"Nuffara itu bukan monster" Joshua mengatakan ini setelah puas mengamati kebodohan manusia yang impulsif dan tidak tau apa-apa.
Adam menatap salah satu Nuffara yang melambaikan tangan padanya, pria berambut emas itu beeujar dengan kening berkerut "Sebagai Debris, aku setuju. Nuffara tidak akan berlaku agresif tanpa diserang lebih dulu, kita hanya perlu untuk tidak menyinggung mereka. Bagaimanapun juga, Nuffara adalah abdi Tuhan yang paling setia, nomor dua setelah tanaman."
Mendengar penjelasan ini, kepala Danielle tanpa sadar berputar ke arah Nuffara yang masih asik bergoyang-goyang di tempatnya. Nuffara berkulit pucat itu memiliki wajah yang cukup mempesona dan mencolok, membuat kakinya tertarik ke arah itu untuk membalas sapaan mereka sebelumnya.
Sampai langkahnya terhenti saat sebuah tangan pucat memegangi lengan atasnya.
Wajah Samuel tampak berkerut dengan sepasang mata yang siap menerbangkan pisau untuk siapapun yang menjadi fokus si gadis barusan, mulutnya terbuka untuk mengatakan "Dani, jangan mendekati mereka."
Kelima jarinya mendarat pada tangan dingin yang bersarang pada lengannya sendiri, seolah sedang menyentuh sayap kupu-kupu "Apakah mereka beracun atau semacamnya?"
Menangkap binar serupa di mata gadisnya, Samuel menjawab dengan jantung yang berdegup "Tidak, aku hanya cemburu."
"....." Dia sudah tau Samuel itu sangat tidak masuk akal, karena itu dia memalingkan muka dan kembali fokus pada Nuffara yang paling mencolok menurut seleranya.
Mungkin sadar bahwa seseorang sedang menatapnya dengan mata yang sangat berbeda dibandingkan manusia lain, Nuffara itu segera berhenti bergoyang-goyang dan merentangkan kedua lengannya yang penuh dengan tulang hasta yang bercabang-cabang, menampakkan tulang rusuk yang menghunus tajam ke arah depan dan bertanya dengan senyuman "Mau dipeluk?"
Danielle menatap lekat sebuah Nuffara yang sedang mengundangnya dengan ramah. Itu mengambil sosok pria muda pucat bermata biru dan berambut hitam, yang secara aneh memberikan perasaan serupa pada sosok Samuel saat masih beranjak remaja. Nuffara ini juga tidak menampakkan emosi apapun pada wajahnya yang tersenyum, hanya sepasang mata suram yang penuh perasaan.
"Tidak, terimakasih" balasnya dengan ramah, sebelum menatap tiga pria lain yang bersamanya dan tidak menunjukkan reaksi apapun pada para Nuffara.
Sementara di sisi lain, beberapa manusia secara heroik sudah mulai mengayunkan senjata maupun tinju mereka pada Nuffara terdekat. Segera, jumlah manusia menjadi lebih dan lebih berkurang dengan ceceran merah yang mewarnai emas pada gandum. Jeritan menambah renyahnya suara tulang yang diremukkan oleh tangan-tangan jerami yang masing-masing sudah memeluk satu orang.
Ini membuatnya kembali memandang Nuffara yang masih membuka lengannya, sebelum memotong jarak mereka hingga salah satu tulang yang bisa dianggap sebagai jari Nuffara, bisa menyentuh rambutnya "Apakah aku boleh menanyakan sesuatu?"
Seperti dikomando oleh satu benang tak kasat mata yang sama, perhatian Nuffara sepenuhnya terkunci pada Danielle tanpa peduli akan manusia lain yang berusaha menyerang mereka. Kepala yang merupakan satu-satunya bagian tubuh paling manusiawi milik mereka, semuanya berputar ke arah Danielle tak peduli meski itu pada arah 270 derajat.
Pihak lain menurunkan lengannya dan berusaha menggapai-gapai gadis ini untuk dipeluk. Begitu sadar bahwa manusia satu ini tak kunjung bergeming, Nuffara ini tidak lagi memaksakan kehendaknya dan balas berkata "Satu pertanyaan harus dibalas dengan satu pertanyaan juga. Sebagai imbas, waktu juga akan berkurang. Tidak apa?"
Danielle menangkap perasaan familiar antar sesama manusia dengan Nuffara, tanpa mengurangi kewaspadaannya dan bertanya "Aku hanya ingin menanyakan dua hal."
Diperlakukan dengan baik dan setara, tentu saja gadis ini mendapatkan nilai plus dalam benak para Nuffara "Silahkan."
Adam yang paling ssdar akan arti dari ketertarikan Nuffara, menyerukan nama satu-satunya gadis manusia diantara mereka "Dani!"
Samuel juga menyadari bahwa perhatian seluruh manusia yang tersisa mengikuti para Nuffara, menatap aneh pada satu-satunya manusia yang paling tenang saat menghadapi monster dalam standar mereka. Secara lambat, menjadi pebih dan lebih tenang setelah memastikan menggunakan sosok Danielle, bahwa Nuffara juga tidak akan melakukan apa-apa pada mereka sesuai janji.
Namun yang dipanggil sudah terlebih dahulu buka suara untuk menanyakan sesuatu "Pertanyaan pertama adalah ... Apa itu monster?"
Rambut Nuffara berkulit pucat ini tampak bergoyang karena angin yang berhembus, dia sama sekali tidak berkedip ataupun memalingkan muka dari Danielle. Butuh beberapa saat lagi sampai ia akhirnya mau menjawab "Monster adalah mahluk yang bentuk, rupa dan ukurannya menyimpang dari hal-hal pada umumnya. Tapi di dunia kalian, definisi monster tidak terbatas pada hal-hal bersifat fisikal saja."
Mendapatkan jawaban yang sudah ia pikirkan, Danielle mengulas senyum ramah dan membungkuk satu kali "Terimakasih."
Nuffara tersebut balas membungkuk satu kali dan kembali buka suara "Sekarang biarkan aku bertanya."
Setengah nada menyanjung dan setengah memanjakan, Danielle mempersilahkannya "Silahkan."
Mata birunya berkilat dan berangsur berubah menjadi warna yang lebih pucat "Manusia ... Apa itu manusia?"
Dengan sebelah tangan yang menggosok jantung dan bibir yang senantiasa tersenyum, Danielle mengatakan "Manusia adalah mahluk yang berakal dan berbudi."
Senyum di wajah buatan milik Nuffara sontak melebar akan jawaban ini, itu kembali mengajukan pertanyaan "Memanusiakan, kemanusiaan, pemanusiaan. Mana yang terpenting?"
Dengan bahu gemetar dan tawa lembutnya yang khas, gadis itu menimpali pertanyaan kedua Nuffara dengan "Aku hanya menanyakan satu pertanyaan, jadi aku tidak wajib menjawab pertanyaan kedua dari kalian."
Senyum di wajah mahluk itu sontak membeku "...."
Sepasang mata hitamnya melayangkan tatapan jenaka untuk yang terakhir kali, sebelum menarik masing-masing lengan adik dan mantan pacarnya, untuk berbalik pergi menjauh dari Nuffara bermata biru "Amu, Joshua, Adam. Mari kita pergi."
Joshua juga melayangkan sekilas pandangan pada Nuffara itu dan bergumam pada sang kakak "Mereka adalah mahluk yang paling takut akan amarah Tuhan, mengerikan tapi juga sangat bersih meski sudah ribuan kali memakan orang."
"Adam, sebagai Dewa di dunia itu. Bagaimana Nuffara makan?" Tanya Danielle.
Pria yang sedang mengikat rambut emasnya dengan pita biru yang tak sengaja ia temukan, menjawab tanpa ragu "Disana, aku memberi mereka makan dengan monster sebagai pupuk. Tapi disini ... Sekarang di zona 'Surga' hanya menyisakan gandum dan manusia saja, jadi kurasa kita harus memberi mereka makan salah satunya. Mereka adalah penjaga ladang, jadi gandum jelas bukan makanan mereka."
Samuel menggenggam tangan Danielle yang masih bersarang di lengannya, sekali lagi memeluk gadis itu dari belakang. Tak ada sedikitpun antusiasme dalam suaranya saat bertanya "Kalau begitu haruskah kita coba memberi makan manusia pada mereka?"
"Aku melihat sudah ada beberapa manusia yang dipeluk Nuffara, tapi mereka belum memakan satupun dan bahkan dengan posesif melindungi mereka. Jadi jelas mereka akan sangat pemilih" jawab Joshua.
Sambil memegangi sepasang lengan kokoh yang bersarang di pinggangnya, Danielle melayangkan tatapan permohonan pada si Dewa "Adam, tanyakan pada mereka."
Helaan nafas panjang terdengar dari mulut pihak lain saat menjawab "Dani, kau masih memiliki satu pertanyaan untuk mereka. Kalau kau memintaku untuk bertanya sekarang, otomatis akulah pihak yang harus menjawab pertanyaan mereka sebelumnya."
Mendengar keluhan yang cukup masuk akal, Danielle akhirnya mengungkapkan jawabannya "Kalau begitu jawabanku untuk pertanyaan kedua dari Nuffara adalah 'memanusiakan'."
"Tidak bisakah kita memilih ketiganya? Kemanusiaan, memanusiakan, dan kemanusiaan ... Ketiganya adalah hal penting untuk menjadikan manusia sebagai manusia, kak" Joshua mengajukan keberatan.
Adam yang sudah selesai merapikan gaya rambut barunya, juga ikut menyahut "Kita butuh kemanusiaan untuk membatasi apa itu baik dan jahat, kita butuh memanusiakan manusia untuk memperlakukan satu sama lain dengan pantas dan setara, sementara pemanusiaan ... Apakah kita bisa disebut sebagai manusia jika kita tidak memiliki sedikitpun kemiripan wujud dengan manusia itu sendiri?"
"Adam, apakah manusia yang memiliki kelainan atau cacat fisik bawaan tidak tampak seperti manusia di matamu? Seperti seseorang yang lahir dengan enam tangan, empat kaki, atau bahkan memiliki kelamin ganda dan tempurung kepala yang bengkok?" Danielle membalas pertanyaan ini dengan pertanyaan lain.
Samuel yang mendengar perkataan Danielle, memahami apapun yang ia katakan sebelumnya tapi tidak mengatakan apa-apa, juga ikut menguatkan opini gadisnya "Tepat sekali, karena itulah Dani mencoret pemanusiaan. Selama kita memiliki paling tidak enam puluh persen kemiripan dengan manusia secara morfologis, maka kita masih bisa di identifikasi sebagai manusia."
Joshua yang masih bingung, kembali bertanya "Lalu bagaimana dengan kemanusiaan? Aku tau dunia kita sedang kacau dan dilanda kehancuran, tapi bukankah kemanusiaan tetap penting?"
"Joshua, kita ini apa?" Tanya Samuel pada adik iparnya yang bodoh, jelas tidak sabar.
"Uh ... Manusia?" Beonya sambil menggaruk rambut birunya dengan canggung.
Merasakan usapan lembut di lengannya, Samuel menghela nafas panjang dan bertanya sesabar mungkin "Benar, tapi secara spesifik?"
Pria termuda diantara mereka langsung memahami poin yang dimaksud "Kita adalah debris, dan kemanusiaan debris ... Patut dipertanyakan."
Pria berambut hitam itu akhirnya mengangguk khidmat "Tepat. Itulah alasan mengapa Dani juga mencoret kemanusiaan dari tiga pilihan itu, karena di zona 'Surga' saat ini ada dua mahluk hidup selain gandum ... Yakni Debris dan manusia. Kalau kita memilih kemanusiaan, bisa dipastikan semua Debris di kota B akan menjadi makanan para Nuffara. Tentu saja ... Debris tidak akan diam saja dan akan memulai pembantaian melawan manusia."
"Kakak, kau harus mulai menjelaskan dengan detail pemikiranmu padaku dan Adam. Tidak semua orang bisa berbagi koneksi batin seperti kau dan Samuel" Joshua merajuk dengan wajah tertekuk kesal, tapi sang kakak hanya tersenyum sambil menggaruk lengan pria yang sedang memeluknya.
Seolah mendapat persetujuan gadisnya, Samuel dengan santai mengecup pipi pihak lain dan menjawab remeh "Dani memilikiku, dia tidak perlu membuang tenaga untuk menjawab kalian. Lagipula jangan salahkan Dani, kalian saja yang terlalu bodoh untuk mengerti."
"B*ngsat" maki Joshua dengan urat yang sudah menonjol di kepalanya.
Adam menepuk pundak pihak lain dan mencoba menengahi "Oke, tenang. Jadi apa yang harus kutanyakan pada Nuffara?"
"Tanyakan pada mereka: Apakah predator juga bisa disebut sebagai monster?" Balas Danielle, membiarkan Samuel merengkuhnya lebih erat.
"Predator?" Beo si mantan Dewa.
Gadis itu mengangguk saja "Benar."
"Detail, Danielle Norma" cecar si pria, bahkan menggunakan nama panjangnya.
Menghela nafas panjang, gadis itu menjawab "... Memakan atau dimakan, Adam."
Adam refleks menatap para manusia yang berkerumun dan menatap mereka berempat dengan tatapan beragam, sebelum mengerutkan kening dan menjawab "Oke."
Dengan langkah tegap, Adam berjalan mendekati Nuffara yang sebelumnya mengobrol dengan Danielle.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments