Setiap manusia yang melihat perubahan drastis dari karakteristik para Nuffara, sontak berhenti menjajal kekuatan baru mereka dan kembali merasakan ketakutan ekstrem mengenai apa yang sudah menimpa mereka. Terlebih saat semua Nuffara yang awalnya meniru kecantikan berbagai macam ras manusia, kini memiliki mata yang lebih berkilau dengan cara yang mengerikan.
Pupil yang semula tampak sangat manusiawi, kini berubah warna menjadi putih pucat dan menguarkan cahaya seterang kilat di malam hari. Kulit mereka yang semula juga menyerupai manusia, kini permukaannya dipenuhi oleh urat biru keunguan yang berdetak seolah tubuh mereka adalah jantung raksasa.
Merasakan bahwa primata bumi paling cerdas ini akhirnya menutup mulut mereka, salah satu Nuffara dengan mawar di telinganya menunjuk ke tengah zona surga dan buka suara "Tuhan tidak pernah menghukum kaumnya atas apa yang mereka perbuat sendiri, manusia menuai apa yang mereka tabur dengan tangan-tangan mereka sendiri."
Begitu selesai mengatakannya, para Nuffara yang tersisa serempak bicara dengan suara tanpa emosi "Jadi, jangan salahkan kami."
Adam sendiri mengamati semua ini tanpa mengubah sedikitpun ekspresinya, bahkan saat ia jelas tau bahwa Nuffara tidak mengatakan ini pada semua orang, melainkan hanya kepada Joshua yang mereka anggap sebagai pendosa.
Sayang sekali Joshua tidak mendengarkan, dia hanya fokus untuk membunuh Samuel yang menurutnya sudah merebut kakaknya. Kekuatannya sebagai debris terus berkurang pada tiap serangan yang ia layangkan pada Samuel, tanpa peduli meski tidak ada satupun yang mempan. Mengingat pria air tersebut sudah mengubah seluruh tubuhnya menjadi air, membiarkan saja manusia di sekitarnya menjadi korban dari serangan Joshua.
Hanya butuh lima belas detik sampai muncul kolam darah kecil dari orang-orang yang menjadi korban palu darah sekaligus hujan jarum dari tulang-tulang jari milik Joshua. Mata ungunya diselimuti oleh kabut semerah sumsum tulang, menciptakan halo samar setiap kali dia bergerak. Teriakan penuh amarahnya bahkan sampai mampu menenggelamkan jeritan milik orang awam yang tanpa sengaja dia sapu bersih menggunakan darahnya.
Nuffara juga tampak mulai bersiap memulai penghakiman mereka pada Joshua, sampai Danielle yang diam tiba-tiba mengambil satu langkah maju dan tanpa sengaja terkena sabetan jarum darah milik adiknya. Leher serta bagian perutnya yang bersih, segera memiliki luka robek kecil yang meneteskan darah.
Terhuyung di tempat, dia memegangi bagian yang terluka dengan membuat komentar singkat "Ah."
"Kakak!!" "Dani!!!"
Kedua Debris yang semula sibuk dengan satu sama lain, sontak menghentikan kekerasan mereka dan berlari menuju satu-satunya wanita yang dekat dengan keduanya. Samuel dengan terampil membersihkan luka menggunakan air dingin melalui jarinya, Joshua yang masih kompetitif menggeplak tangan Samuel untuk menumbuhkan jaringan tubuh baru dan mengganti darah kakaknya menggunakan darahnya sendiri.
Mereka bersaudara, tubuh kakaknya tidak akan menolak darah darinya.
Namun bukannya sembuh, begitu darahnya melakukan kontak dengan darah Joshua, segera tumbuh bunga spider lily merah dari robekan di perutnya. Membuat robekan di perutnya menjadi lebih dan lebih lebar, mengingat akar bunga tersebut mulai meluas dan merembet di setiap jaringan tubuhnya dengan kecepatan yang cukup mengerikan. Joshua refleks menarik kembali darahnya dan membunuh bunga tersebut dengan cara meledakkannya, dengan cara yang tentu tidak akan menyakiti sang kakak.
Mata ungu milik pria termuda yang sudah memantulkan merah darah, segera menatap Danielle dengan tatapan penuh arti.
Yang dia pikirkan sudah jelas.
Sadar akan arti tatapan mata sang adik, Danielle hanya memberikan senyum singkat dan mendorong Samuel agar sedikit menjauhinya. Netra hitamnya bersibobrok dengan Joshua begitu dia buka suara "Aku tidak apa-apa, diamlah disana. Joshua, minta maaf."
Karena memiliki begitu banyak emosi yang tercampur aduk di kepalanya, Joshua menurut tanpa mengeluarkan tarinag seperti sebelumnya ".... Maafkan aku."
"Mata harus dibalas mata, tanah harus dibalas dengan tanah" Nuffara di dekat mereka sekali lagi memberikan pengingat ramah akan apa yang baru saja dilakukan oleh dua pria beda usia ini, jelas menuntut pertanggungjawaban mereka.
Sambil memegangi perutnya yang berlubang, Danielle menjawab dengan tak kalah ramah dengan pertanyaan "Apakah ini bisa diselesaikan jika kami memberikan kompensasi yang setara dengan kerusakan?"
Nuffara itu bahkan tidak mau repot-repot menurunkan sanjatanya sama sekali saat menjawab "Kami menolak. Debris bernama Joshua Norma menghancurkan setengah hektar lahan gandum, dalam waktu lima belas detik. Maka dia harus menahan hukuman dari tanah yang dia sakiti sampai berdarah seperti ini, selama limabelas detik juga."
Mendengar namanya disebutkan oleh anak-anak Adam dengan cara yang kurang menyenangkan, Joshua segera kembali menunjukkan agresi "Hah?! Kenapa harus?! Kalau kalian ingin bertarung, maju saja! Aku bisa dengan mudah membunuh kalian semua!!"
Seluruh Nuffara di tempat itu menatapnya dengan lebih dan lebih tajam, mata mereka mulai menyala saat sslah satunya bertanya "Benarkah?"
Danielle tanpa basa-basi mencubit pinggang adikmya dengan penuh peringatan "Joshua, diam."
Nada bicaranya benar-benar acuh. Joshua tersentak mendengar kakaknya menggunakan nada yang sama saat pertama kali ia menghilang dari dunia manusia, mulutnya dengan keras membantah "Kakak! Para hibrida sialan ini-"
"Kubilang diam, Joshua" potongnya sekali lagi, membuat pihak lain segera menutup mulutnya. Bahkan saat sang kakak menarik pergi Samuel menjauh darinya, ia juga tidak mengikuti ataupun mengatakan apa-apa.
"Mulai hukumannya" tutur Danielle pada para Nuffara setelah berada diluar wilayah ladang yang dihancurkan oleh Joshua.
Barulah saat ini Joshua bereaksi dan berseru "Kakak!!"
Nuffara secara lambat menurunkan senjata mereka dan merespon dengan "Baiklah."
Segera, ladang yang sudah Joshua hancurkan menjadi tanah gersang memuntahkan bayangan sejauh manapun kerusakan terlihat. Bayangan itu begitu gelap, hitam seperti bersiap menenggelamkan apapun dengan setiap pergerakan mereka yang mirip dengan permukaan air laut. Dari lautan hitam yang memiliki gradasi ungu ini, muncul bau daging segar yang membekukan.
Joshua segera tau hukuman apa yang akan diberikan oleh para Nuffara, dia segera mengeluarkan kedua tulang lengannya melalui telapak tangan. Darah segar yang muncul dari luka ini, ia gunakan sebagai cambuk tajam yang melingkari seluruh tubuhnya seperti pusaran air.
Lautan hitam ini mulai memuntahkan mahluk apapun yang tadi tanah telan saat fase 'hening' mereka, mulai dari binatang raksasa yang membantai sebagian besar manusia hingga manusia yang kini hanya tersisa tulang belulang dengan beberapa cuil jaringan tubuh yang menempel. Masing-masing dari mereka membuka mulut dengan tubuh terhuyung-huyung dan menerjang tubuh Joshua, pertarungan segera dimulai dengan banyak manusia yang menyaksikan.
Namun ada sebagian besar orang yang kini sudah memiliki kekuatan, ditambah dengan melihat bagaimana Joshua bertarung, sontak mereka tidak lagi memiliki rasa takut pada para Nuffara. Beberapa bahkan sudah ada yang menjambak rambut Nuffara yang diam seperti orang-orangan sawah biasa. Manusia mulai menggunakan kekuatan mereka untuk menjadikan para Nuffara sebagai samsak tinju.
Mata setiap Nuffara berkilat dingin, masing-masing dari mereka menatap sengit helai demi helai rambut yang jatuh akibat ulah manusia. Dengan satu ayunan tangan, setiap rambut yang jatuh segera berubah menjadi jarum sulam raksasa yang melubangi kepala para manusia seperti peluru. Darah sekali lagi mengotori zona surga, mnjadi pupuk yang paling bergizi untuk para gandum yang diam didalam penjagaan Nuffara.
Tanpa intonasi, para Nuffara kembali mengingatkan dengan ramah "Selain Joshua Norma, kami harap kalian segera menemukan monsternya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments