kencang, san langit berubah menjadi memerah. William melihat bulan purnama bersinar terang. Dari jauh William melihat sesuatu berjalan perlahan mendekat ke arahnya Dan itu adalah Seekor rusa berwarna hitam dengan corak putih dan bertanduk emas.

"Rusa hitam?" gumam William.

"Akhirnya kau datang tuanku, aku sudah lama menunggumu."

William kaget, "Kau bisa bicara? Kau menungguku?" tanyanya bingung.

"Ya, Tuanku. Ambillah apa yang kau inginkan. Waktumu tidak banyak. Jika bulan purnama menghilang apa yang kau inginkan tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya dan kau harus menunggu lagi di malam purnama selanjutnya," kata rusa hitam itu mentap William.

"Kau tahu, apa yang kuinginkan, wahai rusa hitam?" tanya William.

"Ya, aku tahu. Kau ingin hati dari rusa hitam, bukan?" jawab rusa hitam itu.

William menatap rusa cantik dihadapannya. Ia bingung, bagaimana bisa ia tega membunuh rusa cantik itu? Namun, William sangat membutuhkan hati rusa itu. William mendekati rusa cantik di depannya dan memeluknya erat.

"Maafkan aku, aku hanya ingin menolong ibuku. Aku sungguh minta maaf, rusa hitam. Kau boleh menghukumku, kalau kau ingin. Maafkan aku," kata William sedih.

"Tidak apa-apa, Tuan. Tolong, cepat lakukan. Waktunya akan segera berakhir," kata rusa hitam itu.

William mengeluarkan pisau dari jubahnya. Rusa hitam pun bersimpuh, seakan sudah siap menyerahkan nyawanya. William mengusap kepala rusa hitam, ia menutup matanya dan langsung menghujam perut rusa hitam itu.

William akhirnya melakukan hal yang belum pernah dilakukan selama ini. Ia segera mengambil hati rusa hitam. William merasa sedih, saat melihat rusa hitam yang terkulai tidak berdaya di depannnya.

Tidak beberapa lama, sesuatu terjadi. Muncullah kabut dan kabut itu menutupi rusa hitam. Sekejap kemudian kabut itu menghilang. William melihat wanita cantik dengan senyuman perlahan datang ke arahnya dan langsung memeluknya erat.

"Terima kasih," ucap wanita cantik yang memeluk William.

William segera melepaskan pelukan, "Maaf, kau siapa?" tanya William bingung.

Wanita itu tersenyum cantik, "Aku adalah Moone. Rusa hitam yang kau ambil hatinya," jawab Moone.

"Apa maksudnyam Kau siluman?" tanya William bingung.

Moone menggelengkan kepala, "Bukan, aku adalah Dewi bulan. Aku menolak pria, dan pria itu mengutukku menjadi rusa hitam. Aku senang saat aku mendengar jika penyelamatku telah lahir lewat kupu kupu ilusi. Aku sudah menantikanmu sejak ratusan tahun lalu," jawab Monne menjelaskan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!