Monster dan Pendosa (2)

Gelombang histeria entah untuk yang keberapa kalinya sekali lagi menginvasi indera pendengaran Danielle. Matanya mengernyit tidak nyaman saat kakinya tanpa sengaja menginjak gumpalan darah, dari kepala para pemilik kekuatan baru yang ditusuk Nuffara. Perutnya bergolak, membuatnya terhuyung dan tanpa sengaja menabrak orang-orang lain yang masih dengan keras kepala berargumen dengan Nuffara.

Atau bisa lebih tepat dikatakan sebagai memojokkan para Nuffara.

"Kaulah yang monster! Tubuh dan wajahmu sangat tidak normal!! Jelas-jelas kau monsternya!" Kira-kira itulah kalimat berulang yang diteriakkan oleh para manusia dengan kekuatan baru.

Menimbang kekacauan ini, ditambah dengan sang adik yang masih membunuh para chimera milik Nuffara. Danielle mendekati pria berambut emas ini dan menatapnya tanpa mendongakkan kepala, memulai percakapan dengan "Adam, maukah kau melakukan sesuatu untukku?"

Adam secara refleks mengiris telapak tangannya menggunakan duri tanaman, tepat disaat rekannya berjalan mendekat. Matanya masih sama berkilau seperti sebelumnya saat mengulas senyum tanya "Apa itu?"

Melirik darah keemasan yang berasal dari luka Adam, dengan sia-sia menetes kebawah dan tenggelam di tanah. Ia berkedip sebanyak dua kali sebelum kembali berkonsentrasi, dan menjawab dengan "Katakan pada para debris, terbanglah dalam jarak 50 meter dari tanah."

Mendongak untuk berhadapan dengan para pintu perak tempat Nuffara berasal, tapi kali ini sudah tertutup rapat. Adam  kembali memperhatikan gadis ini dan merespon "Oke, lalu?"

Danielle mengulas senyum hingga matanya tertutup dan bertepuk tangan sebanyak satu kali, memiringkan kepalanya dengan posisi kedua tangan yang masih ada di depan mulut. Dua detik kemudian dia membuka matanya dan berujar ramah "Aku ingin kau berdoa dan meminta bantuan Tuhan, gunakan kekuatan cahayamu untuk terhubung dengan salah satu sosok dewi dalam mite kita."

Memiliki gambaran sosok yang dikatakan oleh rekannya, Adam mengangguk dan kembali mengajukan pertanyaan "Apa yang kau inginkan dari ini?"

Sepasang netra hitam milik Danielle berkilau saat ia tertawa kecil, menjawab ringan "Aku ingin melucuti kemanusiaan."

Kening Adam berkerut tajam, meski begitu ia juga masih mempertahankan senyumnya dan berkomentar "Kau gila."

Gadis itu tersenyum dan menurunkan kedua tangannya "Ingat. Hanya manusia. Itu artinya tinggalkan aku bersama mereka dan terbanglah bersama Amu dan adikku Joshua."

Seolah dikomando, Adam segera berbalik membelakangi Danielle untuk memulai komunikasi tertutup dengan debris lain. Tepat sebelum ada pihak yang menjawab komunikasinya, Adam menghentikan tindakan tersebut dan bertanya dengan setengah tubuh yang menghadap si wanita "Kau tau jelas apa yang akan terjadi 'kan?"

Yang ditatap mengangguk singkat dan memberi penjelasan masuk akal "Hanya tersisa empat puluh satu Nuffara, dan ada sekitar 300.000 dari kita. Saat kuamati, ada tiga debris lain selain kalian. Berarti ada enam debris yang secara absolut bisa bertahan hidup, mengurangi jumlah Nuffara menjadi tiga puluh lima. Aku hanya harus bersaing dengan 299.994 manusia."

Melihat keyakinan dan rasa percaya diri yang tak pernah lenyap dari sepasang netra hitam milik gadis ini, Adam tidak bisa lagi mendebatnya apalagi meminta agar pihak lain tidak melakukan apa-apa lagi. Karena Adam tau jelas tipe orang yang bertindak seperti Danielle Norma tidak akan pernah bisa hidup lama di akhir dunia, kebanyakan akan langsung meregang nyawa saat melakukan rencana dengan keberhasilan seratus persen menurut klaim mereka.

Namun dari jumlah orang tak terhitung jumlahnya yang bertindak seperti ini, ada berapa yang sekejam Danielle Norma?

Adam tidak tau, dia belum pernah bertemu manusia sekejam ataupun selicik Danielle Norma.

Di satu sisi, ia tidak suka cara ini. Tapi di sisi lain, ia tau bahwa keberhasilan misi maupun keselamatannya di zona surga kali ini tergantung pada Danielle Norma.

'Selama tidak berlebihan, aku tidak peduli berapapun orang yang mati.'

Menghela nafas berat, Adam dengan patuh berkata "Aku mengerti. Jangan ikut termakan."

"Adam, kau tau harus meminjam sosok siapa 'kan?" Untuk berjaga-jaga, Danielle bertanya untuk memastikan kualitas sekaligus kredibilitas Adam.

Kalau pria emas ini sampai lebih inferior dibandingkan Samuel dan Joshua, maka ia akan dibebaskan.

Memalingkan wajah, Adam menjawab singkat "Aku tau."

Pita birunya berkibar begitu ia berbalik, tapi kali ini dia lagi-lagi menghadap Danielle dengan raut kompleks. Mulutnya terbuka dan tertutup selama beberapa waktu, bersitatap dengan si wanita yang masih dengan tenang menunggu apapun yang ingin diucapkan oleh Adam.

Melihat gelombang serupa di netra si wanita, Adam mengepalkan tangannya kuat-kuat dan membuat luka robek di telapak tangannya kembali meneteskan darah. Setelah mendapatkan kembali fokusnya, dia berujar serius "Sebagai ganti menurutimu, aku akan meminta sesuatu darimu."

Pihak lain setuju tanpa ragu "Tentu."

Jawaban ini membuat Adam mengerutkan kening "Kau setuju bahkan tanpa tau apa itu. Bagaimana jika aku menuntut tubuh atau matamu, Dani?"

Sebagai respon, Danielle menggeleng dengan ringan dan yakin "Kau tidak akan."

Menghela nafas panjang, Adam memanggil sebuah nama ".... Danielle Norma."

Sekedar dipanggil nama lengkapnya, tentu saja tidak butuh waktu lama bagi si pemilik nama untuk menjawab dengan "Ya?"

Tanpa ekspresi, pria itu berkata "Kau pasti akan menyesal suatu hari nanti."

Namun sebagai balasan, ia hanya mengulas senyum yang tidak mencapai mata.

Gadis itu hanya balas berkata "Ingatlah, predator adalah monster."

"Kau ingin kami membunuh predator dan memberikannya pada Nuffara?" Tanya Adam, memulai acara tebak-tebakan antara mereka berdua. Bagaimanalun juga, satu-satunya orang yang bisa memahami wanita ini adalah Samuel, dan debris tersebut masih sibuk menambahkan luka pada Joshua yang sedang menebus dosanya.

Namun Danielle justru memberikan sebuah gelengan kepala yang lambat "Tidak, bunuh predator dan suburkan tanahnya. Itulah kompensasi yang diinginkan Nuffara."

Tersadar akan implikasi ucapan tersebut, raut wajah Adam menggelap "Dani, kau menginginkan hujan?"

Si gadis dengan lembut mengeluarkan pisau dagingnya dari sarung kayu buatan Adam, sudah tidak ada darah lagi disana. Pisau tersebut juga sudah diukir menggunakan tulang Joshua dan memiliki bunga kristal abadi setajam karambit dari Samuel, yang akan mekar setiap kali ia mengeluarkan pisau, dan akan menyatu dengan molekul pisau saat Danielle tidak menggunakannya "Ya, aku juga akan membantu dari bawah. Oleh karena itu berhati-hatilah agar tidak mengenaiku."

Untuk yang kesekian kali, Adam menghembuskan nafas keras-keras karena frustasi. Tapi karena ia sadar akan situasi mereka saat ini, dia memutuskan untuk tidak mendebat Danielle "Aku tidak bisa menjaminnya. Aku dan Samuel mungkin bisa menjagamu, tapi aku tidak mau bertarung dengan sesama Debris. Setidaknya untuk saat ini, kau juga ... Beritahu manusia lain."

Danielle sekali lagi tersenyum, kali ini sambil mendorong punggung Adam agar cepat-cepat pergi "Kau juga, beritahu para debris agar berlindung dari hujan bersama Nuffara."

Tidak bisa melihat sepasang mata rekan wanitanya dalam posisi ini, Adam bertanya dengan skeptis "Lalu para manusia?"

Sekali lagi, Danielle hanya tersenyum sebagai jawaban.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!