Sepasang mata biru sejernih kristal itu lenyap saat sang Nuffara menutup matanya, mempertimbangkan apa yang baru saja ia dengar dari sang mantan Dewa sebelum kembali membuka mata "Kemanusiaan? Pilihan yang bagus, oleh karena itu ... Monsternya adalah manusia."
Matanya bergeser seolah bisa melubangi tubuh Adam, senyum di wajah buatannya tampak lebih lebar begitu berpapasan dengan senyum simpul si gadis berambut hitam. Mulutnya kembali mengeluarkan suara untuk pertanyaan manusia yang kedua "Jawabanku untuk pertanyaan kedua dari manusia bernama Danielle Norma, yang diwakilkan oleh Adam Prasetyo adalah iya. Predator juga termasuk dalam kategori monster."
Dengan khidmat dia memasukkan kembali setiap tulang rusuknya yang mencuat kedalam balutan jas jeraminya. Sepasang lengannya tampak mengempis ke ukuran rata-rata, memeluk tubuhnya sendiri dan berujar ramah tanpa sedikitpun ekspresi "Sesuai kesepakatan, satu pertanyaan untuk tiga puluh menit. Dua pertanyaan berarti satu jam, Surga akan terbuka sampai jam delapan. Apakah ada pertanyaan lagi?"
Adam menyisir rambut emasnya yang sudah diikat dan membungkuk sopan "Tidak, terimakasih."
Dia berbalik dan kembali berkumpul dengan ketiga rekannya, Joshua kali ini secara bersamaan mendekatinya bersama Samuel. Dua pria dengan persona bertolak belakang ini, seolah mampu melayangkan pisau di mata ungu masing-masing untuk mencincang tubuh satu sama lain.
Sementara Danielle yang merasakan perseteruan dua orang ini, hanya mengusap bibir bawahnya dan menundukkan kepala untuk buka mulut tanpa mengeluarkan sedikitpun suara.
Adam yang selalu jelas akan anomali rekan wanitanya tapi selalu menutup sebelah mata, juga tampak tidak peduli dan hanya tersenyum sembari menumbuhkan apel dari salah satu jarinya untuk dimakan. Dia mengamati sekeliling sambil mengunyah, bersitatap dengan beberapa manusia yang tampak linglung dan terhuyung sejenak. Orang-orang itu menatap kosomg ke arah sekitar, sebelum mengunci tatapan mereka pada Danielle dan menatapnya dengan mata semerah darah.
Penuh amarah.
Salah seorang dari mereka, wanita yang tampak di usia tiga puluhan dengan tampilan bersih, sadar bahwa ia tidak bisa mendekat dengantjga pria di sekitar wanita itu. Oleh karenanya dia hanya melempar sebuah batu dari atas tanah dan berseru "Apa yang kau lakukan?!"
Tentu saja, serangan semacam itu akan dengan mudah dihindari oleh Danielle.
"Kau tidak bisa seenaknya menggunakan kesempatan hidup dan mati seluruh orang secara pribadi! Terlebih tanpa persetujuan kami!" lanjut wanita itu dengan nafas yang dia lepaskan seluruhnya dari dasar paru-paru.
Seolah dikomando oleh teriakan wanita itu, seorang remaja laki-laki juga turut menunjuk wajah Danielle menggunakan kapaknya "Jal*ng! Jangan mentang-mentang ada tiga debris yang menjagamu, maka kau bisa sok menjadi ratu para manusia!!"
"Kau pasti menjual dirimu pada pria-pria ini 'kan?! Menjijikkan!!" tunjuk seorang gadis muda dengan kuncir kuda, jaket merahnya berkibar setiap kali ia bergerak.
Wanita yang pertama kali berteriak dan mendapatkan sahutan dari orang-orang lain yang semarah dirinya, sekali lagi melempar batu pada Danielle dan berteriak lagi "Kau bukan hanya pel*cur egois! Tapi juga berhati iblis!!"
Samuel tanpa banyak bicara menikam mata kanan orang ini menggunakan tombak es yang ia lempar hingga menembus kepala, mengakhiri hidup wanita barusan dengan cara memakunya langsung ke tanah. Segera orang-orang yang barusan mengoceh dan menghina gadisnya, menjadi ketakutan dan mengacungkan senjata mereka pada empat orang ini. Terlebih pada Samuel yang memeluk posesif Danielle Norma dengan mata dingin yang sekali lagi berkilau setenang danau.
"Pembunuh! Ada pembunuh!" seru lelaki berkacamata, bersiap menerjang mereka dengan golok di tangannya.
Namun rekan di sebelahnya segera menarik lengan pihak lain agar berhenti sembrono "Tolol, coba lihat mereka! Ketiganya adalah Debris! Kita tidak bisa membunuh mereka!! Kita hanya manusia biasa!"
"Persetan! Setidaknya kita berkelompok sementara mereka hanya berempat!"
"Benar! Kuantitas diatas kualitas!"
Sebuah suara segera menginterupsi perdebatan mereka "Semuanya, maaf mengganggu kesenangan kalian. Tapi kalian sudah bukan lagi 'manusia biasa'."
"Apa maksudmu, monster?! Kau pikir kami akan percaya tipuanmu?!"
"Kau pasti hanya ingin menonton pembantaian!"
Mendengar tuduhan ini, senyum Nuffara berambut hitam panjang ini justru menjadi lebih ramah "Meski kami tau kalian memiliki peluang untuk membunuh Debris?"
"Hah?!"
"Jangan bercanda!!" tentu saja infomasi besar yang mendadak seperti itu, hanya akan menyebabkan kegemparan pada massa yang masih berada dalam kondisi shock akan perubahan tiba-tiba pada kehidupan mereka. Terlebih jika langsung diberi harapan bahwa manusia selemah mereka, bisa membunuh debris yang seperti setengah dewa.
Nuffara tersebut masih dengan ramah menjawab "Sungguh .... Di alam semesta, hanya iblis dan manusia yang bisa berbohong."
Kepalanya berputar ke arah yang menjadi fokus semua orang, lalu dengan santai menunjuk seseorang yang memiliki rambut mirip dengan miliknya "Ambil contoh gadis yang kalian hina barusan, manusia cantik yang disayang oleh tiga pria Debris. Sebenarnya dia sudah lama berevolusi dan bukan lagi manusia."
Mendengar ini, Adam menoleh secepat kilat dan berseru tanpa berpikir ini akan merusak citranya "Nuffara!!"
Seruan ini memiliki intonasi yang sangat berbeda dari Adam yang mereka kenal sebelumnya, mengirim kejut listrik di otak mereka. Sadar akan lonjakan amarah ayah baptis mereka, para Nuffara dengan patuh menutup mulut dan membungkuk penuh penyesalan.
"Oh maaf, ayah. Aku tidak sengaja, jangan ambil jatah makananku" mereka semua, lima puluh Nuffara itu mengatakan hal serupa.
"Dia bukan manusia? Gadis murah itu?" bisik seseorang pada wanita yang tampak seperti ibunya.
"Kudengar dari Nuffara, namanya adalah Danielle Norma" timpal si wanita.
"Tapi aku tidak melihatnya menggunakan kekuatan apapun seperti para debris, apakah monster ini berbohong?" lelaki muda itu mulai skeptis.
Sebagai eksistensi bukan manusia yang cukup murni, tentu saja tidak ada satupun yang lepas dari pendengaran Nuffara. Itu mengernyit tidak senang mendengar tuduhan ini "Kami bukan monster, manusia."
Nuffara adalah eksistensi yang paling sederhana tali sangat kompleks. Semua Nuffara pada dasarnya adalah satu individu, yang saling berbagi emosi maupun isi pikiran pada satu sama lain di wilayah itu menggunakan 'sistem akar' yang ada dibawah 'kaki' kayu mereka yang tertancap di tanah.
Adam mendekati salah satu dari mereka dan mengusap kepalanya sebagai upaya penghiburan "Iya, kalian bukan monster."
Joshua yang jelas tidak sabar mengingat betapa terdesaknya mereka, sontak nyeletuk "Kenapa kalian tidak mencobanya saja sih, brengsek?"
Cara bicaranya benar-benar tidak enak didengar, dan secara otomatis memantik amarah orang-orang yang sebelumnya berada dalam euforia tubuh baru mereka.
"Apa katamu?!"
"Lancang! Beraninya bicara kasar pada orangtua!"
"Tunggu, dia benar!!" seru seseorang dari kejauhan.
"Apa?!"
"Aku memikirkan agresi, dan tanganku mendadak berubah menjadi besi!"
"Sungguh?! Aku juga! Lihat! Tanganku berubah menjadi api!"
"Sama! Aku bisa menumbuhkan tanaman seperti pria kuning itu!"
Adam si pria kuning, yang mendapatkan teman baru dengan kekuatan sama hanya diam dan tersenyum "...."
"Lihat! Darahku berubah menjadi pedang!! Ini keren!"
Joshua memutar bola matanya karena jengkel ada yang menyamai tipe kekuatannya.
Danielle yang sudah mengantisispasi semua ini, hanya tersenyum dan menepuk tangannya satu kali. Tepukan ini sama sekali tidak keras, dan bahkan ditenggelamkan oleh euforia orang-orang akan harapan mereka untuk bertahan hidup. Tapi anehnya semua orang termasuk para debris selain tiga pria ini, langsung mengehentikan apapun yang mereka lakukan dan menjadi diam sesaat, sebelum kembali bercakap-cakap.
Gadis itu tersenyum ramah dan berjalan maju, berhadapan dengan para manusia yang sudah mengubah fokus mereka dari menyerang ke mengagumi evolusi tubuh mereka sendiri. Melihat gadis berambut hitam sepunggung ini dengan tenang menyisir rambutnya sendiri, seolah semua kepanikan diawal taditidak disebabkan olehnya sama sekali.
Samuel sekali lagi menarik lembut lengannya, lalu meraih rambut bitam pihak lain yang berkibar lembut dengan nafas yang dalam "Dani, mau kuikat rambutmu?"
Gadis itu mengangguk setuju "Tentu, terimakasih."
Ini mengingatkan mereka pada kenangan saat Danielle pertama kali memanjangkan rambutnya, Samuel yang saat itu sangat senang juga langsung belajar bagaimana cara mengikat rambut anak perempuan untuknya. Pita berwarna ungu gelap, juga bunga liar yang seputih gigi Samuel saat tersenyum dan menyematkan bunga tersebut di telinganya. Danielle saat itu membalasnya dengan membuatkan mahkota dari bunga yang sama untuk Samuel.
Joshua yang sekali lagi melihat betapa dua orang ini sekali lagi masuk ke dunia mereka sendiri, sontak menjadi terprovokasi dan langsung menikam jantung Samuel menggunakan darahnya. Samuel tidak menghindar, tapi dia mendorong pergi gadisnya agar tidak terkena efek serangan Joshua.
Danielle terdorong maju sepuluh langkah, dan menoleh hanya untuk mendapati pemandangan adiknya sedang memotong tubuh Samuel menjadi dua di bagian rongga dadanya. Tubuh pria berambut hitam tersebut sama sekali tidak mengeluarkan darah dan bagian yang terpotong seketika berubah menjadi air, membuat setiap serangan Joshua menjadi sia-sia.
"Kakak milikku!!! Jangan menyentuhnya sembarangan, anjing gila!!!" jerit Joshua, lalu merobek perutnya sendiri untuk menikam Samuel dengan darah yang keluar dari sana dan melesat seperti peluru tajam, memaku pria ini diatas ladang gandum.
"Kakak milikku! Hanya milikku!!!" dia berteriak seperti orang gila dan terus mencabik tubuh air Samuel tanpa peduli, gerakannya begitu hebih dan penuh momentum.
Tak butuh lama baginya untuk merusak ladang gandum tempatnya menginjakkan kaki, meratakan gandum-gandum malang ini bersama tanah.
Wajah seluruh Nuffara segera menghitam. Tulang-tulang maupun senjata tajam yang sebelumnya mereka tarik kembali akibat amarah Adam sebelumnya, sekali lagi keluar dengan bentuk yang lebih tajam dan mengerikan dibandingkan sebelumnya.
Mulut mereka serentak terbuka saat mengacungkan senjata ke arah Joshua, mengatakan "Pendosa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments