10. Pengorbanan William

"Ini.. racun ini.. Joseph sungguh jahat. dia sungguh ingin aku mati?" dalam hati William.

Setelah Wiliam menyalurkan tenaga dalamnya, George kembali sadar. Namun, ia mengerang kesakitan dan Willim tidak tega melihat Ayahnya seperti itu.

"Ayah, maaf! Aku harus melakukan ini untuk menolongmu. Aku menyayangimu Ayah, aku akan menyelamatkanmu," kata William.

"Apa, apa maksudmu, William?" tanya Lovely curiga.

"Ibu, maafkan aku. Aku harus menyelamatkan Ayah sebelum semuanya terlambat," kata William.

William segera mengambil belati dan menyayat telapak tangannya. Terlihat darahnya mengalir, William kemudian menempelkan telapak tangannya pada dada George yang terluka, William berusaha menarik racun keluar dari dalam tubuh George agar racun tersebut masuk dalam tubuhnya sendiri.

Wajah William memerah, perlahan-laham semua racun dalam tubuh George terserap oleh William. Lovely tercengang, sampai ia tidak bisa berkata-kata lagi.

Luka George akhirnya sembuh. Bekas hantaman pun menghilang. Namun racun itu  langsung bereaksi dalam tubuh William. William mundur menjauhi George dan Lovely. Lovely terkejut, melihat hidung dan mulut William mengeluarkan darah segar. Lovely ingin mendekat, William berteriak melarang Lovely mendekat.

"Ibu, jangan mendekat," teriak William Menyeka darah di hidungnya. " ini adalah racun berbahaya. Jika terkena sedikit saja, maka Ibu akan berada dalam bahaya. Maaf, Ayah, Ibu, aku harus pergi. Aku harus menghilangkan racun ini," kata William.

"Tidak, Nak. Jangan pergi," kata Lovely.

William diam tanpa bicara apa-apa lagi. Ia segera berbalik dan berlari pergi, Lovely menatap George, dan langsung  memeluk George. Ia menangisi kepergian William yang entah ke mana.

"Apa William akan baik baik saja?" tanya Lovely.

"Tentu, dia pasti akan baik baik saja," dusta George. Ia terpaksa berbohong agar Lovely tidak semakin sedih.

"Maafkan aku, istriku. Aku tidak bermaksud membohongimu. Bagaimana William akan baik-baik saja? tubuhku saja tidak mampu menahan racun itu. Apalagi tubuhnya William yang lemah? dia pasti akan sangat kesakitan, maka dari itu memilih pergi meninggalkan istana. Maafkan Ayah, William. Kau tak seharusnya berkorban demi Ayah. Joseph, kali ini aku akan menghukummu. Kamu sungguh pembuat onar," dalam hati George.

***

William terus berjalan menuju hutan, tubuhnya semakin melemah. William berhenti dan bersandar di pohon. William muntah darah, William duduk dan manahan rasa sakit di dadanya. Peri Corry muncul di samping William.

"Tuan, apakah tuanku baik baik saja? Biarkan aku melihatnya," kata Corry.

"Aku baik baik saja. Bagaimana denganmu? Apa kau baik baik saja?" Tanya William meraba wajah Corry.

"Aku baik baik saja. Jangan khawatirkan aku. Khawatirkan dirimu, Tuan." jawab Corry sedih.

William menekan dadanya, "Ahh... pergilah Corry. Aku tidak ingin kau melihatku seperti ini," pinta Joseph.

Corry menggelengkan kepala cepat, "Tidak mau. Aku tidak akan pergi ke mana pun. Aku akan di sini. Jangan usir aku, Tuan." kata Corry sedih.

"Maafkan aku, Tuanku. Meski aku harus kehilangam semua kekuatan dan harus menjadi manusia biasa, aku rela. Aku tak ingin melihat Tuanku menderita. Aku sangat mencintaimu, William. Akan berikan seluruh kekuatanku padamu," batin Corry.

Tiba-tiba saja Corry membuka baju William, ia melihat dada William yang sebagian sudah biru kehitaman, racunnya ternyata sudah menyebar. Corry mengumpulkan energinya, William merasakan kekuatan besar, dan berusaha menghentikan Corry.

"Corry, apa yang kamu lakukan? Kenapa kekuatanmu bekumpul pada satu titik?" tanya William menatap Corry.

Corry hanya diam saja, ia akhirnya berhasil mengumpulkan kekuatannya dalam satu titik dan bersiap memindahkan seluruh kekuatannya pada William.

"Maafkan aku, aku hanya ingin menolongmu. Hanya ini yang bisa kulakukan," kata Corry.

Corry menahan kepala William, Corry mencium bibir William, secara bersamaan menyalurkan seluruh kekauatannya pada William. Corry semakin melemah, Corry pun tidak sadarkan diri. William terkejut tubuhnya tidak sakit lagi. Dan racunnya menghilang. William mengusap lembut wajah Corry dan berusaha membangunkan Corry.

"Corry, kenapa kau melakukan ini padaku? Kau memindah kekuatanmu padaku. Lalu bagaimana kamu bisa bertahan?" kata William sedih.

William melepas jubahnya dan menyelimutkan ke tubuh Corry. William mendekap erat tubuh Corry.

***

Setelah cukup lama pingsan, Corry pun sadar, Corry membuka mata perlahan melihat sekeliling. Ia melihat William tertidur di sampingnya, Corry tersenyum cantik. Corry mencium lembut pipi William. William terbangun, menatap Corry dan terlihat panik.

"Corry, kau baik baik saja?" tanya William.

"Ya, aku baik baik saja. Sekarang aku hanyalah manusia biasa. Tidak punya kekuatan dan lemah, aku pasti akan menyusahkanmu. Lebih baik aku kembali ke tempatku berasal," kata Corry.

"Tidak boleh. Aku tidak izinkan kau pergi. Kau adalah istriku, apapun yang terjadi kau harus terus berada di sampingku. Aku  akan manjagamu Corry, jangan pergi meninggalkanku." kata William sedih.

"Aku sangat senang, kau mau melindungiku. Tapi kedepannya pasti akan sulit. Kau harus memikirkannya lagi keputusanmu. Aku hanya akan menjadi bebanmu saja," jawab Corry.

"Corry, jangan buat aku mengualangi kata- kataku. Aku mencintaimu dan tidak ingin kau pergi. Jadi, tetaplah di sisi ku. Apa kau mengerti?" kata William menatap Corry, ia meraba wajah Corry.

Corry tersenyum cantik dan menganggukkan kepala, "Ya, aku mengerti. Terima kasih sudah mengingkanku tinggal di sisimu, William. Aku ... aku mencintaimu," kata Corry.

William mencium kening Corry, lalu mencium lembut Bibir Corry. Corry merangkul leher William dan membalas ciuman William. William memeluk erat pinggang Corry. Ciuman mereka semakin memanas.

***

George mengurung Joseph, George memasung kedua tangan dan kaki Joseph. Lovely sedih, namun tak bisa membela anaknya. Lovely tidak bisa melawan George yang sedang marah. Lovely hanya bisa menenagkan George.

Tenangkan dirimu, suamiku. Jangan terus menerus melampiaskan kemarahanmu pada Joseph. Joseph juga putra kita," kata Lovely.

"Aku tahu. Joseph putra kita. Namun, sebagai Ayahnya, aku sudah gagal mendidik putraku. Joseph tinggal dari kecil hingga dewasa di dalam istana, namun sifatnya tidak bijakasan layaknya seorang pangeran. Aku harus menghukumnya," kata George.

Lovely memeluk George dari belakang, "Mafkan aku, sayang. Karena aku tak bisa membantumu mendidik anak-anak saat itu. Maaf," kata Lovely sedih.

George melepas pelukan Lovely dan berbalik. Meraba lembut wajah Lovely. George menyeka air mata Lovely.

"Sayangku, ini bukan salahmu. Maafkan aku menyakiti hatimu. Aku akan mencoba  tidak menyakiti Joseph," kata George.

"Ini salahku. Kalau saja aku tidak sakit, maka aku bisa merawat dan membesarkan mereka dengan baik. Aku kecewa pada diriku sendiri, George." gumam Lovely.

Lovely terus menangis, hatinya terasa sakit. Melihat dua putranya yang tidak akur. Seorang di kurung dan seorang lagi pergi entah ke mana. Geoerge memeluk erat Lovely. Mengusap lembut kepala Lovely. Berusaha menenangkan istrinya.

"Kalau dengan menangis bisa membuatmu tenang, maka menangislah sampai hatimu merasa lega. Jangan tahan lagi, keluarkan semua yang ada di dalam hatimu, istriku." kata George.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!