"Diakah orangnya? Pria yang ada dalam mimpiku? Jika benar akan sangat merepotkanku. Bagaimana bisa pria seperti Joseph menjadi suamiku? Sangat menjengkelkan. Aaahhh ... aku akan melawan takdirku. Aku tidak ingin menikahi pria dengan sifat buruk seperti Joseph," dalam hati Maleas.
Joseph berjalan berdampingan dengan Maleas. Sesekali melihat ke arah Maleas. Joseph mengerutkan dahinya, banyak pertanyaan muncul dalam pikirannya.
"Siapa wanita ini? Dia dengan begitu mudah mengendalikanku. Aku bahkan merasa tidak berdaya dihadapannya. Sial! Wanita ini sangat menyebalkan. Aku akan ikuti permainanya. Jika dia berani mempermainkanku, aku akan memberinya pelajaran. Aku akan mencabik cabik tubuhnya," dalam hati Joseph.
Maleas menatap Joseph, Joseph terkejut karena tertangkap basah sedang mengamati Maleas. Joseph dengan cepat memalingkan wajah berpura-pura tidak melihat apa-apa. Maleas juga memalingkan wajahnya, memasang wajah kesal.
"Kenapa melihatku?" tanya Maleas dingin.
"Jangan salah paham. Aku tidak sengaja melihatmu. Kau adalah wanita jelek yang menyebalkan. Aku tidak akan terpikat dan terpedaya olehmu," kata Joseph.
"Oh, benarkah? Aku pegang kata-katamu. Jangan sampai ucapanmu kau tarik kembali. Wanita mana yang tahan dengan pangeran angkuh sepertimu. Jangan karena kau tampan, kau bisa melakukan apa yang kau mau. Tidak semua bisa kau dapatkan dengan pemampilan dan paras wajahmu yang mulia pangeran Joseph," kata Maleas meluapkan kekesalannya.
Joseph melebarkan mata dan merasa kesal, "Kau meremehkanku?" tanya Joseph.
"Tidak! Aku mana berani. Kau adalah pangeran, sementara aku hanya seorang pengembara biasa. Aku masih inginkan kebebasanku. Aku tidak ingin berakhir dipenjara karena meremehkan anggota kelaurga Kaisar," jawab Maleas santai.
"Baguslah. Jika ingin selamat, maka kau harus jaga ucapanmu," sahut Joseph.
"Berlaku juga untukmu. Jika ingin di hormati jaga sikapmu yang mulia," balas Maleas.
Joseph terdiam merasa kalah sebelum berperang. Lagi-lagi Joseph dibuat kesal oleh Maleas. Ia ingin marah, tapi saat ingat Maleas bisa membakarnya, Joseph urung untuk marah.
"Wanita ini benar benar membuatku kesal. Sesampainya di istana, aku akan membunuhmu wanita iblis! Bisa-bisanya aku kalah dari wanita sepertimu. Kau sangat menyebalkan Maleas," dalam hati Joseph.
Joseph dan Maleas terus berjalan menuju kerajaan Octophius. Sepanjang perjalan mereka tak lagi bicara. Joseph masih menyimpan kekesalannya. Sedangkan Maleas ingin segera sampai dan menghadap sang raja. Mengutarakan maksud kedatangannya.
***
Baru saja memasuki gerbang istana, aura jahat dirasakan Maleas cukup kuat. Maleas berhenti sejenak mengamati sekeliling istana. Joseph menghentikan langkah menatap Maleas yang sedang berdiri dengan menutup mata.
"Istana ini memiliki banyak kutukan. Ada banyak masalah dan kekacauan yang terjadi," kata Maleas membuka matanya.
"Ya, kau benar. Banyak masalah, pertikaian, dan peperangan," jawab Joseph.
"Kalau begitu, cepat tunjukan di mana Kaisar dan Permaisuri Octophius," kata Maleas memerintah.
"Hm, ikuti aku." ajak Joseph.
Joseph mengibaskan jubahnya, berjalan menuju suatu tempat. Maleas tetap waspada, Maleas melihat sekeliling dan berjalan mengikuti Joseph. Langkah Joseph terhenti di suatu tempat, yang tak lain adalah kasti tempat tinggal Kaisar dan Permaisuri. Joseph mendekati penjaga dan bertanya mengenai Ayah dan Ibunya. Penjaga sempat terkejut meluhat Joseph, karena Joseph sedang dicari-cari oleh para kesatria atas perintan Kaisar.
"Katakan kepada Ayah dan Ibu, aku datang menghadap dan membawa seorang tamu." Kata Joseph.
"Maaf, pangeran. Saat ini Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri sedang pergi meninggalkan istana," kata Penjaga.
Joseph terkejut, "Apa? Apa yang kalian katakan? pergi ke mana?" tanya Joseph.
"Maafkan hamba, pangeran. Kaisar dan Permaisuri sepertinya pergi mencari anda dan pangeran William," jawab pengawal.
"Kapan Ayah dan Ibu pergi?" tanya Joseph lagi.
"Tidak lama setelah anda pergi dari istana. Kaisar membawa Permaisuri pergi ke arah utara dengan menunggang kuda," jawab pengawal.
Joseph terdiam, tangannya mengepal erat. Maleas mendekati Joseph dan bertanya. Joseph hanya diam dan berjalan, Maleas tidak mengerti ada apa dengan Joseph. Saat Maleas bertanya Joseph hanya diam dan diam. Maleas kesal dan berhenti dari langkahnya, Mulut Maleas bergerak merapal mantra. Tiba tiba saja Joseph merasa kepanasan. Joseph menghentikan langkahnya seketika.
"Aaahhh.. " teriak Joseph. Yang merasaka tubuhnya seperti terbakar.
Maleas mendekati Joseph dan terus menatap Joseph. Maleas tersenyum dingin kepada Joseph.
"Kau itu menyebalkan sekali. Jangan membuatku terus bertanya. Jika kau ingin mati aku akan mengambulkan keinginanmu," kata Maleas kesal.
"Tidak. Aku tidak ingin mati. Tolong lepaskan aku. Aku kan ceritakan semua kepadamu di kastilku," jawab Joseph.
Maleas terdiam. Maleas menjentikan jarinya. Tidak hanya tubuh Joseph yang kepanasan. Kepala Joseph juga terasa sakit seakan kepala akan terpisah dengan tubuhnya.
"Katakan di sini, saat ini juga." desak Maleas.
"Aaaaahhhh ... " teriak Joseph memegang kepala, "Cu-cukup! Hentikan. Aku akan bicara. Aaahhh ... " kata Joseph kesakitan.
"Memohonlah. Jika aku luluh aku akan lepaskan," kata Maleas
Joseph menutup mata menahan sakitnya siksaan dari Maleas. Joseph akhirnya berlutut dihadapan Maleas. Melihat Joseph berlutut, Maleas langsung tersenyum, seketikan tubuh Joseph kembali seperti semula.
"Bagus. Begini baru benar. Cepat katakan, apa yang sebenarnya terjadi." kata Maleas.
"Ayah dan Ibuku pergi ke arah utara. Mencariku dan saudara kembarku," kata Joseph.
"Begitu rupanya. Padahal kau sudah kubawa kembali. Kalau seperti ini, bukankah kita tidak bisa tahu kapan Kaisar dan Permaisuri kembali?" kata Maleas.
"Ya," jawab singkat Joseph.
"Hahh ... " Maleas menghela napas, "Padahal aku sudah susah payah dan buru-buru datang, tapi Kaisar dan Permaisuri justru pergi. Kalau sudah begini, berarti aku hanya harus menunggu saja, kan?" dalam hati Maleas.
Sebuah anak panah melesat ke arah Maleas, dengan cepat Maleas menangkap dan mengahancurkan anak panah tersebut sebelum melukainya. Tangan maleas mengepal etat, Maleas memalingkan wajah dan milihat dua wanita cantik tidak jauh darinya. Joseph menatap arah yang sama dengan Maleas, terkejut melihat kedua istrinya Merych dan Zeira berdiri tidak jauh. Joseph berdiri dan berusaha menenangkan Maleas.
"Tenangkan dirimu, mereka adalah istriku." kata Joseph.
Maleas kaget, "Hah ... apa kau bilang? Mereka istrimu?" tanya Maleas menatap Joseph.
"Ya, mereka istriku. Kenapa kau terkejut? Tenang saja aku belum menyentuh mereka. Kau lebih menarik dibandingkan mereka," bisik Joseph menggoda Maleas.
"Hei, tutup mulutmu! Atau aku akan merobeknya," kata Maleas kesal.
Joseph tersenyum, "Ya, baiklah. Aku akan diam. Jangan sakiti mereka. Karena mereka adalah keluargaku. Kau mengerti, kan?" kata Joseph meminta pada Maleas.
Maleas menatap Merych dan Zeira. Terlihat Merych dan Zeira kesal Joseph yang merupakan suami mereka berdiri di samping Maleas. Merych dan Zeira seperti sedang cemburu.
"Siapa kau? Dan apa tujuanmu?" tanya Merych.
Maleas tersenyum dingin, "Kedatanganku tidak ada urusan dengan kalian. Jangan ikut campur. Lagipula aku datang bukan untuk menemui kalian," jawab Maleas.
Zeira menatap Joseph, "Tanku, siapa wanita disisimu?" tanya Zeira kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments