Meski sudah mendengar penjelasan dari Dep tetap saja gadis yang masih belia itu tidak berubah dia masih memasang wajah yang sendu dengan tatapan datar yang kosong, menatap ke balik jendela mobil dan menurunkan sedikit kacanya membiarkan angin menerpa wajah cantiknya itu hingga membuat anak rambutnya terbang mengibas ke belakang. Bahkan Dep sendiri mulai menyadari kecantikan yang dimiliki oleh sosok Olivia.
"Dia cantik juga, pantas saja tuan Kaiden tidak keberatan melakukan hal itu dengan gadis mudah yang cantik sepertinya, belum pernah aku melihat wanita secantik itu bahkan tanpa riasan sedikit pun." Batin Dep memikirkan.
Sesampainya di rumah Dep langsung membukakan pintu mobil untuk Olivia dan dia malah mendapatkan ucapan yang sangat menusuk dari gadis kecil tersebut.
"Terimakasih sudah membantu membukakan pintunya, tetapi aku juga memiliki tangan, kau tidak perlu membantuku untuk membuka sebuah pintu mobil, aku tidak akan kabur kemanapun." Ucap Olivia dengan wajahnya yang masih saja terlihat begitu datar.
Dep hanya bisa menaikkan kedua alisnya saking merasa heran dengan sikap gadis tersebut, dia merasa seperti ada yang aneh dengan gadis tersebut, karena tatapan matanya selalu saja kosong dan dia bicara dengan nada yang sangat tidak menyenangkan baginya.
"Aishh.. aku kan hanya bersikap baik padamu, kau terlihat seperti mayat hidup. Ayo cepat masuk dan jangan terlalu dipikirkan tentang masalah kau dan Kaiden." Ucap Dep sambil langsung saja mempersilahkan Olivia untuk keluar dari sana dan segera masuk ke dalam rumah disambut oleh bibi Lil dan pelayan yang lainnya.
Olivia sama sekali tidak membalas ucapan dari Dep, dia hanya terus berjalan masuk dengan patuh, bak seperti seseorang yang benar-benar pasrah menerima semuanya, tidak ada semangat, tidak ada senyuman dan tidak ada tatapan mata yang sehat di wajah gadis itu, membuat seorang Dep merasa cemas dengan keadaannya.
"Gadis itu terlihat begitu tertekan sekali, sepertinya dia memang sangat kaget menerima kenyataan pahit dalam hidupnya, dia bisa gila jika terus tertekan seperti itu." Ucap Dep sambil segera masuk ke dalam mobilnya.
Dep pergi menemui tuan Kaiden dan menceritakan semua yang dia lakukan dengan Olivia selama di perjalanan, dia juga memberitahukan pada tuan Kaiden agar tidak terlalu menekan gadis itu dengan kejam, sebab dia begitu rapuh, entah karena usianya yang masih sangat muda atau karena dia memang gadis yang lemah dalam segi mentalnya.
"Jadi maksudmu aku harus bersikap baik dengan gadis menyebalkan itu?" Ucap tuan Kaiden dengan wajah yang terlihat sudah kesal.
"Iya, tentu saja kau harus bersikap baik kepadanya, mulai sekarang dia adalah istrimu, kau harus menjaganya, melindungi dia dan terus menjaga kesehatannya, kau tahu itu kan bahwa suami istri harus saling melengkapi satu sama lain." Ucap Dep memberitahunya.
Langsung saja wajah tuan Kaiden ditekuk sangat kuat dan dia terus saja merasa kesal dan tidak terima atas apa yang baru saja dikatakan oleh Dep terhadap dirinya.
Jelas orang sepertinya tidak akan mau untuk bersikap baik dan lembut kepada seorang wanita, terlebih sebelumnya dia juga tidak pernah dekat dengan wanita manapun, dia juga sangat membenci ibunya sendiri, juga sangat risih dengan sang nenek, bagaimana mungkin dirinya harus bersikap baik dan terus berhadapan dengan wanita asing yang baru saja dia temui hanya di ranjang kamarnya sekali tapi dia harus bertanggung jawab penuh atas hidup wanita itu.
Tuan Kaiden segera menolaknya dengan tegas dan terus saja dia tidak mau mengikuti apa yang dikatakan oleh Dep kepadanya saat itu.
"Tidak Dep, aku tidak akan bersikap lembut apalagi baik kepadanya, aku tidak perduli meski dia wanita yang lemah, masih muda atau terlalu rentan sekalipun, yang pasti dia juga memiliki kesalahannya sendiri, meski dia dijebak tetapi aku juga korban, aku melakukan semua itu karena dalam pengaruh obat dan dalam keadaan tidak sadar, jadi dia yang harus bertanggung jawab padaku karena saat itu dia orang yang tengah sadar tapi tidak mencoba melarikan diri atau menghentikan aku." Balas tuan Kaiden yang terus saja menyalahkan Olivia dan mereka dirinya yang paling benar.
"Kaiden apa kau lupa, gadis itu menjerit, tubuhnya terlalu lemah dan kecil untuk melawan seorang pria dewasa berusia 28 tahun sepertimu, meski dia berontak tidak kah kau tahu bahwa kau yang dalam pengaruh obat itu lebih menyeramkan dan lebih kuat dibandingkan apapun!" Bentak Dep mulai terpancing emosi.
Dia ingin menyadarkan bos sekaligus sahabatnya tersebut, karena dia juga tidak ingin melihat sang sahabatnya sendiri mengalami sebuah penyesalan suatu saat nanti, sayangnya tuan Kaiden tetap saja tidak mau mendengarkan ucapan dan nasehat yang diberikan oleh Dep, dia tetap keras kepala dengan pemikirannya sendiri.
"Sudahlah Dep, kau ini terlalu mengasihi gadis itu, kau orang yang terlalu baik makanya kau bisa berpikir begitu, dia itu kan baru di infus, pantas saja jika wajahnya terlihat agak pucat atau terlihat menyedihkan, mungkin dia hanya tidak senang dengan pernikahan kami saja, nanti lama kelamaan aku yakin dia akan berubah. Kau tenang saja aku akan membereskan semuanya." Balas tuan Kaiden tersenyum tanpa beban dan menepuk sebelah pundak Dep untuk meyakinkannya.
Kemudian tuan Kaiden terus saja kembali melanjutkan pekerjaannya dan Dep hanya bisa menghembuskan nafas dengan lesu, dia telah gagal untuk menyadarkan temannya tersebut, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan saat itu, dia memang tidak pernah bisa ikut campur dengan urusan tuan Kaiden apalagi berharap dia bisa mengubah keputusan tuan Kaiden tersebut.
Karena terus mendapatkan penolakkan dan ucapannya selalu saja tidak di dengar oleh sahabat sekaligus bosnya tersebut, Dep pun memutuskan untuk tidak ikut campur lagi, dia sudah sangat lelah untuk memberitahu kedua orang yang sama-sama keras kepala itu. Dia pun pergi dari sana dengan menggelengkan kepala dan sudah menyerah.
...****************...
Malamnya tuan Kaiden pulang dengan wajah yang gembira, dia membeli beberapa makanan lezat kesukaannya, karena setiap malam dia tidak pernah makan masakan rumah, hanya sarapan pada pagi hari saja, menikmati makanannya tersebut seorang diri di meja yang besar dan luas, di temani dengan dua orang pelayan yang siap melayaninya untuk menyajikan makanan dan menuangkan minuman bagi dirinya, namun selang beberapa saat disaat dia hendak memasukkan suapan ke dalam mulutnya, dia mulai teringat seseorang yang terasa ada hal kurang dalam dirinya saat ini.
"Ehh... Tunggu, bi dimana gadis itu?" Tanya tuan Kaiden kepada bibi Lil yang tengah menuangkan minuman untuknya.
"Nona Olivia di kamarnya tuan." Balas bibi Lil kepadanya.
"Bawa dia kemari dan ajak makan malam bersama denganku." Perintah tuan Kaiden dengan wajahnya yang masih saja datar.
Sayangnya bibi Lil lama terdiam, dia tidak bisa mengajak Olivia untuk keluar dari kamarnya karena sejak dia kembali dari rumah sakit Olivia tidak pernah keluar dari kamarnya, dia hanya makan di kamarnya karena begitu enggan untuk bertemu dengan tuan Kaiden.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments