Moone berdiri di bawah sebuah pohon yang rindang, menunggu datangnya seseorang. Malam begitu mencengkam. Waktu yang tepat bagi sang penghisap darah untuk mulai berburu mangsa. Setelah lama Moone menunggu, akhirnya seseorang yang ditunggu-tunggu itu datang. Seseorang itu mendekati Moone dan memeluk Moone dari belakang.
"Aku merindukanmu sayang," ucap seseorang itu.
Moone melepas tangan kekar yang melingkar di perutnya. Moone membalikkan tubuhnya menatap seseorang yang sudah memeluknya.
"William, kau akhirnya datang?" Suara lembut Moone.
William mengangguk, mengusap kepala Moone. "Kau membuatku putus asa Moone. Mengapa kau pergi?" Tanya William.
"Dengar, jika aku tidak pergi. Bagaimana kau bisa tau kebusukan Corry? Maafkan aku sayang. Aku terpaksa meninggalakanmu." Jawab Moone.
"Sampai kapan kita terus seperti ini? Aku sudah tidak tahan lagi Moone," William kembali mengeluh.
Moone tersenyum, "Bersabarlah. Kita pasti akan kembali bersama. Aku perlu menyelidiki Corry lebih lagi. Corry sudah diperbudak oleh ambisinya mengusai Octophius," Moone kembali menjelaskan.
William menarik tangan Moone untuk ikut dengannya. Moone mengikuti William, ia segera menggendong dan membawa Moone naik ke atas pohon. William duduk di dahan pohon yang besar, memeluk Moone dari belakang.
"Kau tidak kembali ke Octophius?" Tanya Moone.
"Tidak! Aku ingin disini bersamamu." Jawab William. "Aku sangat merindukanmu, sangat sangat rindu." William mengeratkan pelukannya.
Moone meraba dan memegang erat tangan William. Moone tersenyum, merasa senang dapat kembali bertemu William.
William menopangkan dagunya ke bahu Moone. "Ayo kita ke istana bulan," ajak William pada Moone.
"Untuk apa? Aku ada di sini, siapa yang kau cari di istana bulan? Jawab Moone.
"Jangan berpikir macam-macam, William. Jangan sampai Corry tau jika kita bertemu dan aku sudah bangun dari tidur panjangku. Jika sampai Corry tau, maka apa yang aku lakukan selama ini akan sia-sia. Kau mengerti?" Kata Moone, mencoba membujuk William.
Moone memalingkan wajahnya, ia tersenyum menatap William. William tak bisa menolak pesona kecantikan Moone. William meraba wajah Moone, mencium lembut bibir Moone. Moone menutup mata merasakan ciuman William, sekian lama akhirnya bisa merasakan kembali keintiman yang sama seperti dulu.
Sesaat kemudian ciuman mereka berakhir. William kembali memeluk Moone, William memeluk Moone dengan erat.
"Sayang, sepertinya Joseph sudah mengenaliku. Apa aku harus membuka penyamaranku?" Tanya Moone, Moone melepas pelukan menatap William.
"Tidak! Jangan lakukan itu. Jika Jose tau semua akan kacau. Berusahalah untuk menghindar. Aku dan Corry sudah menerima perintah ayah untuk datang ke dunia luar. Sebelum kami datang, kau harus bisa melakukan tugasmu dengan baik. Selidiki siapaa orang-orang yang ditemui Corry." Jawab William.
William mengendus sesuatu, Moone mengerutkan kening dan bertanya. "Ada apa?" Tanya Moone penasaran.
"Aku mencium sesuatu. Seperti aroma Corry." Jawab Willliam.
William mendekap Moone, menyamarkan aroma tubuhnya juga Moone. Moone melihat sesuatu dari kejuahan, seseorang berjalan dan di sambut oleh seseorang. Moone memberitahu William.
"Sayang lihat, itu seperti Corry." Bisik Moone.
William menatap ke arah yang dimaksud oleh Moone, matanya melebar. "Ayo kita ikuti." Ucap William.
"Mengikuti? Bagimana caranya?" Tanya Moone kebingungan.
William tersenyum, William mempunyai sebuah rencana. William mengirim mata-mata untuk mengintai. William meminta kelelawar pengawalnya untuk mengintai Corry dan orang asing yang bertemu Corry.
William ternyata sudah menyiapkan semuanya. Keduanya hanya butuh menunggu laporan dari kelelawar pengintai.
Moone cemas dan khawatir, Moone terus menatap William. William berbalik menatap Moone, pandangan mata mereka saling bertemu.
"Ada apa sayang?" Tanya William.
Moone menggeleng, "aku terkejut, dalam situasi seperti ini kau masih bisa setenang ini. Kau tidak khawatir sedikit pun?" Tanya Moone.
"Tenanglah, mata-mataku selalu terhubung denganku. Begitu ada apa-apa kita langsung bergerak. Oke?" kata William tenang. Ia menempelkan keningnya ke kening Moone.
"Aku tidak bisa tenang. Apakah Corry akan melakukan hal buruk?" tanya Moone khawatir.
William diam saja. Karena ia juga tidak tahu apa yang akan dilakukan Corry. Selama ini Corry selalu bertindak hati-hati dan bermain bersih, tanpa jejak. Sehingga siapapun tak akan menyangka kalau Corry ternyata adalah seorang pengkhianat.
***
Di suatu tempat rahasia. Corry dan seseorang bertemu, Corry dan seseorang itu tidak sadar jika sudah diikuti. Kelelawar pengintai milik William yang sudah terlatih. Bahkan memiliki kekuatan spesial bisa menyamar menjadi bayangan yang tidak terlihat. Kelelawar itu juga penghisap darah, tidak jauh berbeda dengan majikannya.
Corry berpakaian tertutup, mengenakan sebuah jubah. Corry membuka penutup kepalanya dan tiba-tiba saja berlutut.
"Yang mulia, maafkan hamba datang terlambat." Ucap Corry menunduk, seperti merasa bersalah.
"Bangunlah Corry. Tidak apa-apa. Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik. Bagaimana langkah selanjutnya? Kau sudah mencuci pikiran kedua putri itu?" Tanyanya dengan nada suara yang dingin.
"Sudah yang mulia, mereka sudah berhasil masuk dalam kendali saya. Mereka berdua akan mengikuti setiap kata yang saya perintahkan." Jawab Corry.
"Hahaha ... bagus. Aku sangat senang. Aku akan mendapatkan istana Octophius cepat atau lambat! Kau lakukan sesuai rencana, kau bisa mulai dengan meracuni Kaisar dan Permaisuri. Buatlah mereka tertidur, lalu kita hancurkan kedua pangeran." Dengan senyuman licik seseorang itu berbicara. Dia tertawa senang membayangkan kemenangannya.
"Baik yang mulia, hamba akan lakukan sesuai perintah anda. Hamba mohon undur diri, Tuanku." Pinta Corry.
Seseorang itu melambailan tangannya pertanda jika dia menyetujui ucapan Corry. Corry dan seseorang itu berpisah, Corry berjalan mundur beberapa langkah dan berbalik pergi sembari mengenakan kembali tudung kepala jubahnya. Seseorang yang bersama Corry juga tiba-tiba saja menghilang berubah menjadi asap.
***
Kelewar milik William kembali kepada William, kelelawar itu bergelantung di sebuah ranting. Matanya bercahaya merah, menatap William. William mengangguk dan tersenyum.
"Moone ikutlah bersamaku. Ayo, kita kembali ke kerajaan Octophius. Aku harus segera memperingatkan Ayah dan Ibu mengenai kejadian ini." Ucap William.
"Apa? Apa yang terjadi pangeran?" Lagi-lagi Moone kebingungan.
"Soal itu, akan aku jelasakan nanti di istana. Oh, kau akan aku samarkan terlebih dulu agar aku lebih mudah membawamu. Jangan bergerak, tutup matamu." Perintah William.
Moone mengangguk, menutup matanya. William merapal mantra sihir dan mengubah Moone menjadi kelelawar.
"Tidak ada banyak waktu, sebelum Corry kembali aku harus sudah kembali ke Octophius." Guman William.
Kelelawar mata-mata milik William dan Corry bersembunyi di dalam jubah kebesaran William. William harus segera kembali ke istana Octophius untuk menyampaikan kabar berita yang didengarnya malam itu. Ia tidak boleh terlambat selangkahpun dari Corry.
William tiba-tiba menghilang bersamaan dengan hembusan Angin. William bergerak cepat, tidak ingin Ayah dan Ibunya sampai terluka. Karena target awal Corry adalah melumpuhkan pertahan kerajaan lebih dulu, George dan Lovely bagaikan pilar menyangga istana, jika keduanya sampai celaka maka pusat kekuatan kekuasaan juga akan goyah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments