15. Tanda Pilihan

Maleas berjalan mendekati Joseph. Ia ingin membantu Joseph, tetapi Joseph menolak dan mendorong Maleas.

"Pergi!" sentak Joseph.

"Kau terluka. Biarkan aku merawat lukamu, lalu aku akan pergi," Jawab Maleas.

"Joseph. Jangan menolak. Maleas sudah menyelamatkamu," sahut George.

"Huh, menyelamatkan apa. Dia mmebuatku seperti ini," gerutu Joseph merasa kesal.

Maleas memapah Joseph menuju kastilnya. Keduanya dipandu seorang pelayan. Zeira dan Merych terdiam, mereka terpaku tanpa bicara apa-apa. Pangeran Williams juga terdiam bersama Corry yang berdiri di sampingnya.

"Kalian kembalilah ke kastil kalian masing-masing. Masalah ini jangan sampai orang lain tau, apakah kalian mengerti?" Kata George memperingatkan semua orang yang ada di aula pertemuan.

Sesuai perintah, Zeira, Merych Pangeran Williams dan Corry kembali ke kastil mereka masing-masing.

Lovely mendekat dan merangkul lengan George. "Tuanku.." suara lembut Lovely.

"Semua akan baik-baik saja. Pangeran Josep akan baik-baik saja istriku. Ayo, kita juga harus kembali ke kastil. Maleas pasti akan memberi kabar pada kita nanti," Ajak George.

Lovely mengangguk dan mengikuti langkah kaki George untuk kembali ke kastil mereka.

***

Di kastil Joseph, Maleas membaringkan Joseph di ranjang. Maleas dengan cepat membuka pakaian Joseph.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Joseph.

"Aku akan menyembuhkanmu. Kau diamlah dulu,"  Ucap Maleas.

"Jangan macam-macam padaku wanita jahat. Aku tidak akan memaafkanmu," Suara Joseph tersengal.

"Diamlah. Jangan banhyak bicara!" Maleas membentak Joseph.

Maleas mebuka pakaian secara paksa. Maleas melihat dada Joseph memar biru kehitam-hitaman. Ia mengerutkan dahi, merasa bersalah sekaligus kasihan melihat keadaan Joseph.

"Apa ini sakit?" Kata Maleas menekan pelan dada Joseph.

"Aaahhhh ...  sa ....  sakiiit ... " jawab Joseph terbata-bata.

"Maaf, aku tidak bermaksud melukaimu sampai seperti itu." Maleas terlihat sedih, luka di tubuh Joseph begitu melebar dan terlihat serius.

Tiba-tiba tubuh Joseph gemetar. Joseph memegang lehernya sendiri seakan mencekik lehernya sendiri.

"Joseph, ada apa denganmu. Jangan bergerak. Lukamu serius." Kata Maleas panik.

"Aku butuh makanan, aku lapar.. beri aku makan Maleas. Hhhhhhh ...." jawab Joseph sembari mendesis. Joseph terus mengakami kejang.

"Bagaimana ini, Joseph adalah Vampir pasti akan meminum darah. Tidak ada darah di sini, apa yang harus aku lakukan?" Batin Maleas  kebingungan.

"Aaahhhhhh hhhhhhhhhhhh hiiiiiisssssss tolong aku ... aku ... aku ... aku sudah tidak tahan lagi," Joseph berteriak.

Joseph berguling-guling meraskaan tenggorokannya tercekik. Nafasnya seperti tertahan. Males menghela nafas panjang.

"Minumlah darahku," kata Maleas canggung.

Mendengar kata-kata 'darahku' Joseph langsung bersemangat. Dengan cepat Joseph menarik tangan Males sehingga menindihnya. Joseph langsung mengeluarkan taring tajamnya dan menancapkan taringnya ke leher Maleas.

"Aaahhhhh ... " suara teriakan Maleas, sesaat setelah taring Joseph menancap di lehernya.

Maleas menutup mata dan mencengkram pakaian Joseph. Rasa sakit yang luar biasa di rasakan Maleas, maleas menggigit bibirnya sendiri untuk menahan rasa sakit karena darahnya dihisap Joseph.

Aroma darah tercium di hidung Joseph. Itu adalah aroma darah Maleas yang keluar dari gigitan bibirnya sendiri. Darah itu mengalir menetes sampai keleher maleas.

Puas menghisap darah Maleas, Joseph melepaskan tancapan taringnya dari leher Maleas. Melihat darah segar Maleas menetes, joseph mendekat dan menjilat leher Maleas. Menjilati darah yang menetes itu.

Masih di posisi yang sama, Maleas tidak berani membuka matanya karena rasa takut.

"Haaaahhh ...." suara Maleas saat Joseph menjilati leher Maleas.

"A-apa yang kau lakukan?" tanya Maleas merasa aneh.

"Ke-kenapa rasanya aneh. Dia sedang apa?" batin Maleas.

Lidah Joseph naik ke dagu, Maleas semakin kuat mencengkram pakaian Joseph. Dan itu membuat Joseph tersenyum tipis. Joseph melihat bibir merah Maleas yang berdarah. Perlahan mendekatkan wajahnya dan menjilat sekitar bibir Maleas. Tanpa di duga Joseph tiba-tiba mencium bibir Maleas.

"Mmmhhh ... " gumam Maleas.

Joseph meraih tengkuk Maleas, membaringkan Maleas di sebelahnya. Joseph menghisap lembut bibir Maleas yang berdarah. Entah mengapa, Joseph yang awalnya hanya ingin menggoda, menjadi tergoda dengan Maleas.

"Apa yang dia lakukan? sialan! Tadi dia begitu menikmati darahku. Sekarang dia menciumku? Oh tidak ... bibirku ... " batin Maleas memaki.

"Hmmmm ... nikmat sekali. Bibir yang lembut dan kenyal. Darah yang segar, Maleas, aku menginginkanmu," Batin Joseph.

Merasa tidak nyaman Maleas membuka mata dan mendorong Joseph menjauh. Maleas menutup mulutnya dan turun dari ranjang Joseph. Maleas bergegas pergi berniat menyeduh ramuan untuk luka Joseph. Joseph dengan cepat sudah ada di hadapan Maleas.

"Minggirlah, aku akan pergi ke dapur. Kau mau sembuh atau tidak? Aku harus seduh remuan untukmu," kata Maleas.

Saat menatap dada Joseph, Maleas tampak kaget. Ia melihat bekas luka Joseph hilang. Karena tak percaya memar Joseph hilang begitu ssja, tanpa sadar Maleas meraba-raba dada Joseph.

"Ba-bagaimana bisa? tidak mungkin. Bekas lukanya langsung menghilang?" gumam Maleas bingung.

"Apa yang terjadi?" lanjutnya bergumam.

Maleas kagat, karena tiba-tiba saja Joseph meraih tangannya. Joseph bahkan sampai mencium kedua punggung tangan Maleas bergantian.

"A-apa yang kau lalukan? Lepaskan," kata Maleas menarik tangannya.

"Terima kasih sudah memolongku, juga Menyembukan lukaku, sayang,"  Ucap Joseph lembut.

"Jangan memanggilku dengan sayang, aku merasa aneh. Aku bukan kekasih juga selirmu. Jika kau sudah sembuh itu bagus, aku bisa pergi. Aku tak perlu menghabiskan banyak waktu di sini," kata Maleas.

Maleas melangkahkan kaki melewati Joseph, Joseph menahan tangan Maleas dan menarik tangan Maleas dalam pelukannya.

"Jangan pergi," kata Joseph.

Maleas terkejut, matanya melebar pada saat Joseph tiba-tiba memeluknya. Pelukan yang dingin perlahan menjadi pelukan yang Hangat, Joseph megeratkan pelukannya.

"Joseph, jangan seperti ini. Aku merasa canggung dan tidak nyaman," kata Maleas berusaha melepaskan diri dari pelukan Joseph. Ia mendorong Joseph menjauh darinya.

"Jangan pergi, aku tidak mengizinkan kau pergi meninggalkanku. Tinggalah di sini, tinggallah di sisiku. Jadilan istriku Maleas." Suara Joseph lembut.

Meleas kaget, "Apa kau baru saja melamarku? Kau sudah gila ya? Kau sudah punya dua istri, aku tidak mau berbagi suami. Apa kau mengerti? Lupakan menjadikanku sebagi istrimu, aku tidak berminat." Jawab Maleas menolak.

"Oh benarkah? Kau tidak berminat?" Kata Joseph tersenyum tipis.

"Ya, aku tidak berminat. Sampaikan lamaranmu pada wanita lain saja, pada mereka yang mau berbagi suami dengan suami wanita lain. Aku pergi," kata Maleas.

Maleas hendak pergi, tetapi Joseph segera menarik tangan Maleas dan merangkul pinggang Maleas. Tangannya meraba wajah Maleas, menahan tengkuk leher Maleas, Joseph mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibir Maleas. Joseph membagi energinya untuk menandai Maleas sebagi wanita pilihannya yang kelak akan melahirkan anak-anaknya.

"Kau tak akan bisa melarikan diri dariku, Maleas. Karena kau, adalah wanita yang kupilih," kata Joseph dalam hatinya.

Maleas merasakan sesuatu, "A-apa lagi yang dia lakukan? uuhhh ... " batin Maleas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!