Pengawal mengetuk pintu kamar George. Pengawal melaporkan, jika Joseph telah melarikan diri dari ruang bawah tanah. Beberapa pengawal bahkan telah dilulai oleh Joseph.
"Mohon ampun Yang Mulia. Hamba ingin melapor. Pangeran Joseph telah kabur. Dia pergi meninggalkan ruang bawah tanah istana," kata pengawal dengan tubuh gemetar.
George terkejut, "Apa? berani-beraninya dia melarikan diri," gumam George murka.
George menatap pengawalnya, "Cari pangeran Joseph sampai ketemu. Bawa dia diahapanku. Juga cari pangeran William," perintah George.
"Baik, Yang Mulia. Kami para kesatria istana siap laksanakan perintah," kata pengawal tersebut.
Pengawal itupun pergi meninggalkan George, George segera menutup pintu dan berjalan memegang kepalanya. Amarah yang sudah reda kini kembali meluap. George duduk di kursinya dengan perasaan gelisah.
Lovely mendekati George, "Tuanku, ada apa?" tanya Lovely.
"Joseph melariakan diri. Aku tidak tahu harus apa lagi sekarang," kata George.
"Aku akan kirim pesan pada kakak. Semoga kakak bisa membantu kita menemukan Joseph dan William," kata Lovely.
Lovely segera menulis surat untuk kakaknya, Nathan. Yang ada di kerajaan Lossie untuk membantunya. Lovely membuaka pintu dan meminta penjaga mengirim suratnya pada Nathan. Lovely menutup pintu kembali memandang ke arah George. Ia berharap sang Kakak segera membalas suratnya setelah membacanya.
Lovely menatap George, "Sayang, bisakah kekuatan Joseph di segel?" tanya Lovely ingin tahu.
George menatap Lovely, "Soal itu, aku tidak tahu. Kita bisa tanyakan pada penasihat kerajaan nanti," kata George.
"Apa tidak sebaiknya kau pergi menemui ayah dan ibu? Coba tanyakan kepada mereka, siapa tau mereka tahu jawabannya," usul Lovely.
"Baiklah. Aku akan langsung pergi. Kau teteplah di sini. Jangan dekati Joseph, jika dia kembali ke istana. Apa kamu mengerti?" perintah George menatap Lovely lekat.
Lovely menganggukkan kepalanya, "Aku mengerti sayang, berhati-hatilah," jawab Lovely.
George mencium kilas bibir Lovely dan pergi meninggalkan Lovely. George membuka pintu dan menatap Lovely sekaan berat meninggalkan Lovely. Tiba-tiba saja George bergerak cepat mendekati Lovely dan memeluk Lovely.
"Ada apa?" tanya Lovely bingung.
"Ikutlah denganku. Perasaanku tidak enak sayang. Aku merasa petaka akan datang," kata George.
"Tapi ... " gumam Lovely.
"Cepat gunakan jubahmu. Kita tak punya banyak waktu lagi," kata George mendesak.
Lovely langsung mengenakan jubah. George tersenyum dan mengulurkan tangan menatap Lovely. Lovely menyambut tangan George dengan senyuman yang cantik. Mereka pun pergi keluar kastil menuju kandang kuda.
***
George menatap Lovely, "Apa kau siap sayang?" tanya George sembari menggenggam tangan Lovely.
Lovely menganggukkan kepalanya perlahan, "Ya, aku siap," jawab Lovely.
George langsung menggendong Lovely untuk naik ke punggung kuda. Ia segers menyusul naik, duduk dibelakang Lovely. George segera memacu kuda kesayangannya, membuat kuda itu melesat pergi dengan kecepatan penuh.
George dan Lovely menunggangi kuda menuju pedalaman hutan tempat di mana orang tua George mengasingkan diri. Mereka harus menempuh perjalan panjang untuk mendapatakan sebuah jawaban.
***
Joseph pergi meninggalkan istana. Dengan hati-hati Joseph menyelinap dari pengawasan penjaga sehingga berhasil melarikan diri. Joseph kesal dan marah. Berjalan menyusuri hutan. Pikirannya penuh kebencian kepada George. Joseph sangat membenci George. Joseph berhenti di sebuah pohon besar, tangannya yang kekar memukul batang pohon hingga berlubang cukup dalam.
"Apakah kau sedang kesal?" Suara seseorang di belakang Joseph. Joseph berbalik dan menatap seseorang dibelakangnya.
"Siapa kau?" tanya Joseph.
"Perkenalkan, namaku adalah Maleas, aku adalah pengembara," jawab Maleas.
"Siapa? Ma-Maleas?" kata Joseph.
"Ya, Males. Kau siapa?" tanya balik Maleas.
"Aku Joseph," jawab Joseph.
Maleas melihat penampilan Joseph, "Melihat penampilanmu. Sepertinya kau bukan dari kalangan biasa," kata Maleas menilai.
"Ya, penilaianmu itu benar. Aku adalah pangeran kedua kerajaan Octophius," jelas Joseph.
Maleas kaget, "Kerajaan Octophius? Kau putra Kaisar George?" sahut Maleas antusias.
Joseph mengerutkan dahi, "Kau mengenal ayahku?" tanya Joseph.
"Tentu saja. Bukankah seluruh kerajaan akan mengenal beliau juga," jawab Maleas.
"Apa kau seorang utusan? Bagaimana seorang pengembara berkeliaran di jalan sepertimu?" tanya Joseph menatap curiga pada Maleas.
Maleas menganggukkan kepala, "Ya, aku adalah seorang utusan. Di dalam mimpiku ada suara yang menyuruhku datang ke istana Octophius dan menemui Kaisar George," kata Maleas menjawab.
"Jika kau ingin ke istana, berjalanlah mengikuti jalan di depanmu. Pergilah sana dan jangan hiraukan aku," kata Joseph mengusir Maleas pergi.
"Apa kau tidak ikut denganku ke istana?" tanya Maleas
"Kau gila, ya. Setelah berhasil melarikan diri, kau bertanya padaku, apa aku tidak ikut denganmu? Aku sedang ada masalah dengan Ayahku. Jangan ikut campur urusan kami, mengerti?" sentak Joseph.
Maleas terkejut, "Oh, i-iya. Aku mengerti. Baiklah, jika tidak mau ikut. Kau tak perlu membentak seperti itu," kata Maleas.
Maleas berbalik dan melangkah. Tiba tiba anggin berhembus kencang menerpa tubuh Maleas. Maleas menghentikan langkahnya. Ada suara yang berbisik ditelinga Maleas.
"Bawa dia bersamamu ... Bawa dia bersamamu ..."
Maleas berbalik dan kembali menatap Joseph. Maleas mendekati Joseph dengan gerakan cepat. Joseph terkejut, ia terlambat menyadari jika Maleas bukanlah wanita biasa.
Maleas mencengkram lengan Joseph, "Ikutlah bersamaku, karena aku baru saja mensengar suara yang menyuruhku membawamu kembali." kata Maleas.
Joseph menepis tangan Maleas, "Kau ini tidak punya sopan santun. Jangan memerintahku. Pergi saja sendiri, jangan membuatku marah. Atau tidak akan segan padamu," kata Joseph.
Maleas tiba-tiba saja meraih dan menggenggam tangan Joseph. Ia bisa merasakan sesuatu yang ada di dalam tubuh Joseph. Maleas tersenyum dingin menatap Joseph. Seolah sedang mengejek Joseph.
"Kekuatan kegelapan dalam dirimu tidak akan hilang jika bukan kamu yang melawannya. Siapapun tidak akan sanggup menyembuhkan atau menghilangan iblis jahat dalam tubuhmu," kata Maleas tegas.
Joseph terlejut mendengar perkataan Maleas. Seketika ia langsung menarik tangannya dari tangan Maleas dan melangkah mundur mengjindari Maleas.
"Apapun yang terjadi padaku, bukanlah urusanmu. Pergilah, dan tinggalkan aku." kata Joseph dengan nada rendah.
Maleas mrndekati Joseph, "Ada apa? Kau takut aku tau semua tentangmu? Kau takut keburukanmu terbongkar olehku?" tanya Maleas.
Joseph menatap Maleas, "Siapa sebenarnya dirimu, Maleas?" tanya Joseph.
Maleas menutup mata kilas dan merapal mantra. Bibirnya bergerak perlahan. Joseph semakin panik. Tubuhnya mulai panas seperti terbakar. Mata Maleas terbuka perlahan, mata Maleas bercahaya biru. Bibir merah Maleas terus bergerak tanpa suara. Joseph marah, matanya seketika merah.
"Murkalah, semakin kau kesal dan marah semakin panas suhu tubuhmu. Jika kau menurut dan kembali bersamaku aku akan membiarkan tubuhmu baiK-baik saja, Pangeran." kata Maleas
"Sial! Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau bisa mengendalikan tubuhku? biarakan aku pergi." kata Joseph marah.
"Aku? Kau akan tau siapa aku jika kau ikut pulang bersamaku. Waktumu tidak banyak jika kau terus bicara maka tubuhmu akan berubah menjadi abu," Kata Maleas.
"Baiklah! Aku akan kembali denganmu. Lepaskan aku. Aku mohon kepadamu," kata Joseph.
Maleas tersenyum, cahaya mata Maleas perlahan memudar. Panas tubuh Joseph juga perlahan hilang.
"Cepatlah, aku tak punya banyak waktu," kata Maleas.
Maleas berbalik dan berjalan cepat. Joseph menahan kekesalannya dan berjalan cepat mengikuti Maleas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments