Setelah sekian lama mencari-cari, akhirnya William menemukan ujung pertama, yaitu ujung utara. Namun, ia masih kebingungan menemukam keberadaan bunga peri. Ia bertanya-tanya dalam hatinya, dimana bunga peri? Ia lantas menyusuri tanaman yang ada di sekitar ujung utara, tetapi tidak menemukan apa yang dicarinya.
"Aku sudah mencarinya ke mana-mana. Namun, masih belum menemukan keberadaan bunga peri," dalam hati William sedih. Ia hampir saja putus asa.
William duduk bersandar pada salah satu pohon. Menatap dengan pandangan kosong. Ia memikirkan Ibunya yang terbaring sakit.
"Bagaimana dengan ibu? Apa ibu baik baik saja? Aku merindukannya," ucap William memejamkan mata.
William merasakan semilir angin. Ia segera membuka mata dan melihat ada kilat cahaya tak jauh darinya. Ia berdiri dan berjalan mengikuti kilat cahaya itu. Perlahan-lahan William melangkah dan membuka dedaunan yang menyeruak menutupi jalan setapak yang dipijaknya. Ia tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, matanya melebar, saat melihat bunga putih bercahaya di atas sebuah batu besar.
William tersenyum, "Akhirnya aku menemukan bunga peri," ucapnya senang.
Ia mendekati bunga peri dan akan meraihnya. Namun, tiba-tiba muncul sesuatu yang mengagetkannya.
"Kau inginkan bungaku?"
William melihat di hadapannya ada seorang wanita cantik, tubuhnya bersinar terang.
"Ya," jawab William tanpa ragu.
"Siapa kau? Dan apa alasa mu menginginkan bungaku?" tanya wanita itu.
"Aku William. Aku datang jauh ke sini untuk mencari penawar. Ibuku terluka dan hanya dengan bunga peri beliau baru bisa disembuhkan. Apakah aku boleh mengambil bunga peri?" tanya William meminta izin pada wanita itu.
"Boleh saja, asal kau memenuhi satu syarat dariku," kata wanita itu.
William mengerutkan dahi, "Syarat? katakan saja, apa itu?" tanya balik William.
"Jadialah tuanku, dan bawa aku selalu bersamamu," kata wanita itu.
William melebarkan mata, "Apa? kau ingin aku menjadi tuanmu? Untuk apa? Dan siapa kau? Mana mungkin aku membawa sebarang orang bersamaku," jawab William tanpa basa basi.
Wanita itu tersenyum cantik, "Aku adalah peri Corry. Peri penjaga bunga peri. Aku akan jadi perisaimu. Jadi, kau tidak perlu cemaskan akan ada hal buruk yang terjadi, saat kau membawaku. Bagaimana? Apakah kau masih menganggapku sembarang orang?" jawab wanita itu.
William diam sesaat. Ia tidak tahu maksud Corry mengatakan itu, tapi ia tidak bisa melewatkan kesempatan mendapatkan bunga peri.
William menatap Corry, "Baiklah, aku akan membawamu bersamaku. Namun, aku tak bisa menjanjikan apapun padamu, karena membawamu bukanlah keinginanku sejak awal. Aku hanya ingin membawa bunga peri saja. Apa tidak masalah jika seperti itu?" tanya William.
"Ya, begitu juga tidak masalah. Yang terpenting, aku bisa selalu bersamamu," jawab Corry.
Peri Corry mencabut bunga peri. Dan menggengamnya erat. Ternyata Corry mengubah bunga peri menjadi cairan dalam botol agar mudah dibawa.
Corry memberikan cairan bunga peri pada William, "Ini, ambil dan simpanlah. Aku sudah mengubah betuknya mencari cairan, agar mudah kau bawa," jelasnya.
William menerima pemberian peri Corry dan berterima kasih. Tidak lama ia melihat peri Corry berubah menjadi cahaya dan mengelilinginya.
"Apa yang terjadi?" tanya William.
"Bukan apa-apa. Karena aku tidak bisa bergerak leluasa saat menjadi bentuk manusia. Aku akan mengikutimu menjadi bentuk cahaya seperti ini," jawab Corry.
"Oh, begitu. Aku harus ke sisi ujung satunya. Ujung selatan. Apa kau bisa menunjukkan jalan dan menuntunku, Peri Corry?" tanya William.
" Tutup matamu, Tuanku. Aku akan membawamu ke ujung selatan tanpa perlu kau berjalan jauh melewati jalanan berliku," kata Corry meminta William mengikuti ucapannya.
"Ya, aku akan mengikuti ucapanmu. Ku harap kau benar-benar bisa membawaku ke sana," kata William ragu-ragu.
William menutup matanya dan Peri Corry mengelilingi tubuh William, tubuh William perlahan menghilang seperti angin. Saat membuka mata William sudah ada di sisi ujung selatan.
William melihat sekeliling, "Apa aku sudah di ujung selatan, peri Corry?" tanya William penasaran. Ia melihat tempat asing yang jauh berbeda dengan ujung utara.
"Ya. Ini adalah ujung selatan. Aku tidak mungkin membawa Tuanku ke lain tempat," jawab peri Corry.
William terdiam. Lagi-lagi ia berpikir, apakah ia bisa percaya ucapan Corry, meski Corry adalah seorang peri? namun, ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya dan membuat Corry kecewa.
"Ya, baiklah. Aku akan percaya padamu. Terima kasih, karena sudah membawaku ke sini," kata William.
William menyusuri jalan setapak di hadapannya. Kali ini ia mencari keberadaan rusa hitam. Penawar lain yang diperlukan untuk menyelamatka nyawa sang Ibu.
Tiba-tiba saja, angin bertiup kencang, san langit berubah menjadi memerah. William melihat bulan purnama bersinar terang. Dari jauh William melihat sesuatu berjalan perlahan mendekat ke arahnya Dan itu adalah Seekor rusa berwarna hitam dengan corak putih dan bertanduk emas.
"Rusa hitam?" gumam William.
"Akhirnya kau datang tuanku, aku sudah lama menunggumu."
William kaget, "Kau bisa bicara? Kau menungguku?" tanyanya bingung.
"Ya, Tuanku. Ambillah apa yang kau inginkan. Waktumu tidak banyak. Jika bulan purnama menghilang apa yang kau inginkan tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya dan kau harus menunggu lagi di malam purnama selanjutnya," kata rusa hitam itu mentap William.
"Kau tahu, apa yang kuinginkan, wahai rusa hitam?" tanya William.
"Ya, aku tahu. Kau ingin hati dari rusa hitam, bukan?" jawab rusa hitam itu.
William menatap rusa cantik dihadapannya. Ia bingung, bagaimana bisa ia tega membunuh rusa cantik itu? Namun, William sangat membutuhkan hati rusa itu. William mendekati rusa cantik di depannya dan memeluknya erat.
"Maafkan aku, aku hanya ingin menolong ibuku. Aku sungguh minta maaf, rusa hitam. Kau boleh menghukumku, kalau kau ingin. Maafkan aku," kata William sedih.
"Tidak apa-apa, Tuan. Tolong, cepat lakukan. Waktunya akan segera berakhir," kata rusa hitam itu.
William mengeluarkan pisau dari jubahnya. Rusa hitam pun bersimpuh, seakan sudah siap menyerahkan nyawanya. William mengusap kepala rusa hitam, ia menutup matanya dan langsung menghujam perut rusa hitam itu.
William akhirnya melakukan hal yang belum pernah dilakukan selama ini. Ia segera mengambil hati rusa hitam. William merasa sedih, saat melihat rusa hitam yang terkulai tidak berdaya di depannnya.
Tidak beberapa lama, sesuatu terjadi. Muncullah kabut dan kabut itu menutupi rusa hitam. Sekejap kemudian kabut itu menghilang. William melihat wanita cantik dengan senyuman perlahan datang ke arahnya dan langsung memeluknya erat.
"Terima kasih," ucap wanita cantik yang memeluk William.
William segera melepaskan pelukan, "Maaf, kau siapa?" tanya William bingung.
Wanita itu tersenyum cantik, "Aku adalah Moone. Rusa hitam yang kau ambil hatinya," jawab Moone.
"Apa maksudnyam Kau siluman?" tanya William bingung.
Moone menggelengkan kepala, "Bukan, aku adalah Dewi bulan. Aku menolak pria, dan pria itu mengutukku menjadi rusa hitam. Aku senang saat aku mendengar jika penyelamatku telah lahir lewat kupu kupu ilusi. Aku sudah menantikanmu sejak ratusan tahun lalu," jawab Monne menjelaskan.
Mendengar penjelasan Moone, William menjadibsemakin bingung. Ia dihadapkan pada kenyataan sulit.
William terkejut, "Hah ... penyelamat? Aku?" tanya William kebingungan.
Moone tertawa, "Hahaha ... nanti kau juga akan mengerti. Ayo, kita harus cepat. Agar ibumu bisa selamat," kata Moone.
William menatap Moone, "Apa kau akan pergi bersamaku?" tanya William lagi.
Moone menganggukkan kepalanya pelan, "Ya, jika kau mengijinkan aku bersamamu. Apa kau berkenan membawaku, Tuanku?" tanya Moone.
"Apa lagi ini? sebelumnya Peri Corry, dan sekarang Moone. Apakah aku harus membawa mereka?" tanya William dalam hatinya.
"Itu ... aku menyuakai rusa hitam yang aku bunuh tadi. Jika kau memang rusa hitam itu, ikutlah bersamaku. Satu hal yang harus kau tahu, ikut bersamaku artinya kau harus mematuhi aturanku. Apa kau mengerti, Moone?" tanya William ragu-ragu.
Moone menundukkan kepelanya dengan anggun, "Baik, Tuanku. Apakah aku boleh meminjam tanganmu sebentar?" tanya Moone.
William memberikan tangannya tanpa ragu. Moone memegang tangan William dan mengecup punggung tangan William. Cahaya terang menyinari tangan William. Moone dan William melepas tangan masing masing. Moone melihat di tangannya ada tanda bergambar kupu kupu. Begitu juga William, gambar yang sama juga ada ditangannya. William menatap Moone dan bertanya apa yang Moone lakukan padanya? Dan Monne pun menjelaskan apa arti dari tanda itu.
"Tanda apa ini?" tanya William.
"Itu adalah tanda ketulusan dan keabadian, Tuanku. Selamanya kau akan terikat dengan Moone," jawab Peri Corry yang muncul berwujud cahaya.
William menatap Moone, "Apa ini semacam kontrak?" tanyanya.
"Ya, anggaplah demikian. Dengan adanya tanda ini. Kita sudah terikat satu sama lain. Saat kau berada dalam bahaya, tanda ini akan memperingatkan. Begitu juga sebaliknya. Jika aku dalam bahaya, maka tandamu akan bersinar," jelas Moone.
"Aku tak memintanya. Kenapa kau lakukan ini padaku?" tanya William.
"Karena hanya dengan ini, aku bisa membuktikan ketulusanku. Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu yang sudah melepaskan kutukanku. Aku berjanji, aku tidak akan menyusahkanmu, " kata Moone.
William menghela napas panjang, "Ya, baiklah. Ayo, kita harus pergi. Aku sudah cukup lama membuang waktu," kata William.
Sebelumnya, peri Corry sudah mengubah hati rusa menjadi cairan dalam botol dan memberikannya pada William. Dengan itu penawar yang dicari William sudah lengkap. Kini ia hanya perlu kembali ke kerajaan dan menyembuhkan sang Ibu. William berharap Ibunya segera pulih, agar perjalannya mencari penawar selama bertahun-tahun tidak akan menjadi sia-sia.
***
William mengandeng tangan Moone dan berjalan menyusuri hutan. Ia harus segera masuk hutan ilusi.
William menghentikan langkah kakinya, " Peri Corry, di mana kita? Di mana hutan ilusi?" tanya William.
"Lihatlah dengan jelas, Tuanku. Hutan ilusi ada di depan," jawab Peri Corry.
William melihat kabut hitam tebal. William pun berjalan ke arah cahaya bersama Moone dan peri Corry. William merasa senang karena ia akan segera kembali.
"Ya, ini adalah hutan ilusi aku bisa merasakanya. Ayo, cepat!" kata William.
"Tuanku, Kau tampak senang. Kau juga terlihat sangat menyayangi ibumu?" kata Moone.
"Ya, aku sangat menyayangi ibuku. Ibu adalah wanita pertama dalam hatiku. Dan ... " kata-kata William terhenti.
"Dan ... "sambung Moone.
"Sudahlah. Lupakan saja. Ayo, kita pergi. Aku harus segera membawa penawar pada Ibu," jawab William.
"Aku tidak mungkin berkata jika dia adalah perempuan ke dua setelah Ibu, kan? Aku sangat malu. Bagaimana bisa pikiran aneh itu muncul dalam kepalaku?
Tapi apa yang harus aku katakan kepada Ayah? Apa aku harus bilang jika Moone temanku? Atau aku bilang saja istriku? Tapi aku dan Moone masih belum menikah. Ahh sudah.. nanti saja dipikirkan. Aku harus cepat," batin William.
***
William menghentikan langkahnya. Ia melihat istana kerajaan Octophius di hadapannya.
"Moone, Coory, inilah Kerajaan Octophius. Rumahku," kata William.
Moone terkejut, "Ah, jadi ... kau seorang pangeran? aku baru tahu ini," kata Moone.
"Selamat datang kembali," kata Corry.
William tersenyum tampan. Moone yang melihat senyuman William pun langsung terpesona dan jatuh hati.
"Tampan sekali. Aku beruntung," dalam hati Moone.
"Maaf, Pangeran. Mungkin aku akan merepotkanmu," kata Moone.
"Tidak apa-apa. Aku akan membantumu membiasakan diri di sini. Ada peri Corry juga yang bisa membantumu selain aku," jawab William.
William melangkah memasuki pintu utama istana. Ia langsung menunjukkan tanda pengenalnya, dan penjaga pintu utama memberikannya jalan. William tersenyum senang, sekian lama meninggalkan istana, akhirnya ia berhasil kembali.
William masuk dalam Aula. Kaisar menyambutku dengan pelukan hangat.
"Pangeranku, kau akhirnya kembali. Maafkan Ayah, yang sudah menyusahkanmu. Maaf, " kata Kaisar.
William mengeratkan pelukan, "Maaf, Ayah. Putramu ini terlalu lama pergi. Seharusnya aku bisa kembali lebih cepat," kata William.
"Tidak apa-apa, Anakku. Kau lah penolong ayahmu ini," jawab Kaisar. Kaisar melihat Moone, "siapa dia?" tanya Kaisar.
"Saya Moone, Yang Mulia." Kata Moone menunduk kilas dan tersenyum cantik.
"Nanti akan aku jelaskan. Lebih baik sekarang kita obati ibu dulu," kata William.
William dan Kaisar juga Moone masuk ke dalam kastil Permaisuri. William melihat sang Ibu terbaring di ranjang. Ia tampak sedih, Moone menggenggam erat tangan William berusaha menghibur.
William mendekati sang Ibu, ia memberikan dua botol yang ia dapatkan pada Dokter istana. Dokter mencampur dan meminta Kaisar membantu meminumkan pada Permaisuri. Penawar telah di berikan, tapi tak ada reaksi apapun.
"Peri Corry, kau di mana?" tanya William dalam hati.
"Aku ada di sini," jawab Corry berbisik di telinga William.
"Kenapa Ibuku belum bangun?" tanya William dalam hati.
Corry berbisik, "Bersabarlah, Tuanku. Penawarnya perlu waktu bekerja."
Pada saat itu, Corry merubah dirinya menjadi kecil seukuran ibu jari tangan. Tak ada yang bisa melihatnya kecuali William. Cahaya tubuh Corry yang menyilaukan mata bisa membutakan mata seseorang yang melihatnya. Karena itu Corry hanya bisa menampakkan diri pada William.
Tidak beberapa lama, William melihat Ibunya perlahan membuka mata, dan sang Ibu tiba tiba saja muntah. Terlihat darah berwarna hitam pekat. Itu adalah racun yang ada di dalam tubuh Ibu William.
"Istriku, kau sudah sadar?" tanya Kaisar menatap Permaisurinya.
Permaisuri menatap suaminya, "Suamiku ..." panggil Permaisuri.
"Syukurlah. Kau baik baik saja sekarang, " kata Kaisar. Langsung memeluk dan mencium puncak kepala istrinya.
Permaisuri melihat sosok yang tak asing dan memanggilnya sebagai Putraya. Ia segera melepaskan pelukan suaminya. Ia memanggil putranya denga suara lemah lembut.
"Ya, Ibu. Aku di sini," jawab William. Berjalan mendekat dan tersenyum.
Permaisuri terkrjut, "Kau ... William?" tanya Permaisuri
"Ya, Ibu. Ternyata Ibu mengenaliku," kata William.
"Ya, mata dan auramu berbeda dengan Jose. Di mana, Jose?" tanya Permaisuri menatap William.
"Istriku, biarkan William istirahat," kata Kaisar. Iamenatap William, "Lebih baik kau beristirahat dulu kastelmu. Ajak dia bersamamu," kata Kaisar.
"Baik, Ayah."
William dan Moone pergi meninggalkan kamar tidur Ibunya. Ia pergi ke kastilnya sendiri. Di dalam kastil William langsung merebahkan tububnya di ranjang. Ia mengatur nafasnya dalam-dalam. Akhirnya William mendapatkan kenyamanan yang sudah lama ia rindukan.
Moone berjalan berkeliling kamar William. Ia terlihat senang. Ia tidak sangka kamar William begitu besar dan sangat rapi.
Moone mendekati William, "Tuanku, apa ini? Aku tidak mengerti tulisan di sini," tanya Moone.
"Lupakan itu dan istirahatlah. Apa kau tidak lelah?" tanya William.
"Apa aku boleh berbaring di sampingmu?" tanya Moone.
William menggeser posisinya sedikit menepi, "Ya, berbaringlah. Tempat tidur ini sangat luas," kata William.
Suasana tiba-tiba menjadi hening. Moone dan William saling diam. Mereka tidak tahu harus membicarakan apa lagi sebagai bahan perbincangan. Sampai akhirnya keduanya memilih untuk tidur.
Pangeran Joseph ternyata juga kembali pulang ke istana Octophius setelah pengasingan yang lama. Ia telah menjalani masa hukumannya. Semua menyambut kedatangan pangeran Joseph.
Joseph berlulut, "Joseph datang memberi hormat kepada Kaisar dan Permaisuri Octophius," ucapnya memberikan salam pada Ayah dan Ibunya.
Permaisuri mendekati putranya dan membatu putranya itu berdiri. Ia lantas memeluk putrnya dengan erat.
"Putraku sayang, apa kau baik-baik saja?" tanya Lovely, Permaisuri istana Octhopius.
"Ya, Ibu. Aku baik-baik saja. Maafkan aku, ibu. Aku sudah melukai Ibu," kata Joseph.
Lovely melepas pelukannya, "Ya, Ibu sudah memafkanmu. Ayo, kita masuk. Ada banyak hal yang ingin Ibu dengar darimu selama kau berada di luar istana," kata Lovely. Mengajak putranya masuk ke dalam aula istana.
Joseph, Lovely dan George pun berjalan masuk menuju aula istana. Di aula istana, semua pelayan dan bawahan George bersiap menyambut kedatangan Pangera kedua Octhopius. Joseph merasa terharu dan senang. Ternyata ia masih di ingat sebagai pangeran Octophius oleh semua orang.
"Selamat datang, Pangeran Joseph."
"Selamat datang kembali, Pangeran Joseph."
Semua orang bersorak ataa kembalinya Pangeran kedua Octophius dan memberikan ucapan selamat datang. Joseph berterima kasih, atas penyambutan semua orang. Ia berkata, ia senang karena sudah disambut.
"Istirahatlah dalam kastilmu pangeranku. Ibu akan memanggilmu nanti," kata Lovely.
"Baik, Ibu. Terima kasih," kata Joseph.
Joseph berjalan ke kastilnya. Ia melihat sekeliling istana, saat dalam perjalanan menuju kastilnya.
"Sekian lama berlalu, aku akhirnya kembali ke istana ini. Aku merindukan semua hal yang ada di istana ini," dalam hati Joseph.
Dalam perjalanan menuju kastilnya, Joseph teringat akan William. Ia mendengar, jika William telah kembali dan berhasil menemukan penawar untuk Ibu mereka. Joseph bergerak cepat menuju kastil William. Joseph naik ke atas pohon yang ada di dalam halaman kastil William. Diam-diam Joseph mengamati. Ia menutup matanya dan mendengarkan suara di dalam kastil William. Joseph mendengar sesuatu, William dan seorang wanita. Mereka sedang tertawa bersama.
Joseph membuka matanya, "Ah, rupanya kau sedang bersenang-senang William. Sedangkan aku menderita di pengasingan. Kau hebat sekali," dalam hati Joseph.
Joseph melihat pintu kastil terbuka dan seorang wanita keluar. Joseph tertegun, melihat seorang wanita cantik berjalan anggun dari kastil William menuju dapur istana. Karena penasaran, Joseph pun mengikutinya. Joseph penasaran dengan wajah dari wanita tersebut.
"Dari belakang saja sudah cantik," dalam hati Joseph. Pikirannya sudah melayang ke mana-mana saat memperhatikan bentuk tunuh Moone.
Di dapur. Joseph melihat Moone sibuk menyiapkan sesuatu. Moone ingin meraih sesuatu di atas lemari. tapi tidak sampai. Dengan cepat Joseph datang dan mrmbantu Moone mengambilkan apa yang dibutuhkan Moone, lalu memberikannya.
Moone terkejut. Ia menatap lekat ke arah Joseph. Bertatapan dengan Moone, mata Joseph langsung melebar.
"Luar biasa, benar benar cantik. Mataku tak bisa berpaling darinya," dalam hati Joseph.
Moone tersenyum, "Terima kasih," ucapnya dengan suara lembut.
"Hai, aku Joseph, kau siapa?" tanya Joseph.
"Aku Monne," jawab Moone.
Joseph langsung mendekati Moone. Ia mencium aroma di samping leher Moone. Joseph mengerutkan dahinya, ia merasa aneh dengam aroma Moone.
"Siapa wanita ini? dia bukan manusia ataupun vampir. Aromanya sama sekali tidak tercium olehku. Apa penciumanku bermasalah?" dalam hati Joseph.
Joseph menatap Moone, "Siapa kau? kau bukan bangsa kami," katanya menegur Moone.
Moone tersenyum, "Memang bukan. Aku adalah bangsa langit, Dewi bulan. Kau tak akan bisa mencium aromaku, Tuan," jawab Moone.
Joseph mengerutkan dahinya, "Dewi bulan? Kau bergurau? Itu hanya legenda dalam buku," kata Joseph tak percaya dengan identitas Moone.
Moone menganggukkan kepalanya, "Ya, terserah saja kau mau percaya atau tidak. Oh, aku ingin mengatakan sesuatu. Ternyata kau sangat berbeda dengan kakakmu William. Kau penuh aura jahat," kata Moone yang langsung pergi.
Moone pergi meninggalkan Joseph sendirian. Tidak terima dengan perkataan Moone, Joseph langsung menghadang di depan pintu. Mencegah Moone pergi.
Moone menatap Joseph, "Minggirlah, aku mau lewat," kata Moone.
"Apa kau merayu William untuk naik ke ranjangnya?" tanya Joseph mengejek Moone.
"Aku tak perlu melakukan hal rendah seperti itu," jawab Moone dingin.
Joseph tersenyum, "Benarkah? kau pikir aku bodoh? banyak sekali wanita sepertimu yang menempel pada kami yang berkeduduka tinggi. Jujurlah padaku, apa kau ingin menjadi selir William? atau hanya teman tidurnya?" tanya Joseph dengan tidak tahu malu.
Plaaaakkk ... Moone menampar wajah Joseph.
"Jaga bicaramu. Sebagai seorang pangeran, pikiranmu sangat dangkal dan rendah. Kau menyama ratakan semua wanita. Dasar bodoh," kata Moone kesal. Moone manatap tajam dan pergi meningglkan Joseph.
Joseph memegang wajahnya dan marah. Ini pertama kali baginya ditampar oleh wanita. Padahal di pengasingan, ia sangat dihormati. Dan banyak wanita menginginkannya, sampai rela menjadi budaknya.
"Aaargh ... sialan! berani sekali wanita itu menamparku? Dia pikir dia siapa, lihatlah pembalasan akan datang untukmu," kata Joseph mengepalkan tangannya. Ia langsung pergi cepat ke kastilnya dengan penuh murka.
Moone keluar dari samping diding dapur. Ia menatap kepergian Joseph.
Moone tersenyum, "Kau ingin membalasku? Aku akan menunggu. Apa kau pikir aku sepolos itu? Kau sudah membuat tuanku menderita. Aku akan membalas semua perlakuanmu pada tuanku," dalam hati Moone. Ia berjalan perlahan menuju kastil William.
***
Moone adalah Dewi bulan yang mana mempunyai dua sisi. Kebaikan dan kejahatan. Moone bisa bersikap lembut, bisa juga kasar. Namun, Moone memiliki kelemahan. Pada saat bulan purnama penuh. Kekuatan Moone akan menghilang. Dan akan kembali seiring memudarnya cahaya bulan.
***
Di kastil. Joseph yang marah langsung memukul meja disampingnya, hingga kaki meja patah.
"Sialan! Wanita itu benar benar merendahkanku. Dia pandai bicara, apa karena dia tinggal di kastil William lantas seenaknya padaku? Belum tahu siapa yang dia lawan. Berani sekali dia," gumam Joseph.
Joseph mondar mandir memikirkan cara membalas Moone. Ia duduk di kursi dan berfikir keras, lalu kembali memukul meja lagi sampai mejanya hancur.
"Kenapa tidak ada ide? Kenapa semua kosong? Bagaimana ini? Haruskah aku panggil bantuan? Tapi ini hanya soal wanita. Ahhhh.... sial, sial, sial!
Aku harus pikirkan cara membalas wanita itu. Aku sungguh dipermalukan olehnya," kata Joseph murka.
Amarah Joseph tak tertahankan dan membuatnya menjadi lapar. Joseph pergi lewat teras dan keluar dari istana. Ia hendak mencari mangsa. Kebetubtungan berpihak pada Joseph, tidak beberapa lama setelah ia keluar dari istana, seserong datang dan melewati jalan yang sama dengannya. Joseph langsung menyergapnya. Menancapkan taringnya yang tajam ke leher seseorang itu dan menhisap darahnya.
Joseph menghisap darah sampai tubuh mangsanya mengering dan menjadi abu. Ternyata Joseph tak hanya menghisap darah dari mangsanya, tapi juga menghisap energinnya. Ia menjilati sudut bibirnya. Setelah sekian lama, ia akhirya dapat menikamati darah segar manusia. Selama tinggal di pengasingan, Joseph hanya diberi darah hewan. Tentu saja itu membuatnya sangat menderita.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!