"Tante aku bisa menjelaskan semuanya kepadamu, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, semua ucapan om Burhan tentangku salah, dialah yang datang ke kamarku, aku berusaha melepaskan diri darinya dengan berteriak, kau harus mempercayai aku!" Ujarnya dengan wajah cemas penuh dengan ketakutan.
Sayangnya tidak semudah itu meyakinkan seseorang yang tengah di rasuki api kemarahan dalam dirinya, terlebih Tante Oki sama sekali tidak mengenali Olivia sebelumnya, tentu dia akan lebih mempercayai suaminya yang sudah berhubungan dengan dia bertahun-tahun lamanya, dibandingkan dengan seorang gadis yang baru beberapa jam saja dia temui.
Wajah wanita 35 tahun itu mengerut dengan urat di bagian lehernya yang nampak tercetak jelas, mengisyaratkan bahwa dia tengah menahan emosi dalam dirinya, dia terus mendekati Olivia dan langsung menunjuk wajahnya dengan jari yang lurus dan suara melengking yang dia lontarkan kepadanya.
"Kau... Beraninya kau memfitnah suamiku setelah apa yang sudah kau lakukan, jika suamiku yang melakukan hal menjijikan ini, maka dia tidak perlu melakukannya dengan gadis kotor sepertimu! Dia akan melakukannya sejak lama, selama ini aku menikah dengannya selama 20 tahun pernikahan, tidak pernah sekalipun aku lihat dia bermain-main dengan wanita manapun, kecuali kau! Enyah kau dari rumahku!" Bentak Tante Oki dengan nafasnya yang menderu.
Dengan kaki yang gemetar dan jidat yang masih sobek serta mengeluarkan darah segar, Olivia berusaha bangkit berdiri susah payah, om Burhan datang menghampiri dia dan dengan kasar langsung menarik tangannya, menyeret dia hingga keluar dari rumah mewah tersebut dan melemparkannya hingga tersungkur ke tanah.
Malara yang mendengar keributan tengah malam seperti itu, dia segera menatap dari balkon kamarnya di lantai dua, dan saat melihat sahabat terbaiknya mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orangtuanya dia segera bergegas turun untuk membantu Olivia. "Ya ampun apa yang terjadi, kenapa ibu mengusir Olivia?" Gerutu Malara merasa kebingungan sendiri.
Untunglah Malara datang tepat waktu, disaat ibunya hampir memberikan tamparan kedua kepada Olivia, dengan cepat dia menahannya dan menghentikan tingkah ibunya tersebut. "Berhenti! Apa yang ibu lakukan?" Tegas Malara dengan wajah yang tegang.
Sang ibu menoleh ke belakang dan langsung menarik tangannya yang ditahan oleh Malara saat itu, dia mengatakan semua kejadian yang baru saja terjadi dengan penuh kebencian kepada Olivia.
"Lihatlah teman yang kau bawa pulang dan sahabat yang selalu kau ceritakan kepada ibu, rupa-rupanya dia seorang j*Lang yang hampir m*niduri ayahmu sendiri, apa kau mau dia menjadi ibu tirimu Malara?" Balas Tante Oki dengan matanya yang hampir terbuka sempurna.
Betapa kagetnya Malara mendengar kabar tersebut, dia terperangah dan langsung mengalihkan pandangan ke arah sang ayah dan beralih kepada sahabatnya Olivia, dia menatap kondisi Olivia dengan dahi berdarah dan pakaian yang koyak, dia sangat tidak percaya jika sahabatnya yang selama ini begitu baik akan melakukan hal tercela seperti itu, terlebih dia sama sekali tidak mengetahui kebenaran sedikitpun.
"Bu, apakah ibu melihatnya secara langsung, ayah dan Olivia melakukan hal itu?" Tanya Malara memastikan.
"Ibu melihatnya Malara, ibu tidak mungkin berani melakukan hal seperti ini dengan temanmu jika ibu tidak memergokinya dengan mata kepala ibu sendiri, ayahmu juga sudah mengakuinya dan dia yang menggoda ayahmu dengan duduk diatasnya, apa kau masih mau membela wanita seperti dia dibandingkan dengan ibumu sendiri, hah?" Suara keras yang membuat Malara dilema, disisi lain dia tidak mempercayai semua itu sebab dia sangat kenal bagaimana Olivia, terlebih Olivia juga terus menggelengkan kepala dengan menangis terisak di bawah kakinya.
Sang ayah juga memalingkan wajah seakan tidak ingin bertatapan dengannya, tetapi disisi lain sang ibu begitu yakin bahwa Olivia yang melakukan semua itu dan dia telah melihatnya secara langsung, Malara kebingungan mana yang harus dia percayai, sahabat atau ibunya, namun tidak sempat Malara menjawabnya, sang ibu sudah langsung menarik tangan Malara dengan paksa untuk membawanya masuk kembali ke dalam rumah. "Sudahlah, kau tidak pantas berteman dengan perempuan seperti dia, ayo masuk dan jangan pernah kau temui putriku lagi!" Bentak Tante Oki segera membawa Malara pergi dari sana.
Olivia berusaha berteriak dan meminta bantuan pada Malara, dia ingin menjelaskan bahwa semua itu sama sekali tidak benar, dia tidak ingin kehilangan sosok sahabat sebaik Malara, namun dia tidak sempat mengatakannya, sebab dia sudah terlanjur dibawa masuk oleh ibunya ke dalam rumah, hanya tersisa om Burhan yang mendekatinya dengan wajah sinis dan sebuah senyuman melengkung yang sangat menjijikan baginya.
"Kau... Semua ini terjadi karenamu, kenapa kau tega melakukan ini kepadaku, kau bahkan membohongi istri dan putrimu!" Ucap Olivia serak karena menangis tanpa henti.
"Hahaha .... Ini semua salah kau gadis manis, jika saja kau menurut padaku semua ini tidak akan terjadi, dasar sok suci, lihat saja nanti, aku akan mendapatkan dirimu dengan atau tanpa izin darimu sekalipun." Ucapan yang membuat Olivia merinding semakin takut dan merasa ngeri.
Ditambah Om Burhan itu mencengkram dagu Olivia lalu menghempaskannya ke samping dengan kasar, itu sangat menyakitkan bagi Olivia dan dia tidak bisa melakukan apapun selain segera pergi sejauh mungkin untuk menghindari Om Burhan, berjalan di tengah malah kembali tanpa tujuan, seorang diri, dan hujan kembali turun, hal yang paling dia benci selama ini.
Yap. Olivia benci sekali kegelapan dia sebelumnya tidak pernah pergi keluar di malam hari, apalagi dalam keadaan hujan yang mengguyur tubuhnya seperti ini, rasanya dingin sekali karena dia hanya mengenakan pakaian pendek dan tidak membawa apapun, tidak ada uang, tidak ada makanan dan perutnya yang sangat lapar, tidak ada tempat yang bisa dia kunjungi bahkan untuk sekedar menjadi tempat beristirahat.
Kakinya tidak bisa berhenti, dia harus segera mencari tempat berteduh, sebab hujan semakin deras, mulai saat itu dia sangat benci gelap dan hujan, sebab saat gelap muncul kakaknya terenggut dan saat hujan turun dia juga kehilangan hartanya, rumahnya ludes terbakar api, dia juga harus meninggalkan makam kakaknya saat hujan, bertemu Malara dan hampir tertabrak saat malam hari, sekarang dia juga mengalami kejadian seperti ini tepat ketika hujan turun kembali dan telah lewat tengah malam.
"Aku benci malam, benci hujan, dan benci kegelapan, kenapa harus ada malam? Kenapa harus aku yang mengalami kejadian seperti ini, kehilangan tempat tinggal, kakak dan hampir terenggut kesucianku, apa lagi penderitaan yang harus aku alami, aku harus kemana sekarang?" Keluh Olivia sambil terus berjalan tanpa henti.
Hingga langkah kakinya terhenti di depan sebuah klub malam yang masih buka, dia tidak berani masuk ke dalam sana sebab tahu itu bukanlah tempat yang baik untuk dirinya, tetapi dia sangat membutuhkan tempat untuk menginap dan berteduh, sehingga dia tetap harus pergi ke sana, di jam segini tidak ada lagi tempat umum yang buka selain dari bar seperti itu, Olivia masuk kesana dan melihat banyak orang asik berjoget dengan musik yang memekikkan telinga, banyak juga beberapa orang yang minum-minuman di pinggiran tempat duduk yang berjajar rapih disekitar sana.
Dia terus berjalan pelan dan kedinginan, mencari tempat duduk yang bisa dia singgahi untuk beristirahat sejenak, hingga tiba-tiba saja dua orang pria menangkap dirinya, menutup wajahnya dengan sebuah kain yang tidak tahu seperti apa, menghalangi pandangannya dan membawa tubuhnya melayang begitu saja, Olivia terus berontak namun suaranya tidak keluar dengan jelas, sebab sebagian tubuhnya di tutupi sesuatu berwarna hitam.
"Eeuumm...lepaskan, hei siapa kalian, lepaskan aku, mau kau bawa kemana aku hei..." Teriakkan yang terus di lontarkan Olivia hingga dia dibawa masuk ke dalam sebuah mobil, dengan dia masih belum bisa melepaskan sebuah benda yang menutupi kepalanya saat itu.
Hanya saja, dia masih bisa mendengar pembicaraan dua orang yang ada di luar, dia mendengar semua obrolan mereka yang rupanya hendak membawa dia ke suatu tempat malam itu.
"Kita sudah membawanya bos, dia sepertinya kehujanan dan terlambat datang ke klub, apa kita harus membawanya ke rumah dia?" Tanya salah seorang pria yang duduk di kursi kemudi,
"Bawa saja, aku sudah membayar madam sialan itu, dia yang mengatakan sudah mengirimkan wanita untuk bos besar, kalian bawa saja, pastikan kalian membawa orang yang benar, dia gadis cantik dengan rambut panjang sepinggang, dan memakai pakaian yang basah, apa kalian benar?" Balas seseorang dalam panggilan telpon saat itu.
"Kami tidak mungkin menangkap orang yang salah, gadis ini sangat cantik dia juga terlihat sangat muda, bos besar pasti menyukainya, kau tidak perlu khawatir." Balas salah satu pria lain di sampingnya.
Olivia yang mendengar pembicaraan diantara orang tersebut, dia sadar bahwa mereka telah salah membawa orang, dia terus berusaha berontak, berteriak, dan terus berusaha melepaskan diri tanpa henti. "Hei, kalian salah orang, aku bukan wanita itu, hei...lepaskan aku, tolong lepaskan!" Teriak Olivia terus meronta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments