Danielle tersenyum kecil dengan posisi duduk yang tegap dan rapi, baik itu lengan dan kakinya sama-sama terikat dengan sepasang lengan dan kaki seorang pria. Pihak lain memeluk tubuhnya seperti seekor gurita, tidak berniat melepaskannya. Adam dan Samuel di sisi lain juga menunjukkan ekspresi yang terdistorsi tanpa bisa mendekati, karena identitas pihak lain yang cukup istimewa bagi Danielle.
...Joshua...
Pria berambut biru muda tersebut tampaknya sudah merasa puas menggosok wajah mereka bersama, dan kini melambaikan tangannya di hadapan Danielle, menawarkan dengan senyum lima jari di wajahnya "Kakak, apa kau sudah makan? Kalau belum, mau makan tanganku tidak? Tanganku rasanya sangat lezat."
Samuel adalah yang pertama kali bertindak, dia menendang barikade tulang rusuk besar yang memisahkan mereka hingga patah. Mendekati keduanya dan mulai menciptakan sickle dari air mendidih yang terus berotasi, matanya tampak sarat dengan permusuhan "Joshua, jangan mengotori otak Dani dengan hal-hal semacam itu atau kubunuh kau."
Namun bukannya bergeming, Joshua justru semakin mengeratkan pelukannya pada sang Kakak dan mengeluh dengan wajah tersenyum "Kakak, Samuel menindasku. Dia jahat."
Sebagai respon, Danielle hanya menepuk-nepuk kepala adiknya dengan sayang, lalu memberikan tatapan penuh permintaan maaf pada Samuel. Tindakan ini sontak membuat Samuel makin kesal pada Joshua, yang terus dibela oleh gadisnya. Pria berambut hitam tersebut tanpa basa-basi melompat ke belakang sofa dan membacok kepala Joshua.
Untungnya, Adam langsung ikut campur dan menghentikan serangan Samuel menggunakan sulur tanaman.
Adam memberi dua pria lain tatapan peringatan, sebelum mengajukan pertanyaan pada satu-satunya wanita disini "Yang terpenting adalah ... Dani, kenapa kau keluar rumah tanpa pengawasan saat aku pergi?"
Benar saja, agresi Samuel langsung berubah menjadi kekhawatiran dan untuk pertama kalinya bertanya pada Adam "Kapan itu?"
Adam bukan seorang pendendam, oleh karena itu dia menjawab pihak lain masih dengan senyuman "Sebelum gelombang pintu pertama terbuka."
Joshua juga langsung mengguncang tubuh Danielle yang masih ada didalam pelukannya, merajuk "Ah! Kakak, kenapa kau melakukan itu?"
Yang ditanya menjawab singkat "Aku hanya haus saat itu."
Adam mulai menumbuhkan serat rami di kesepuluh jarinya, lalu membuat kain yang sederhana sambil terus berbicara "Kau bisa langsung meminta air pada Samuel, kalau kau lapar kau juga tinggal mengatakannya padaku. Apakah itu yang menyebabkan pakaianmu kotor?"
Danielle menarik kain yang sudah jadi sambil menatap adiknya dan Adam secara bergantian "Mn. Aku hanya membela diri."
Adam sekali lagi memberikan seutas benang tambahan dan memberikannya pada si gadis "Kudengar manusia saat ini sedang dilanda kepanikan sekaligus ancaman kelaparan, menjadi kanibal hanya tinggal hitungan waktu saja."
Pria yang paling muda disini sontak menjauhkan diri dan menumbuhkan tulang kecil setipis jarum jahit dari ujung jarinya, sebelum memberikan benda itu pada sang kakak "Daging manusia itu terasa sangat menjijikkan, jadi jangan ikut-ikutan memakan mereka. Aku bisa berburu untuk kakak!"
Dengan jarum, benang, serta kain di tangannya, Danielle segera mulai sibuk. Tapi tidak lupa untuk mengatakan "Terimakasih. Ternyata Joshua sudah dewasa."
Samuel ingin menjadi berguna untuknya, tapi ia sadar bahwa kemampuan tipe air tidak bisa memberikan bantuan apa-apa dalam menjahit pakaian, sementara dia sendiri tidak bisa menjahit. Oleh karena itu dia bertanya dengan gelisah "Dani, aku bisa membuat kolam air hangat untukmu. Apa kau mau berendam?"
Joshua langsung mengancamnya tanpa ampun "Samuel, jangan sampai aku tau kau menanam kesadaranmu di air itu."
"Joshua, darah juga termasuk air. Mau mencoba berendam disana?" Tentu saja Samuel akan menanggapinya dengan agresi serupa.
Namun pria muda itu sama sekali tidak gentar dan malah tertawa "Jokes on you, seluruh tubuhku adalah senjata. Tumpahkan darahku, maka kaulah yang akan kubelah menjadi dua."
Danielle menggeser tubuh Joshua yang memeluknya dari belakang, dengan seluruh anggota geraknya seperti gurita. Tak lupa menyimpan pakaian setengah jadi yang baru beberapa saat lalu dia otak-atik. Dia menepuk tangan sebanyak satu kali, mengalihkan perhatian dua orang pria yang bahkan sejak awal sudah saling tidak menyukai ini.
Bibirnya mengulas senyum dengan mata hitam yang berbinar lembut, mengatakan "Baik, bagaimana kalau begini saja? Amu, kau bisa membantu kami untuk mengisi tempat air sekaligus bak mandi dengan air segar sebagai persediaan, sementara Adam bisa membantuku menumbuhkan sesuatu untuk kita makan."
"Kakak, bagaimana denganku?" Joshua menunjuk dirinya sendiri, merasa kurang senang karena tidak dilibatkan.
Danielle mencubit hidungnya dengan sayang, lalu berkata "Joshua, kau tetap bersamaku. Ada banyak hal yang ingin kudengar darimu."
Jawaban itu tentu sangat memuaskan Joshua, dia sekali lagi memeluk pihak lain menggunakan keempat anggota geraknya "Kakak, aku padamu!"
Samuel yang tersisihkan sejak awal, menjadi tidak senang dan protes "Dani, aku juga bisa menjawab apapun yang kau tanyakan. Kenapa kau tidak bertanya padaku saja?"
Danielle menatap pria itu dengan raut penuh rasa bersalah, tapi tidak juga melepaskan diri dari pelukan adiknya "Amu, maafkan aku. Tapi hanya kau yang bisa membantuku dengan urusan air, aku tidak bisa membuat Adam dan Joshua berkeliling saat aku masih memilikimu. Situasi diluar juga masih terlalu berbahaya untuk kita."
Meski alasannya bisa meredam sedikit amarah Samuel, pria itu tetap tidak senang saat gadisnya menggunakan logika saat sudah ada dirinya sekarang "Tetap saja, aku tidak suka kau mengandalkan orang lain selain aku."
Begitu selesai dengan kata-katanya, Samuel menarik paksa lengan Joshua jauh-jauh dari Danielle. Karena takut melukai kakaknya, Joshua juga tidak melakukan perlawanan dan hanya menatap sengit pihak lain. Dengan lembut, Samuel menarik pundak Danielle agar mau berdiri dan ganti bersamanya alih-alih Joshua.
Tangannya yang kasar dan berukuran jauh lebih kecil, membalas dengan menggenggam tangan pihak lain yang bertengger di pundaknya. Danielle memberinya senyum afirmatif dan berkata "Joshua bukan orang lain, demikian pula dirimu, Amu."
Amarah serta kecemburuan yang sebelumnya membakar dirinya, sontak terasa seperti sudah dituangi air dan dia jadi tenang kembali. Dia menarik lembut tangan si gadis dan menempelkannya ke pipi, merajuk dengan tanpa ekspresi "Tapi aku kesal."
Danielle secara sukarela mengusap lembut pipi orang ini, lalu membelai rambutnya dengan sayang "Amu, aku mengandalkanmu. Bisakah kau melakukannya untukku?"
Kali ini, Samuel dengan patuh mengangguk seperti anak baik "Oke."
Begitu pihak lain pergi, barulah Danielle mengalihkan fokusnya pada pria lain selain adiknya "Adam ..."
Rambut emas pria itu tampak bergoyang saat dia melambaikan tangan, mengisyaratkan agar gadis itu berhenti bicara "Tidak perlu, aku tau. Akan kulakukan, jangan gunakan itu padaku."
Danielle tersenyum, mengawasi Adam yang berlalu pergi begitu saja.
Joshua kali ini mengistirahatkan kepalanya ke pundak sang kakak, kebingungan akan perilaku pria emas itu "Apa maksudnya?"
Danielle menggaruk dagu adiknya dengan main-main, mereka sudah terbiasa begini "Abaikan saja dia, jadi bagaimana? Apa saja yang ada disana?"
Mendengarkan pertanyaan ini, hasrat Joshua untuk bercerita pada satu-satunya anggota keluarga yang tersisa semakin memuncak. Pria delapan belas tahun itu bahkan mulai berguling turun dari sofa agar bisa bertatap muka dengan Danielle, lalu mulai membuat gestur dan gerakan aneh saat bercerita "Kakak, kau tidak akan percaya pada apa yang kutemui di sana. Dunia itu begitu luas, mungkin ukurannya lima hingga tujuh kali bumi kita! Disana juga ada banyak sekali manusia sama seperti kita, hanya saja ada banyak sekali ancaman. Aku melihat kabut beracun dimana-mana, hujan asam yang berwarna hitam, dan akan ada badai kaca setiap minggunya. Bahkan dunia itu memiliki ratusan bulan dan membentuk cincin!"
Danielle memperhatikan setial gerakan kecil yang dibuat adiknya, dan bisa membayangkan lingkungan tersebut "Oh ya?"
Rambut birunya bergoyang saat dia mengangguk agresif "Iya! Apa kakak ingat juga film-film tentang kultivasi atau apalah itu? Nyaris semua orang disana memiliki kekuatan seperti di film-film itu!"
Tangan Danielle terulur untuk sekali lagi mengusak rambut sang adik dan bertanya "Itukah alasan Debris memiliki kekuatan? Kupikir kalian mendapatkannya secara cuma-cuma karena lingkungan, ternyata tidak?"
Sebagai respon, Joshua menggeleng dan dengan ngotot menjelaskan dengan nada bicara yang cukup superior "Tentu saja tidak! Untukku sendiri, aku mendapatkan kemampuan ini karena aku selalu berburu menggunakan tulang binatang. Aku juga tidak pernah menyia-nyiakan apapun dari buruanku dan terus melatih tubuh agar bisa mendukung perburuanku"
Danielle masih terus mengusak rambutnya saat menanyakan makna dari pembicaraan mereka di awal "Tadi kau mengatakan padaku bahwa daging manusia terasa sangat tidak enak, apa yang kau buru adalah manusia saat disana?"
Reaksi Joshua cukup besar kali ini.
Manik ungu barunya membola terkejut dan tubuhnya bahkan sedikit terlonjak kaget, tampak sangat anti pada itu "Tentu saja tidak! Aku bukan kanibal! Kakak, kau sendiri yang mengatakan padaku bahwa daging manusia itu sangat tidak sehat! Bagaimana bisa aku memakan sesuatu seperti itu di lingkungan yang menuntutku agar selalu prima?!"
"Lalu darimana kau mengetahuinya?" Ia memiringkan kepala saat menantikan jawaban.
Joshua terdiam, tampak berpikir.
Dia melirik kesana kemari dan mendapati bahwa dua orang lain sedang sibuk sendiri, oleh karena itu dia memeluk leher kakaknya dari bawah. Membuat Danielle sepenuhnya jatuh ke pangkuan Joshua, pria itu memeluknya erat sebelum berbisik sangat lirih "Itu karena Adam."
"Hm?" Dia bingung, lalu tanpa sadar melirik Adam yang disebutkan barusan melalui sudut matanya.
Joshua semakin menempelkan mulutnya ke telinga sang kakak dan suaranya bahkan menjadi jauh lebih pelan saat berkata "Aku tidak tau tentang Samuel atau Debris yang lain, tapi jelas diantara kami bertiga ... Adam adalah satu-satunya yang pernah memakan daging manusia."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments