Dari tanah, kembali ke tanah

[Selamat tahun baru! Selamat pagi dan mari menyambut revolusi bersama evolusi tahun ini!]

Danielle membuka matanya dan mendapatkan pemandangan langit-langit tulang rusuk yang sama, semalam dia tidak sengaja tertidur saat berbincang dengan Samuel terkait kenangan masa kecil mereka. Pria itu tampaknya sangat tertarik dan senang, terlebih saat keluarga yang menyiksa dan membuangnya selama bertahun-tahun juga sudah tiada didepan matanya.

"Samuel, siram aku!"

Dia menoleh saat mendengar seruan Joshua di kejauhan, mendapati adiknya yang melompat-lompat seperti monyet dengan tubuh telanjang bulat. Samuel yang duduk tak jauh dari sana diatas anggur besar milik Adam, hanya mengayunkan lengannya satu kali dengan risih, membuat satu ombak besar yang langsung menyiram adiknya dengan bunyi ledakan.

Adam yang sedang menguliti anggur besar lain di pelukannya, menoleh ke sumber suara langsung memucat begitu tau anggurnya diduduki pria lain. Dia berlari kearah Samuel dan tanpa sungkan memukul pundaknya "Jangan menduduki makanan!"

Samuel mengubah pundaknya menjadi kristal es yang melubangi tangan Samuel, sinis "Jangan menyentuhku, kau bau."

Pria berambut emas tersebut mengerutkan kening, menatap lubang besar di tangannya dan mengeluh sambil mulai menumbuhkan daging dan darah "Samuel, kau tidak harus bersikap seperti itu. Orang-orang tidak akan menyukaimu."

[Ding! Dong! Populasi manusia saat ini: 7.918.620.000 jiwa]

Suara kekanakan yang semakin lama terdengar makin manusiawi ini, sekali lagi mengumumkan jumlah manusia yang berkurang sebanyak sepuluh ribu orang lagi hanya dalam waktu satu malam. Adam kembali teringat pada peristiwa keji yang melibatkan dua orang yang saat ini sedang bersamanya, tanpa sadar menatap Danielle yang entah sejak kapan sudah mengganti bajunya dan berada diluar sangkar Joshua. Pria termuda yang mulai berhenti bermain-main dengan air Samuel dan mulai berganti pakaian, juga Samuel yang dengan acuh merentangkan kedua lengannya pada satu-satunya gadis disana.

[Memuat data permainan ...]

Manik ungu tiga debris itu berkilat selama beberapa waktu dan menampilkan lautan bintang berbeda warna dan rupa didalamnya, sama-sama fokus pada pikiran masing-masing. Adam dan Samuel yang sama-sama sedang menatap Danielle, juga Joshua yang dengan alami memeluk kakaknya dengan sorot aneh di matanya.

[Memuat informasi pemain ...]

[Simpan berhasil ...]

[Pemuatan berhasil ...]

Mereka mendengar langit yang sekali lagi berderak-derak, dengan pintu perak yang secara bergantian terbuka dan tertutup solah sedang kebingungan untuk memilih metode penyiksaan. Mereka semua sepertinya sudahmulai terbiasa meski ini baru yang kedua kalinya pintu perak akan terbuka.

[Ding! Dong! Semua pemain sudah ada di posisi, permainan 'Terbanglah ke Surga' akan segera dimulai!]

"Kakak, mau tau sesuatu yang menarik?" Joshua menanyakan ini tiba-tiba setelah melepaskan pelukan mereka.

Sebagai pihak yang terbiasa memanjakan orang lain, Danielle merespon dengan baik pertanyaan ini "Apa itu?"

Dengan senyumnya yang menyebalkan, Joshua berkata "Sebenarnya aku sudah tau kalau kakak-"

[Ding! Dong! Dalam waktu sembilan puluh sembilan detik, semua pemain diharapkan tidak mengeluarkan suara, apapun yang terjadi!]

Sayangnya suara pengumuman ini memutus apa yang ingin dikatakan Joshua. Mendengar permintaan aneh yang cukup detail tersebut, semua orang yang sudah memetik pelajaran mereka dan lolos dari gelombang pertama, menurut tanpa banyak bertanya.

Samuel yang menyadari bahwa Adam entah sejak kapan sudah melihat Danielle, melayangkan tatapan setajam pisau dan bahkan sudah bersiap untuk melemparnya dengan bom air agar Adam 'melanggar aturan' dan mati saat ini juga. Pria berambut emas tersebut merasakan niat salah satu rekannya dan dengan cepat menumbuhkan moss dibawah kakinya, dengan cerdas berdiri di samping Danielle tanpa mengatakan apa-apa.

Danielle merasakan presensi Adam secara tiba-tiba dan bertukar senyum simpul dengannya, pria pirang itu memberi gestur bahwa Samuel sekali lagi berulah dan dia tidak punya pilihan selain berdiri didekat satu-satunya wanita. Mata hitamnya beralih dan memang mendapati bom air yang cukup besar di tangan Samuel, dia dengan lembut menggeleng untuk mengungkapkan ketidaksetujuannya dan meminta agar pria itu juga mendekat ke sisinya.

Meski membenci Adam dan Joshua, tapi Samuel tidak akan pernah menolak apapun yang diminta oleh Danielle. Jadi dia dengan patuh menyerap kembali bom air kedalam tubuhnya dan mendekat tanpa suara, sesekali akan melayangkan tatapan penuh ancaman pada Adam.

[Sembilan puluh sembilan .... Sembilan puluh delapan ...]

Dalam keterkejutan dan kebisuan mereka, seluruh bangunan dan pepohonan disana bergetar hebat seolah terjadi gempa. Namun sama sekali tidak ada suara, dan sedikitpun tidak mempengaruhi aksi membatu setiap kepala disana. Mereka hanya dengan hati-hati menjauhi bangunan maupun pepohonan apapun dengan gerakan selambat siput.

[... Delapan puluh tujuh .... Delapan puluh enam ... ]

Bangunan serta pepohonan mulai terhisap masuk kedalam tanah, menampakkan mahluk yang seharusnya menyembunyikan sifat primitif dan nafsu paling mendasar mereka, kepada lautan manusia yang juga terekspos karena hilangnya naungan mereka. Serigala berkaki dua, Titanoboa dan mahluk kelaparan lain yang langsung terpicu begitu melihat kerumunan daging segar bernama manusia.

[.... Tujuh puluh enam ... Tujuh puluh lima ....]

Orang-orang yang pada awalnya percaya bahwa Orang Himasan akan menjaga mereka demi peraturan, seketika membelalak ngeri begitu salah satu keluarga berisi tiga orang ditelan bulat-bulat oleh titanoboa. Seorang wanita juga menatap ngeri sosok serigala berkaki dua yang sudah meneteskan air liur saat melihatnya, dia diam-diam mundur ... Hanya untuk membentur sisik keras Titanoboa yang sedang asik meluncur sambil membuka mulutnya.

[... Empat puluh lima ... Empat puluh empat ...]

Wanita malang itu menjerit ketakutan, membuat beberapa orang lain yang mengalami situasi serupa tak ayal juga ikut menjerit dan mulai berlarian dengan berisik. Disinilah aturan permainan kembali berlaku, dan menghukum semua pelanggarnya dengan langsung menarik mereka kedalam tanah.

[... Tiga puluh empat ... Tiga puluh tiga ...]

"Tolong! Tolong aku!!" jerit seorang pria paruh baya saat melihat tiga orang Debris yang berdiri diam di kejauhan, tangan pria itu tampak berusaha menggapai Joshua yang paling dekat dengannya.

Joshua mengernyit melihat orang ini menggenggam kerah bajunya, dia langsung menebas lengan pria itu hingga terputus bahkan tanpa mengubah sedikitpun ekspresi wajahnya. Jeritan pria itu begitu keras dan mengerikan, bahkan membuat Adam sampai berhenti tersenyum dan mengernyit tidak senang. Untung saja penghakiman masih terus berlanjut dan sedetik kemudian pria itu sudah ditelan oleh tanah, menyisakan lengan sepanjang siku yang terpotong rapi, lalu perlahan jatuh ke tanah dari pundak Joshua.

Danielle melihat semua ini tanpa sedikitpun mengubah senyumnya, seolah sudah terbiasa melihat adiknya memotong manusia.

[... Dua puluh tiga ... Dua puluh dua ...]

Orang-orang yang menjerit dan berlarian mulai berkurang, menyisakan binatang serta serangga besar yang tampak kebingungandan berhenti menyerang. Seolah sedang mencari orang mana saja yang masih berisik dan akan segera mereka telan.

[... Sepuluh ... Sembilan ...]

Mata ungu Adam berkilau cerah seolah menampilkan langit malam yang bersih dengan banyak kerlipan bintang, dengan tujuh warna berbeda, disusul oleh rambut emasnya yang mengedipkan cahaya. Sedangkan netra ungu Samuel tampak menjadi lebih dan lebih jernih seolah sudah dicuci bersih, dan saat pria itu berkedip, setetes air mata yang sangat berkilauan seperti kristal jatuh menyusuri wajahnya seolah dia sedang menangis berlian. Sementara pupil ungu Joshua, perlahan dirambati oleh warna merah segelap darah pada jantung manusia, pria itu lantas tersenyum dengan lebih dan lebih lebar.

Satu-satunya gadis diantara mereka menundukkan kepala, lalu dengan hati-hati mengusap perutnya tanpa mengatakan apa-apa. Tangannya yang memegang pisau daging mempererat genggamannya, mempersiapkan kemungkinan terburuk.

[... Empat ... Tiga ... Dua ... Satu ...]

Saat hitungan mundur sudah habis, semua binatang maupun serangga secara ajaib lenyap menjadi udara kosong. Pintu di langit yang awalnya terus terbuka dan tertutup juga langsung berhenti bergerak, menutup akses sepenuhnya dan menyisakan beberapa pintu kecil yang bergetar dan secara lambat turun ke bawah.

Semua orang menahan nafas mereka dengan keringat dingin yang membasahi tubuh, dengan gemetar memegang senjata apapun tanpa berani mengedipkan mata. Pintu-pintu kecil itu berhenti di jarak sekitar lima kilometer dari permukaan tanah, sangat dekat.

[Ding! Dong! Memicu permainan: Prove your worth. Seluruh manusia harap bersiap untuk 'Terbang ke Surga'!]

Namun beberapa saat setelah mereka menunggu, tidak ada apapun yang terjadi. Semua orang dengan cerdas masih menolak bersuara sedikitpun. Kerumunan manusia yang berjumlah sekitar lima puluh ribu orang di kota ini, menunggu dengan cemas apa yang akan terjadi.

Sampai seluruh pintu kecil yang turun dengan lambat itu serentak terbuka dengan suara berderit yang menggema, hanya saja masih belum terjadi apa-apa.

[Dari tanah menuju ke tanah ... Dari tanah kembali ke tanah ... Setiap kehidupan berasal dari tanah, setiap kematian akan kembali kepada tanah. Setiap makanan, air yang mengalir, setiap ruas kehidupan besar akan menjadi mustahil tanpa dukungan tanah.]

Setiap pintu mulai berkedip antara semi transparan dan bentuk solid, berima dengan setiap jeda singkat dari tiap kata yang diucapkan oleh sesuatu yang mereka tebak sebagai 'Orang Himasan'. Suara yang sedang berbicara itu juga menirukan intonasi penyair yang menyayat hati, seolah ia tidak akan berhenti sampai setiap orang disini berhenti menggunakan nurani.

[Untuk tanah aku terlahir, untuk tanah aku berakhir ...]

Ada sekitar lima puluh pintu kecil yang saat ini terbuka dengan jarak dekat. Begitu suara melankolis itu bergema, seluruh pintu yang terbuka langsung meneteskan sesuatu berwarna hitam, jatuh ke tanah dengan suara berdebum. Cairan misterius itu menyebar menutupi seluruh permukaan tanah kota dan mengejutkan semua orang, tapi masih tidak terjadi apa-apa. Hanya saja seluruh permukaan tanah yang awalnya penuh dengan puing bangunan serta sisa-sisa tulang belulang manusia, kini berubah menjadi tanah gembur yang tampak sangat subur.

[Dan sekarang untuk tanah, aku harus berpikir agar tidak menjadi tanah.]

Tepat saat suara yang sepertinya akhir dari suatu syair ini berbunyi, setiap jengkal tanah yang berubah langsung ditumbuhi oleh gandum yang penuh dan siap panen. Secara misterius mencuat dari permukaan tanah dalam kecepatan pertumbuhan serta perkembangan yang kurang dari sembilan detik, menjadi hamparan penuh keemasan sejauh mata memandang. 

Dan di setiap tempat pertama kali cairan itu terjatuh, muncul sesosok nuffara dengan setengah tubuh manusia sungguhan dan mata yang tertutup.

Kedua tangannya adalah pedang yang berasal dari tulang, mulai bagian kepala hingga dada adalah tubuh manusia yang terbuat dari daging dan darah. Tapi bagian tengah ke bawah tubuh mereka adalah setumpuk jalinan jerami yang bahkan tidak bisa menutupi tulang rusuk, dan setiap nuffara ini tertancap di tanah menggunakan sebilah kayu.

Selain organ di bagian kepala yang tampak sangat 'manusia', sepertinya tidak ada lagi organ dalam.

Mengabaikan kengerian itu, setiap Nuffara perlahan membuka mata mereka dan mulai tersenyum saat menyapa dengan suara centil "Halo, manusia!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!